Mysterious Woman

72 5 2
                                    

'Apa arti cinta?'

'Apa makna sebenarnya dalam cinta?'

'Apakah cinta itu menyakitkan?'

Pertanyaan yang setiap saat terlintas di benak Akira. Pria berumur 30 tahun yang memiliki sifat kurang baik. Ia sosok yang pelasuh dan pandir. Memiliki dua sifat tersebut membuat hari-harinya hancur. Dirinya pun selalu bertanya bagaimana bisa ia bersikap seburuk itu di usianya yang sudah memasuki kepala tiga. Sungguh, ia ingin mengubah sifatnya itu.

'Sebaiknya aku habiskan sarapanku terlebih dahulu.'

Tinggal di negara maju memaksa Akira untuk bertahan hidup. Ruang sederhana yang menyimpan sejuta cerita, apartemen. Memang tidak besar, namun baginya itu semua lebih dari cukup.

"Hah! Sudah jam segini, aku bisa terlambat pergi bekerja," teriaknya.

Raut panik mulai menyelimuti parasnya. Lagi dan lagi, ia lupa jika hari ini harus pergi bekerja. Akira pun tersadar ketika melihat arloji yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 JST. Ia pun bergegas pergi.

*****

Sungguh hari yang melelahkan. Keringat pun bercucuran deras layaknya air hujan yang membasahi raga. Setelah melewati perjalanan panjang dengan sekumpulan manusia yang sibuk akan dunianya, akhirnya ia tiba di sana. Kantor tempat dirinya bekerja.

"Sial! Aku benar-benar sudah telat. Apa yang harus kulakukan? Kuyakin bos akan memanggilku nanti."

Sesampainya di meja kerja, Akira mencoba bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Ia rehatkan tubuhnya sejenak sembari melepas penat. Secara spontan sebuah tangan mendarat dengan sempurna pada pundak Akira. Dirinya tersenyum kikuk ketika mengetahui siapa orang itu. Ia bungkukkan badannya dalam-dalam seolah memberi salam. Tidak perlu kalian tanyakan siapa orang itu. Dia adalah bosnya Akira.

"Siang nanti pergi ke ruangan saya. Ada yang perlu saya bicarakan denganmu Akira."

Sang bos berkata dengan nada penuh ketenangan. Senyum manis terpancar di wajah pria berumur 55 tahun itu. Akira hanya bisa mematung. Sepertinya akan ada hadiah kecil yang diberikan oleh sang bos pada dirinya.

'Ya Tuhan, aku harap semuanya akan baik-baik saja.' Pikirnya.

Duduk di ruangan ber-AC tidak membuat Akira merasa nyaman. Waktu demi waktu berlalu, nyatanya tidak membuat kondisi Akira jauh lebih baik. Redaman emosi memaksanya menopang tekanan yang amat berat. Sikap bosnya yang tenang justru membuat dirinya semakin depresi dan frustasi secara bersamaan.

"Baru kali ini bos bersikap tenang. Aku harap tidak dipecat olehnya."

Hingga waktu siang tiba, waktu yang ditunggu penuh akan keresahan akhirnya bersua dengan dirinya.

Ia berharap Dewi Fortuna berpihak pada dirinya. Dengan langkah berani, kaki kakinya berjalan menuju ruang sang pemilik kantor. Benar saja, dari jauh mata memandang tampak dengan jelas pria berjas biru tengah menunggunya.

"Selamat siang, Pak! Ada perlu apa bapak memanggil saya?"

"Kau masih bisa bertanya rupanya."

Jantung Akira berdegup kencang selepas mendengar jawaban sang atasan. Ia mencoba bersikap tenang. Ia tarik sudut bibirnya.

"Maksud bapak apa ya?"

"Kau sudah tahu maksud saya memanggilmu Akira. Bukankah jelas bahwa hari ini kau terlambat masuk bekerja? Kau sudah lama bekerja di sini. Bukankah harusnya kau bisa memberikan contoh yang baik pada juniormu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love in Cherry BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang