Jeno berjalan di sepanjang koridor lantai tiga. Di lantai ini hanya ada ruangan untuk beberapa club yang Jeno urus.
Sebagai presiden club, tentunya Jeno harus selalu memantau perkembangan semua club yang ada di tangannya.
Ada sekitar lima club yang Jeno pegang saat ini. Ada dance, band, basket, paduan suara, dan renang. Selebihnya di pegang oleh mahasiswa fakultas tata boga.
Sebenarnya cukup repot untuk Jeno yang merupakan mahasiswa hukum. Tapi ia melakukan ini untuk mencari kesibukan saja.
Jeno sudah mengecek empat club, sekarang tinggal satu ruang club lagi yang akan ia datangi.
Membuka pintu ruangan, ia disambut dengan tatapan terkejut dari anggota yang ada disana.
"Saya disini hanya ingin mengambil daftar anggota club yang baru sekaligus meminta laporan bulanan kegiatan club." Ucap Jeno tak lupa dengan wajah datarnya.
Hyunjin maju, sebagai ketua dari club dance. Lalu menyerahkan map merah bertuliskan 'Dance Club' pada Jeno.
"Ini. Ada sekitar 30 mahasiswa baru yang gabung disini. Laporan bulanannya juga udah ada disitu." Ucap Hyunjin.
Jeno mengangguk. Lalu membuka map itu. Dahinya mengernyit kala menyadari sesuatu.
"Na Jaemin? Dia ikut disini?" Tanya Jeno.
"Hem. Dia baru aja gabung tadi." Jawab Hyunjin.
"Tapi dia juga ikut basket. Basket sama dance jadwalnya bisa tabrakan."
"Tumben lo peduli. Lo jarang banget peduli sama mahasiswa yang ambil dua club." Sindir Hyunjin.
Jeno mengalihkan wajah. Menghindari tatapan intimidasi dari sahabatnya.
"Ga. Gue cuma ngomong aja. Siapa juga yang peduli." Elak Jeno.
Hyunjin tersenyum miring. Lalu menepuk bahu lebar sahabatnya.
"Ya udah. Gue mau latih anak-anak dulu."
Setelah mendapat anggukan dari Jeno, Hyunjin lantas pergi. Menyisakan Jeno di depan ruang dance dengan pintu yang baru saja di tutup Hyunjin.
"Apa peduli gue."
.
Jaemin berlarian sepanjang koridor lantai tiga. Tujuannya adalah ruang dance.
Ia harus latihan hari ini. Tapi karena ajakan menggairahkan dari dua sahabatnya, ia harus terima jika ia dihukum di hari pertama latihan dancenya.
"Sialan emang tuh dua curut. Gue terlambat kan sekarang. Si doweh pasti ngamuk nih." Gerutu Jaemin di sela nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari.
Saking sibuknya ia dengan langkah kakinya, ia tak menyadari jika ada orang di depannya. Berakhir ia menabrak orang itu hingga map yang dibawanya berceceran di lantai.
Bruk!
Jaemin turut terjatuh dengan bokong mencium lantai.
"Lo punya mata ga sih- Jeno?" Jaemin membulatkan matanya ketika mengetahui siapa orang yang ditabraknya.
"Eh, sorry. Gue ga sengaja. Gue lagi buru-buru." Jaemin buru-buru membantu Jeno membereskan map-map yang berjatuhan.
"Punya mata dipake. Jangan buat pajangan di wajah doang." Sinis Jeno. Ia menerima map yang diulurkan Jaemin dengan kasar.
Sedangkan Jaemin menahan kesal di hatinya. Entah kenapa, perkataan Jeno kali ini cukup membuatnya sakit hati.
"Gue tau gue salah. Salah gue karena ceroboh dan ga make mata gue dengan benar. Sekali lagi gue minta maaf. Mau gue bantu bawain?" Tawar Jaemin.
"Ga perlu. Gue bisa sendiri. Katanya lo buru-buru."
"Gue emang buru-buru. Tapi kalo buat bantuin lo gue siap kok." Jaemin tersenyum lebar.
Jeno memandang malas kearah lelaki manis itu. Lalu berjalan maju melewati Jaemin dengan menabrak bahu lelaki itu.
Jaemin yang tak siap berusaha menahan berat badannya agar tidak jatuh ke belakang. Dan itu berhasil.
"Gue suka sama lo, Jeno." Perkataan spontan Jaemin itu membuat langkah Jeno berhenti. Namun tidak membuatnya berbalik badan.
"Gue suka sama semua yang ada sama diri lo. Apa lo ga mau buka sedikit aja hati lo buat gue?" Tanya Jaemin. Ia hampir menangis. Matanya berkaca-kaca.
"Thanks. Tapi gue ga suka sama lo. Jadi lo pergi jauh-jauh dari gue. Lo inget kalimat gue ini." Jawaban dingin Jeno tak membuat Jaemin menyerah.
Dengan cepat Jaemin berbalik dan berlari kearah Jeno. Memeluk lelaki tinggi itu dari belakang.
"Ok fine, kalo lo emang ga bisa nerima gue buat ada disisi lo. Tapi ijinin gue buat meluk lo kayak gini sebentar aja."
"Bahkan lo udah lakuin itu sebelum lo minta ijin ke gue."
Jaemin tersenyum dibalik punggung tegap lelaki yang dicintainya itu.
"Apa lo bener-bener ga bisa kasih gue satu aja kesempatan buat deket lo?" Tanya Jaemin.
"Gue ga bisa. Dan ga akan pernah bisa. Jadi lo jauh-jauh dari gue. Kalo perlu, lo ga usah muncul di hadapan gue."
Satu tangan Jeno berhasil melepas pelukan Jaemin dan menyentaknya ke belakang. Membuat lelaki manis itu jatuh terjerembab ke lantai. Lagi.
Sedangkan Jeno berlalu tanpa peduli dengan Jaemin yang kesakitan. Ia pergi dari sana, menuruni tangga dan menghilang dari penglihatan Jaemin.
.
.Hufttt
Bingung nulis alur dibagian ini
Jadinya pendek deh
Tinggalkan jejak juseyo⭐
Tbc*Up nya malem karna insom hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Fanfiction[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk