03-Transmigrasi

581 67 2
                                    

"Kamu Greysia?" Tanya sebuah suara yang menggema didalam ruangan gelap tanpa cahaya sedikit pun bagi Grey.

Grey menjawab dengan anggukan, walau ia tidak yakin sosok yang bertanya itu akan melihat anggukan nya.

"Sebelumnya perkenalkan, saya Lacerta, saya adalah sosok kucing yang menyebabkan kamu mengalami kecelakaan beberapa saat lalu" Suara itu kembali menggema ditelinga Grey.

Grey diam, ia masih berusaha mencerna maksud dari suara itu.

"Saya dengan terpaksa akan membawa kamu kedalam tubuh seorang gadis yang mengakhiri hidupnya karna keterpaksaan, harusnya memang dia hidup tenang di alam baqa. Dan tubuhnya di kuburkan dengan layak, tapi hati gadis itu belum siap dan terima jika nasib kehidupannya hanya berakhir seperti itu" Ujar sosok itu.

"Kalau dia memang belum terima, kenapa dia harus bunuh diri? Harusnya dia lanjutin aja kan hidupnya, buat ngubah nasibnya" Balas Grey tanpa takut.

"Haha,, pemikiran kamu benar Grey, tapi gadis itu sudah lelah dengan kehidupannya, kamu akan mengerti posisi gadis itu jika kamu sudah berada didalam tubuhnya. Lagi pula sudah saya katakan bukan, dia mengakhiri hidupnya bukan karna kesengajaan, namun karna keterpaksaan" Balas sosok itu tidak mau kalah.

"Jadi apa ada yang ingin kamu sampaikan lagi Grey?" Sambung sosok itu.

"Saya bakal mau dibawa ke tubuh itu, tapi apa saya bisa lakuin apapun semau saya ke tubuh dia?" Tanya Grey.

Sosok itu terdiam, namun hanya sejenak. "Kamu boleh melakukan apapun Grey, bahkan jika kamu tidak mau melakukan ini pun, bisa saja kami tidak membawa mu ke sana. Tapi sebagai gantinya, kami akan mencari orang lain lagi untuk menggantikan gadis itu di dunianya" Balas sosok itu setelah usai dengan keterdiamannya.

Mendengar hal itu, Grey menghela napas pelan, dan akhirnya mengangguk sebagai tanda menyetujui permintaan dari sosok yang bahkan tidak Grey ketahui bagaimana rupanya itu.

Tepat setelah Grey mengatakan bahwa ia menyetujuinya, sebuah lubang dengan cahaya biru muncul di bawah Grey. Grey seakan tertarik kedalam lubang itu, hingga kegelapan kembali menyapa penglihatan Grey lagi.

.........

Di sebuah ruangan gelap, nampak seorang gadis dengan surai coklat tua sedang memandang bingkai foto yang di dalamnya terdapat foto seorang gadis kecil berpelukan bahagia dengan seorang pria yang lebih tinggi dari sang gadis di dalam foto.

"Gue capek, gak ada yang bisa ngertiin gue. Gue suka sama lo, tapi kenapa lo pilih Caca, Bang? Gue ngorbanin banyak hal demi lo, tapi akhirnya lo gak bisa bareng gue" Gumam gadis yang tak lain adalah Letta.

Brakk
Pintu dari ruangan yang ditempati gadis itu terbuka dengan kasar. Sedangkan sosok pria yang menendang dengan keras pintu itu menatap Letta dengan pandangan datar.

"Abang ngapain ke-" Ucapan dari Letta terpotong oleh ucapan dari Arsen.

"Dimana Caca?" Potong Arsen.

Letta menatap bingung pada Arsen. "Maksud Bang Arsen apa? Eta gak tau Caca ada dimana Bang" Balas Letta.

Arsen berjalan mendekati Letta, dengan kasar, pria itu mengcengkram dagu Letta. "Jangan bohong Letta! Gue tau lo yang nyembunyiin Caca kan?!" Bantah Arsen tetap kekeuh pada ucapannya.

"Segitunya?" Gumam Letta menatap Arsen dengan senyum manisnya. Namun mata gadis itu tidak dapat berbohong, seperti sudut bibirnya yang terangkat menampilkan senyum kecil.

Arsen menatap bingung pada Letta.

"Segitu sayangnya Bang Arsen sama Caca? Sampai Bang Arsen main tangan sama Eta? Bang Arsen selama ini gak pernah loh sekasar ini sama Eta" Tukas Letta menatap sendu Arsen.

"Maksud lo apa? Gue gak akan gini, kalau lo gak gangguin Caca, Letta!" Tekan Arsen.

"Emang Eta ada gangguin Caca? Seharian ini, Eta belum pernah ketemu sama Caca, tapi Abang dateng-dateng marah-marah dan nuduh Eta jahatin Caca? Haha lucu yah" Kekeh Letta.

Perlahan air mata mengalir membasahi pipi dari Letta bersamaan dengan kekehan itu keluar. Melihat air mata yang mengalir itu, Arsen tersentak dan menjauhkan tangannya dari wajah Letta.

Arsen tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari redupnya cahaya yang dulu selalu ia temukan pada pancaran mata gadis dihadapannya ini.

"Bang, liat deh, pas kita kecil kita bahagia banget yah? Masih polos-polosnya kita pas itu, Bang Arsen masih inget gak pas dulu kita main tuh di taman deket rumah Abang? Bahkan pas Bang Arsen masuk rumah sakit, Eta yang rawat Abang" Ungkap Letta memperlihatkan bingkai foto yang tadi ia pegang.

Pandangan Arsen mengarah pada bingkai foto hitam yang sepertinya begitu dijaga itu. Perlahan memori masa kecil mereka terekam kembali pada ingatan Arsen.

"Bang Arsen tau kan, dari dulu, bahkan dari kecil, Eta udah sayang banget sama Abang? Bahkan makin bertambah usia kita, Eta makin sayang bahkan cinta sama Bang Arsen. Tapi Bang Arsen selalu nganggep semuanya candaan kan Bang" Sambung Letta.

"Eta tau, Eta gak secantik Caca, Eta gak sesempurna Caca, gak sepenting Caca dalam hidup Bang Arsen, tapi anehnya Eta tetep aja ngejar Bang Arsen walau Bang Arsen udah sering bentak Eta"

"Eta tau, Eta emang salah karna udah ngejar Abang walau Abang udah punya pacar. Tapi salah emangnya kalau Eta berusaha perjuangin perasaan Eta yang udah kesimpen selama bertahun-tahun? Bukan cuman setahun dua tahun Bang, tapi sembilan jalan sepuluh tahun" Tukas Letta seraya menghapus jejak air matanya.

♡♡♡

812 kata
30 Januari 2022

Grey Not LettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang