56. Kabur

2.6K 275 36
                                    

"Cewek yang lo sebut gak tahu diri itu ... punya gue. Jadi, kalo lo ada urusan sama dia, lewat gue aja."

***

Anin tidak berhenti tertawa saat ia mendengar pembelaan Galen terhadapnya beberapa saat lalu. Menurut Anin, hal itu sangatlah mirip dengan definisi pahlawan kesiangan atau adegan protektif seorang pacar di dalam serial drama saat menunjukkan kepemilikannya terhadap pasangan.

"Punya gue. Jadi, kalo lo ada urusan sama dia, lewat gue aja."

Anin terus mengulang kalimat tersebut sampai membuat Galen sendiri menjadi kesal dibuatnya. Gadis itu menggunakan nada suara seperti saat Galen mengucapkannya.

"Belum puas ngeledeknya?" tanya Galen merasakan penyesalan begitu besar karena telah membela gadis yang tidak tahu terima kasih ini.

Anin berusaha bernapas dengan pelan, menenangkan dirinya sendiri. Ia melirik pria yang kini tengah berjalan sejajar dengan dirinya. 

"Childish banget, Galen. Gimana gue gak ketawa?"

Galen hampir saja meninju tembok yang ia lewati karena dikatai kekanak-kanakan. Boro-boro gadis itu baper atau salah tingkah dengan sikap Galen barusan. Yang ada, gadis itu terus meledeknya seolah sikap Galen sangatlah cringe di mata Anin.

"Lo liat tadi mukanya senior OSIS itu? Pucet pasi pas lo tatap datar gitu! Hebat banget emang pacar gue kalo masalah mengintimidasi," lanjut Anin memuji Galen seraya menepuk pundaknya sebanyak tiga kali berturut-turut.

Pria itu mendesah pasrah. Gadis ini memang tidak bisa sama sekali diberikan perhatian lebih atau sikap romantis dari seorang pria. Entah hatinya terbuat dari apa dan terlahir dari mana. Galen sangat bingung dengan asal muasal anak baru yang saat ini menyandang status sebagai kekasihnya.

"Lagian kenapa coba, cowok kayak Jaden jadi bahan rebutan. Iya gak, Gal?" tanya Anin menanyakan pendapat Galen.

"Karena dia susah didapetin," balas pria itu masih menanggapi ocehan random kekasihnya.

"Bukan susah didapetin. Jaden itu kelewat galak kalo sama cewek, gak ada sama sekali manis-manisnya. Sama kayak cowok di sebelah gue," kata Anin melirik Galen melalui ekor matanya.

Menyindir di depan orangnya secara langsung! 

"Lo bahkan nganggep sikap manis gue sebagai guyonan, Nin. Lo yang gak normal," ucap Galen menggelengkan kepala. Entahlah, pria itu masih terlihat sangat kesal.

"Gitu aja marah. Jangan ngambek dong!" bujuk Anin kepada Galen tetapi enggan untuk meminta maaf atas sikapnya barusan. Bahkan, gadis itu sama sekali tidak mengucapkan terima kasih.

Bagi dirinya, kondisi tadi bukanlah merupakan sebuah ancaman. Justru ia hendak memancing di air keruh jika saja Galen tidak berdiri di antara ia dan Kiara. Pria itu kembali mengacaukan kesenangan Anin. Oleh karena itu ia menjadikan Galen sebagai target pengganti. Salah sendiri mengganggu kesenangan Anin.

"Ck. Terserah lo deh," sahut Galen terlihat malas.

Mereka berhenti di pinggir lapangan basket dimana Aciel tengah berlaga di lapangan. Sebagai salah satu anggota tim inti basket Adara, pria itu mengikuti tanding melawan SMA swasta lain yang hari ini berkunjung ke Adara, SMA Dharma Buana.

"Kenapa berhenti?" tanya Anin saat menyadari bahwa Galen tidak lagi melangkahkan kakinya menuju kantin ataupun kelas.

Pria itu bersedekap di balik jaring besi yang mengitari sisi lapangan basket SMA Adara.

"Temen gue lagi main."

"Temen yang mana?" tanya gadis itu lagi membuat Galen memegang kedua sisi kepala Anin lalu memutarnya ke arah lapangan.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang