OOO. Menyerah

866 89 10
                                    


⚠️ 5260 words ⚠️

***

"Selamat pagi Jimin-ie"

Yang disapa menatapnya dengan raut wajah terkejut, "Tumben banget kamu dateng pagi?" Lalu dibalas dengan tawanya.

Tangannya meletakkan satu-satunya buku tulis yang dibawa juga pulpen lalu menopang kepalanya agar bisa fokus menatap Jimin yang juga kembali fokus menulis di buku tulisnya, "Jimin-ie lagi apa?"

"Ngerjain PR Matematika Minjeooongg, kan hari ini bakal dikumpulin"

"Matematika?" Ia menyipitkan matanya, jujur Minjeong sama sekali tidak tahu jadwal pelajaran sehari-harinya, yang penting nilainya tidak pernah turun dan selama dirinya masih mendapatkan label sebagai salah satu murid terpintar di sekolahnya, "Memangnya ada pelajaran apa aja hari ini?"

"Jangan bilang kamu masuk tapi nggak tau pelajaran apa-apa hari ini?"

Senyumnya kembali terpatri meski Jimin dihadapannya mengomel tanpa henti, bahkan jika diberi pilihan Jimin mengomelinya sehari penuh atau mendiaminya sehari penuh maka Minjeong akan jelas memilih opsi pertama tanpa keraguan. Minjeong memang sudah mencintai Jimin sedalam itu.

"Terus kamu ngapain masuk? Nanti kalau di hukum gimana? Buruan ini salin PR ku" Gerutu Jimin lalu memberikan buku tulisnya, disana memang sudah lengkap dengan jawaban dan tulisan tangan rapinya.

Minjeong tidak membalas perkataan Jimin dan langsung mematuhi perkataan gadis itu, lagipula tidak mungkin juga dirinya bilang jika satu-satunya alasan Minjeong kembali masuk sekolah dan berpakaian rapi adalah Jimin sendiri, kan?

Hanya karena gadis itu bilang jika lebih menyukai orang yang pintar dan jarang membolos sekolah, meski bilangnya hanya candaan, tapi Minjeong menganggap itu betulan.

"Kamu juga tumben nggak bareng Giselle?"

"Hari ini Kak Giselle janji jemput Ning jadi nggak bareng dulu"

Giselle adalah sepupu jauh Minjeong yang tinggal di Jepang dan mereka berbeda satu tahun. Alasan mengapa Giselle bisa satu kelas dengannya adalah karena gadis itu harus mengulang SMP tahun terakhir karena kepindahannya dari Jepang yang lalu mengenal dirinya dan Jimin.

"Hari ini Jimin-ie mau pulang bareng?"

"Nggak janji ya? Hari ini ada rapat OSIS dulu jadi mungkin bakal telat pulangnya"

Minjeong mengangguk-angguk, "Kalau Minjeong tunggu? Masih mau pulang bareng?"

"Jangan ditunggu dong Minjeong, nanti kalau mama nyariin kamu gimana? Kamu kan nggak boleh pulang kesorean sama mama"

"Kan ada Jimin-ie" Cengirnya.

Pokoknya selama ada Jimin, dirinya tidak akan mungkin dimarahi meski pulang malam. Lagipula mereka sudah berteman selama hampir 5 tahun, keduanya mengenal luar dalam bahkan semua orang juga tahu persahabatan Jimin dan Minjeong.

"Yaudah liat nanti ya"

"Dasar bucin wooo!" Sorak Ryujin dari pintu kelas dengan Lia yang sedang digenggamnya.

"Ya kalau sama Karina sih emang gitu Jin, namanya juga Minjeong" Tambah Ning yang juga baru muncul bersama Giselle.

Ia mendengus kesal dan memilih untuk tidak menanggapi ledekan kedua sahabatnya, terlebih disini masih ada Jimin. Semua orang tahu betapa berbedanya Minjeong dihadapan Jimin. Semua orang tahu betapa jatuhnya Minjeong dihadapan Jimin, bahkan ketika dirinya sedang bermain bersama geng pelanginya (re: Ryujin, Yujin, dan Ning) larut malam dan Jimin memintanya untuk menemani gadis itu maka pasti akan Minjeong turuti.

Menyerah [Yj.Km] ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang