Jay dan ketiga temannya tengah duduk di tribun penonton lapangan indoor di jam istirahat kedua. Mereka berempat memperhatikan club basket SMA Spark yang tengah berlatih disana.
"Jongseong hyung," panggil Jungwon.
Jay berdeham sambil tetap menyesap minumannya.
"Gue mau minta maaf buat kemarin," ucap Jungwon.
"Nado. Mianhada. Harusnya kita enggak nge-push lo sampai segitunya," timpal Niki.
Jay mendengus panjang.
"Gue enggak akan maksa lo buat cerita lagi. Gue sadar semua orang pasti punya privasi dan gak seharusnya gue mau tahu soal itu," lanjut Jungwon.
"Maja. Kalau lo udah siap aja buat ceritain, kita bakal dengerin," sahut Niki lagi.
Jay masih diam, enggan membalas permohonan maaf kedua sahabatnya itu.
"Hoi, dimaafin enggak?" tanya Heeseung.
Jay mengedikkan bahunya.
"Jangan gitu lah, Jay. Gue tahu lo sangat terpukul sama masa lalu lo, apa salahnya maafin mereka? Mereka udah janji gak ulangin hal itu," ujar Heeseung.
"Oh, lo pikir maafin mereka yang udah bikin gue nyaris nangis semalaman itu semudah ngupas kulit kacang?" tanya Jay dengan nada tidak senang.
"Nan ara... Geuraeseo, ireohke hajima," balas Heeseung.
"Kalau lo udah mulai bisa berdamai sama masa lalu, apa salahnya maafin mereka, Jay?" tanya Heeseung.
"Berdamai?" tanya Jay. "Lo pikir gue diem-diem aja gini berarti gue berdamai sama masa lalu gue?"
"Jay-"
"Enggak, anjing. Gue enggak berdamai sama apapun. Gue udah mencoba, gue enggak bisa!" potong Jay.
"Lo kenapa, sih? Tadi pagi kalem-kalem aja, sekarang emosian gini," tanya Heeseung heran.
Jungwon dan Niki menunduk karena rasa bersalah mereka.
Jay menatap kedua bola mata Heeseung dengan tatapan membunuh.
"Hhh... Let me guess, you mad at me again?" tebak Heeseung.
Jay memutar kedua bola matanya. Ia tiba-tiba berdiri dan hendak meninggalkan ketiga temannya.
"Eodi ga?!" tanya Heeseung.
"Kepo," ketus Jay.
Heeseung berdiri dan menahan pundak Jay yang tentu menyulut emosi laki-laki itu.
"Wae?" tanyanya ketus.
"Daedabhae," suruh Heeseung.
Heeseung melirik Jungwon dan Niki, menyuruh kedua laki-laki itu agar pergi dahulu dari hadapan mereka.
Setelah dua orang itu pergi, kini tersisa Jay dan Heeseung di tribun yang sepi itu.
Jay membalikkan badannya dan bersidekap didepan Heeseung.
"Tell me. Apa lagi salah gue sekarang?" tanya Heeseung.
Jay diam. Namun, Heeseung bisa dengan jelas tahu bahwa rahang Jay mengeras.
"Ngomong. Kita enggak lagi lomba menatap," ucap Heeseung.
Jay tertawa miring.
"Lo tahu apa yang gue bilang ke Jake pas pertama kali gue ketemu lagi sama dia di kantin sini?" tanya Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten || Park Jongseong (Jay) [16+]✔
Fanfic[COMPLETED✅] Menjadi tampan dan populer tidak menjamin hidup kalian akan bahagia. Bagaimana jika kalian berteman, bahkan bersahabat, dengan seorang perempuan super ekstrovert dan terlalu lugu? Jika kalian mengalami hal ini, mungkin kalian akan paham...