Eps. 1

91 6 0
                                    

Kim Namjoon mendengus, saat sejak lima menit lalu dia mendengarkan omelan dari kakaknya itu tak juga berhenti. Sejenak berpikir, kenapa dia harus mau duduk diam dan mendengarkan omelan tak bermutu itu?

Helaan nafas terdengar dari belah bibirnya, sudut bibirnya sunggingkan senyum kecil sembari kepalanya yang menggeleng. Diam-diam dia beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan mengendap guna pergi dari sana.

Saat dia sudah berhasil keluar dari rumah itu, senyumnya mengembang sempurna. Dan tak butuh waktu lama, kakinya dia langkahkan untuk berjalan ke arah taman yang tak jauh dari rumahnya.

Crik

Suara bidikan dari kamera yang dia bawa itu membuat beberapa orang yang berada di sana lekas menoleh, dan sedikit berikan senyum pada Namjoon.

Pemuda itu juga berikan senyum kecil, kemudian kembali membidik objek yang menurutnya bagus dan begitu aestetik. Setelah beberapa kali membidik, dia mengecek lebih dulu hasil bidikannya.

"Sempurna." Ucapnya dengan bangga.

Melirik sekitar, dan saat mendapati ada sebuah bangku dia berjalan ke arah bangku tersebut. Duduk di sana dan meletakkan kameranya di samping dia duduk, lalu dia beralih untuk mengambil ponselnya di saku celana.

"Ck, Kak Seokjin itu menyebalkan sekali." Gumamnya saat dia cek ponselnya itu, dan mendapati sebuah pesan dari kakaknya yang masih saja mengocehkan hal yang menurutnya menyebalkan.

Saat sudah melihat isi pesannya itu, bukannya membalas pesannya dia justru mengabaikannya dan kembali menaruh ponselnya di saku celana.

Beberapa menit berlalu, Namjoon masih saja duduk di sana dengan kamera yang dia gunakan untuk memotret lagi.

"Kak Namjoon?" Suara dari seseorang yang tiba-tiba saja datang, membuat Namjoon tersentak kecil.

Kepalanya menoleh, dan memberikan sebuah senyuman saat mendapati adik tingkatnya yang rupanya datang.

"Oh Jimin? Sedang apa di sini? Dan, sama siapa?" Tanyanya.

Yang di tanya hanya berikan senyuman, lalu ikut duduk di samping Namjoon. Dengan barang bawaan yang dia taruh di sampingnya, lalu ikut menilik ke arah kamera yang Namjoon pegang.

"Umm, aku tadi habis belanja. Dan aku sendirian. Oh… gambar yang kakak ambil, bagus juga." Ucapan Jimin membuat Namjoon tersenyum bangga.

"Benarkah?" Tanyanya, lalu dia letakan kamera itu lagi di bangku.

"Benar, loh kenapa nggak jadi foto lagi? Coba di sebelah sana, Kak. Itu… Banyak anak kecil, dan banyak juga bunga-bunga yang indah. Siapa tahu hasilnya lebih bagus, kan belum di coba."

"Ya benar, tapi…" Ucapan Namjoon menggantung begitu saja, matanya terasa buram saat harus melihat ke arah jauh di depan sana. "Itu terlalu jauh buatku, Jimin." Lanjutnya.

Jimin terkekeh, dia lupa kalau kakak tingkatnya yang satu ini punya mata minus. Menepuk dahinya dengan pelan, lalu ucapkan kata maaf berkali-kali.

Tentu saja Namjoon tertawa, dan setelah itu mereka asik mengobrol ini itu di taman sampai sore hari.




※※※



"Wooo… kayaknya kamu belum beruntung, Namjoon. Coba sekali lagi."

"Ah nggak mau, aku sudah lelah kak. Besok lagi saja ya, aku juga sudah mengantuk."

"Ck, kamu ini. Baru mulai loh Nam, ayolah lanjutin lagi."

"Maaf Kak, aku beneran udah ngantuk berat. Sumpah."

"Hah, okelah kalo gitu. Ya udah, sana tidur."

Namjoon mengangguk, lalu bangkit dan berjalan ke arah kamarnya berada. Ya, pemuda itu baru saja berhasil kabur dari sang kakak yang selalu mengajaknya bermain game saat sebelum tidur.

Saat sudah memasuki kamarnya, pintunya langsung dia kunci dan setelah itu dia membaringkan tubuhnya di atas kasur empuknya itu.

Dia terkekeh saat ingat obrolannya dengan Jimin sore tadi, bagaimana bisa seseorang macam Jimin itu bisa se cerewet itu. Dia yang tak tahu, atau memang dia yang belum terlalu mengenalnya?

Padahal yang dia ingat, saat pemuda mungil itu ikut berkumpul dengan kekasihnya itu dia selalu diam dan bermuka masam. Tapi anehnya, tadi pemuda itu bahkan tak terlihat malu-malu untuk mengoceh ini itu.

Setelah beberapa menit berbaring, Namjoon bangun dan duduk di samping kasur. Mengambil kamera di atas nakas, lalu mengecek kembali hasil bidikannya.

Senyumnya mengembang cerah saat melihat isinya, dan tiba-tiba saja dia tertegun dengan salah satu objek yang tak sengaja dia bidik.

"Uh, ada orang? Sepertinya dia laki-laki." Ucap Namjoon dengan memperhatikan objek di dalam bidikannya.

Dan karena masih penasaran, pada akhirnya dia membuka lagi setiap bidikan yang berada di sekitar tempat yang dia bidik. Tapi nihil, objek itu tak lagi ada. Hanya di salah satu foto, dan hasilnya pun tak terlalu terlihat.

Namjoon hela nafas, dan setelah itu dia letakkan lagi kameranya. Mematikan lampu kamar, dan masuk ke dalam selimut tebalnya. Berdoa sebelum tidur, lalu setelah itu dia memejamkan matanya dengan senyum yang terukir indah.

'Semoga hari esok, adalah hari keberuntunganku.'



-
-
-
-
Bersambung

Coming soon 👉

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, vote and comment adalah semangatku 🤗💜

S C E N E R Y - NAMGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang