4

764 115 11
                                    

[Gloria Foret]

Aku berhasil masuk kedalam apartemenku, dan mendapati
Hye Yoon berdiri di ujung balkon. "Hye Yoon-ah?!"

Adikku berbalik, setelah ia mendengar aku memanggilnya. Wajahnya yang sembab, menandakan bahwa ia tidak berhenti menangis dari semenjak ia menelfonku tadi.

"Eonni" Lirihnya terisak.

Aku mendekatinya, berjalan pelan kearahnya. Hingga aku berada pada ambang pintu balkon, ia berbalik memunggungiku. Aku terdiam seketika, situasi kami membuatku takut.

Kudengar helaan nafasnya, dan saat berkata. "Eonni! Bagaimana rasanya menjadi dirimu?"

Aku tidak mengerti.

"Apa melepaskan pria itu ke sisiku, sangat sulit untukmu?" Sangat sulit.

"Hye Yoon-ah! Kita sudah sepakat. Bahwa aku tidak ingin membahas tentang hal ini lagi"

Dia kembali berbalik, dan posisi kami yang saling berhadapan. Angin malam menerpa rambutnya yang panjang bergelombang, bahkan dress floral biru selutut yang ia kenakan, melambai terbawa angin.

"Ini sudah malam, masuklah! Kau bisa sakit"

Dia kembali menangis, dan aku semakin tidak mengerti. Semua hal yang ia pinta dariku, sudah menjadi miliknya. Termasuk pria itu.

Leona berujar dari balik tubuhku. "Hye Yoon-Ssi! Anda diminta untuk menemui calon suami anda sekarang. Jadi kumohon, berhenti menjadi kekanakan karena kakak perempuanmu sudah banyak menderita karena ulahmu!!"

"Leona jangan ikut campur!" Hardikku.

Hye Yoon memandang marah kearah Leona, ia bahkan mendorong tubuhku menjauh dari pintu balkon. Langkahnya tepat berhenti didepan Leona, dan tangannya terayun dengan luwas untuk menampar pipi sekretarisku.

Plakk !

"Aku?" Ucap Hye Yoon marah.

Tanganku menghentikan tangan Hyeyon yang akan menampar lagi Leona. "Cukup!"

Pintu apartemen terbuka, bersamaan dengan aku yang mengehentak tangan adikku untuk menjauh dari Leona.

"Kim Hye Yoon!!"

Bukan namaku lagi yang pria itu sebut untuk pertama kali, bukan tubuhku lagi yang pria itu peluk untuk pertama kali. Bukan wangiku lagi, yang ia hirup lembut bersamaan dengan rasa khawatirnya.

Bukan.

"Oppa!" Tangis Hyeyon membuatku tersadar, bahwa pria itu telah pergi lama dari sisiku.

Jung Hae in, dia masa laluku.

•••••

Leona membawakan segelas air untukku, setelah kepergian adikku dan Hae In. Aku menerimanya, dan langsung meneguknya hingga tersisa separuh gelas.

Aku dan Leona duduk disofa ruang tengah apartemen, wanita itu membuka lebih dulu pembicaraan diantara kami.

"Ancaman Hye Yoon bukanlah sesuatu yang serius. Seharusnya kau tidak perlu mendatanginya!"

Aku mendengkus geli, mengingat bagaimana pembicaraanku dengan wanita yang berstatus adik tiriku itu, ditelfon tadi.

"Kau bisa-bisanya tertawa!" Ucap

"Aku baik-baik saja, itu hanyalah permintaannya yang begitu kekanak-kanakan" Ucapku sembari tertawa geli.

Namun Leona masih tidak mengerti. "Apa maksudmu?"

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang