Istana utama Tirta Wungu tampak sibuk. Halaman luas di depan istana dipadati kereta kuda. Beberapa pekerja istana mondar-mandir meletakkan bungkusan ke dalam kereta kuda.
Prabaswara tampak penasaran dengan kesibukan istana utama. Mereka bukan sedang mempersiapkan diri untuk perang, kan?
"Tumben sekali ada banyak kereta kuda di halaman," gumamnya.
"Mengapa Kanjeng Pangeran masih di sini?" tegur Senopati Kalawuni.
"Bahkan Prabaswara baru saja tiba di sini, Paman," jawab Prabaswara.
"Kanjeng Pangeran harus bersiap-siap. Sebentar lagi kita berangkat."
"Berangkat ke mana?" Prabaswara jelas bingung. Sebenarnya mereka akan ke mana? Dan mengapa dia harus bersiap?
"Bersiaplah, Prabaswara! Kau akan ikut ke Kembang Arum!" sahut Prabu Gandarwidura.
"Kem... Kembang Arum?" Prabaswara justru semakin bingung saat eyangnya menyebut nama kadhaton kecil yang tak jauh dari Tirta Wungu.
Kenapa dia harus ikut ke Kembang Arum?
Masalahnya selama ini, ketika ada kunjungan ke kadhaton lain, dia sama sekali tidak pernah diajak!
"Kenapa kau malah berlagak kebingungan begitu? Lekaslah bersiap! Kita harus segera tiba di Kembang Arum."
"Tapi, tapi... untuk apa Prabaswara ikut ke Kembang Arum, Eyang?"
"Nanti kau akan tahu sendiri."
Prabaswara ingin bertanya lagi, tapi urung. Ia harus segera bersiap atau eyangnya memilih batal mengajaknya.
Dalam hati Prabaswara sangat senang. Ini akan menjadi kunjungan kenegaraan pertamanya. Namun ia juga cemas tak bisa mengimbangi pembicaraan karena ia belum pernah melakukan kunjungan sebelumnya.
Semoga saja kunjungan kali ini menyenangkan.
***
"Prabu Gandarwidura dan beberapa utusan Tirta Wungu akan datang ke Kembang Arum."
Taranggana baru saja mendapat informasi dari patih bahwa pihak Tirta Wungu akan datang berkunjung. Ia langsung menyampaikan informasi tersebut pada istrinya agar tidak uring-uringan. Sasikirana sedikit sensitif jika membahas Tirta Wungu, sejak pembicaraan beberapa tahun lalu. Apalagi sekarang Sasikirana tengah mengandung.
"Untuk apa mereka datang? Utang kadhaton kita sedikit demi sedikit sudah dilunasi, bukan?"
"Entahlah. Mungkin mereka hanya ingin berkunjung. Atau...." Taranggana mendadak teringat sesuatu.
Perjodohan yang telah direncanakan lima belas tahun lalu.
"Atau apa, Kanda?"
"Lamaran untuk Wulandari," kata Taranggana pelan.
"Tidak mungkin! Aku belum rela putriku dilamar secepat ini!"
"Tetapi sepertinya mereka belum berniat melamar. Mungkin hanya ingin berkenalan."
Asumsi Taranggana tidak sepenuhnya salah. Kunjungan Tirta Wungu memang belum resmi melamar. Tapi tentu saja lamaran itu akan datang dalam waktu dekat.
***
Prabu Recasentanu sendiri yang menyambut kedatangan rombongan Tirta Wungu didampingi Senopati Bimangkara dan penasihat kepercayaannya.
"Selamat datang di Kadhaton Kembang Arum, Kanjeng Prabu Gandarwidura."
"Lama tidak berjumpa, Prabu Recasentanu. Anda tampak semakin bugar dari terakhir kali kita bertemu."
Prabu dari kedua kadhaton tersebut saling berjabat dan berpelukan. Seakan melepas rindu yang amat dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prabaswara [Complete√] ~ TERBIT
RomancePrabaswara adalah pangeran Kadhaton Tirta Wungu yang kehadirannya antara ada dan tiada. Prabaswara kerap mendapat perlakuan buruk dari keluarganya. Ia sangat takut tak ada putri yang mencintainya karena status dan kondisinya. Wulandari adalah putri...