Minato melambaikan tangan dengan sebuah senyuman simpul terukir di paras tampannya. Pria itu melambai pada wanita bersurai merah yang berdiri di ambang pintu rumah sakit. Lalu tak lama kemudian si pria bersurai pirang itu masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
Kushina tersenyum tipis.
"Dia bilang tidak perlu terburu-buru ... "
Ia menurunkan tangannya yang tadi membalas lambaian selamat tinggal pada Minato. Kejadian ia menangis di ruangannya dengan Minato yang tiba-tiba datang untuk menenangkannya, lalu berakhir dengan mereka makan bersama.
Kushina tak memungkiri hal itu membuat hatinya senang. Ia tak bisa berbohong. Satu-satunya orang yang berhasil menenangkannya hanya Minato. Dia sudah seperti obat baginya.
Namun masih ada satu hal yang menahannya untuk menerima Minato kembali.
Tentang hal yang membuat pria itu meninggalkannya. Sepanjang yang Kushina tahu, Minato bukan orang yang melakukan sesuatu tanpa alasan. Minato selalu punya alasan.
Lalu apa alasannya? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk menanyakannya dan mencari tahu?
Kushina menghela napas. "Haruskah aku bertanya saat kami bertemu lagi?" Kushina memandang langit yang mulai gelap. Setelah operasi terakhir tadi beruntungnya tak ada hal darurat lagi. Jadi Kushina bisa istirahat sebentar.
"Tapi ... aku tidak pernah berpikir jika Minato benar-benar langsung muncul tadi." Kushina mengingat lagi. Sebenarnya ia tidak berharap, tapi ia mengangkat panggilan Minato sambil menangis dan pria itu langsung mendatanginya.
Lalu memeluknya.
Wajah Kushina berubah merah padam. Bagaimana mungkin ia hampir melupakan hal itu? Astaga ingatan itu mendadak membuatnya malu sekali.
Setelah selama ini ia berusaha tangguh di depan Minato ... dan hari ini semuanya seperti runtuh diterpa gempa.
Memalukan. Sangat. Kushina sampai harus menggelengkan kepalanya dengan cepat berharap memori itu enyah meskipun ia tahu itu tidak akan terjadi.
"Ah lupakan saja!"
Ia pun memilih kembali masuk ke rumah sakit.
*****
Minato menatap jalanan yang cukup ramai menjelang malam. Ia tak kembali ke kantor polisi karena urusan soal perampokan tadi siang sudah selesai. Jadi sekarang ia hanya akan menikmati malam dengan berkeliling di jalanan Konoha dengan mobilnya.
" .... Soal kesempatan yang kau bicarakan—"
Minato mengingat kembali ucapan Kushina tadi dan membuatnya jadi berpikir apa yang akan dikatakan Kushina jika ia tidak menghentikan ucapannya.
Apa ia akan menolaknya? Atau menerimanya?
"Akan lebih baik tak ada jawaban untuk sekarang. Lagipula rasanya kami belum sedekat itu lagi ..." eluh Minato.
"Aku jadi penasaran ... apa Kushina tidak ingin tahu alasan kenapa aku meninggalkannya? Mengingat sifatnya yang seperti itu seharusnya ia ingin tahu ..." Minato berbicara pada dirinya sendiri sambil menyetir.
Ia sudah terbiasa seperti ini ketika sendirian. Mengutarakan apa yang ia pikirkan sendiri lalu mencari jalan keluar. Berbicara pada diri sendiri tidak ada salahnya, kan?
"Bagaimana aku menjawabnya jika ia benar-benar bertanya?"
"Akan lebih baik kalau ia tidak bertanya, sih .... "
Minato berpikir untuk tidak memberitahu alasannya selama yang ia bisa. Kalau bisa tidak perlu memberitahu Kushina soal itu karena ia tak ingin membuatnya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED [SLOW UPDATE]
Fanfiction♦MinaKushi fanfiction♦ . Kushina dan Minato adalah sepasang kekasih. Namun suatu hari Minato pergi meninggalkan Kushina tanpa sebab. Sepuluh tahun kemudian Kushina yang telah menjadi dokter yang sukses tidak sengaja bertemu dengan Minato Namikaze la...