III

571 51 1
                                    

"Baek, sepertinya... ia menyukaimu"

"A-apa?!" Mata sipit Baekhyun melebar dan nafasnya sedikit tercekat ketika ucapan Sehun di tangkap oleh indera pendengarannya.

Sehun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sepertinya Chanyeol— Ah sudahlah, lupakan" Ucapnya yang membuat Baekhyun mengerutkan dahi, heran.

Drttt drttt

Suara getaran ponsel membuat mereka berdua saling bertatapan, lalu menoleh pada sumber suara secara bersamaan.

Ponsel Chanyeol.

Tertinggal di atas meja ruang kesehatan.

"Dia meninggalkan itu" Tunjuk Sehun pada benda yang sedang tergeletak dengan sedikit decakan yang keluar dari bibirnya. Di raihnya ponsel itu lalu dimasukkannya ke dalam saku celana.

Baekhyun hanya terdiam tanpa minat, kepalanya pusing karena serentetan peristiwa yang terjadi hari ini.

"Kau sakit?" Tanya Sehun perhatian yang di jawab gelengan kepala Baekhyun.

"Ingin kuantar pulang?" Tawar Sehun sambil menggenggam jemari yang lebih kecil, Baekhyun hanya tersenyum.

"Tidak. Emm, sebentar lagi pulang kan?" Tanya Baekhyun ragu sambil melihat jam di tangan kirinya.

Sehun mengangguk kecil. "30 menit lagi" Ucapnya yang dihadiahi senyum sumringah Baekhyun.

"Sehunnie~ aku ingin susu strawberry" seru Baekhyun.

Sehun hampir saja terbahak melihat kelakuan Baekhyun yang sangat lucu, Bukankah tadi wajah Baekhyun sangat kusut dan benar-benar terlihat tidak bersemangat? Oh, Sehun sungguh ingin tertawa saat ini juga, namun ia masih sayang seluruh bagian tubuhnya agar tidak melakukan itu. Karena Baekhyun tidak akan segan untuk mencubit bahkan memukul seseorang yang menggodanya ataupun menertawainya.

"Baiklah, ayo ke kantin" Ajak Sehun yang mengulurkan tangannya ke arah Baekhyun.

.

.

.

Chanyeol berjalan dengan cepat, keringat sedikit membasahi seragam sekolahnya. Ia melangkahkan kakinya dengan lebar, melewati tatapan heran dari para siswa-siswi yang berpapasan dengannya.

Menaiki lift dan memencet tombol yang paling atas. Chanyeol berniat pergi ke markasnya yang ada di atap sekolah, ruangan yang dindingnya terbuat dari kaca itu seharusnya menjadi tempat diletakkannya beberapa teleskop. Namun karena permintaannya yang aneh — memindahkan teleskop itu lalu menjadikan ruangan itu tempat bersantai untuknya— membuat pengurus sekolah kewalahan karena ia tak bisa menentang keinginan dari anak pemilik sekolah ini. Renovasi-renovasi di adakan sesuai keinginan sang pemilik tempat, dinding yang tadinya terbuat dari kaca sekarang berubah menjadi dinding sungguhan—namun tetap ada sebagian dinding yang terbuat dari kaca. Chanyeol merubahnya sedemikian rupa, meletakkan sofa panjang—bahkan bisa disebut sebagai ranjang karena bisa ditiduri—di depan dinding yang terbuat dari kaca agar dapat melihat pemandangan indah jalanan kota Seoul. Belum lagi di letakkannya meja billiard ditengah ruangan itu, sebuah lemari yang tidak terlalu besar, peralatan olahraga, dapur kecil dan sebuah TV berukuran sangat besar dilengkapi rak-rak berisi CD maupun play station dan karpet bulu yang sangat tebal di depan-nya. Sungguh ruangan yang sangat nyaman untuk ditinggali, namun itu hanyalah sebagian kecil dari kehidupan Park Chanyeol. Hanya sebatas ruang bersantai ketika ia bosan dengan pelajaran di sekolah atau tempat yang menjadi pelariannya menghindari ayahnya.

That Jerk Is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang