BAB V : Memilih Untuk Kabur

244 37 1
                                    

Preticia adalah Putri Bangsawan yang punya banyak akal. Hal itu dikarenakan Preticia sangat suka membaca. Membaca benar-benar membuka pikirannya hingga ia bisa membedakan apa yang benar dan apa yang salah.

Akalnya mengatakan Putra Mahkota bukan pria yang tepat untuknya. Preticia tahu suatu saat ia harus menikah dan mengorbankan mimpinya, ia akan dengan sangat rela berkorban untuk suaminya tapi tidak untuk Putra Mahkota.

Semalaman Preticia memikirkan cara untuk menghentikan pernikahan ini, namun tak ada jalan keluar. Semua ide-idenya terasa mustahil untuk bisa berjalan sesuai dengan rencananya. Tidak ada jalan untuk menuju kebebasan dirinya karena keluarganya sudah tidak mendukungnya lagi dan memaksanya untuk menikah dengan Putra Mahkota.

Padahal yang akan menikah itu dirinya, yang akan menderita juga dirinya. Tapi entah mengapa orang-orang seperti melemparkannya ke dalam jurang penderitaan.

"Ayo Preticia. Coba pikirkan jalan keluarnya," geram Preticia sambil terus memukul-mukulkan kepalanya berharap ia bisa mendapatkan ide yang cemerlang.

Matanya yang melihat ke sembarang arah itu tanpa sengaja melihat sebuah buku tentang pengembara yang mencari harta karun. Buku itu adalah buku fiksi ilmiah pertamanya. Preticia ingat ketika ia mendapatkan buku itu, ia meminjamnya dengan susah payah dari perpustakaan kota satu bulan yang lalu dan sampai sekarang belum selesai ia baca.

Preticia mendekati buku yang tergeletak di meja itu. Sampulnya yang menarik serta judulnya yang tidak biasa membuat Preticia menjadi ingin membacanya namun belum selesai karena Preticia merasa kesulitan membayangkan apa yang sedang dijabarkan oleh penulis di buku tersebut.

Preticia membaca judul bukunya dengan mata yang berbinar Pengembara : Pulau Harta Karun. Sekejap terlintas ide liciknya untuk kabur dari kediamannya seperti yang dilakukan oleh pengembara itu untuk mencari harta karun di Pulau Atlantis.

Sudah diputuskan bahwa Preticia memilih untuk kabur sebagai jalan keluar dari masalahnya kali ini.

Preticia berjalan menuju balkon kamarnya. Ia sedang menerawang kapan matahari akan terbit. Masih beberapa jam lagi menjelang pagi tiba. Preticia pun segera mempersiapkan barang-barang berharganya untuk ia bawa kabur.

Dibanding membawa pakaian, Preticia lebih memilih membawa banyak perhiasannya karena dirasa lebih berguna untuknya nanti.

"Yup ... semua perhiasan sudah aku bawa, aku tinggal ..." Preticia memperhatikan pakaiannya. Jika dipikir-pikir pakaiannya ini terlalu mencolok jika ia akan berbaur dengan para penduduk nanti. Orang-orang pasti akan langsung mengenalinya jika ia memakai gaun semewah ini.

"Aku tidak memiliki baju yang sederhana," monolog Preticia pada dirinya sendiri.

Preticia menggeleng tidak ingin berpikir terlalu jauh.

"Sudahlah, tidak perlu diambil pusing. Ambil saja nanti di pemukiman warga."

Preticia mengambil selimut tipis yang berada di tempat tidurnya. Biasanya akan ada penjaga yang menjaga kamarnya. Itu sebabnya Preticia akan pergi lewat balkon dari kamarnya. Beruntung balkon kamarnya terhubung dengan taman bunga miliknya, di mana itu akan memudahkannya untuk kabur melalui pagar belakang kediamannya.

Setelah selesai mengikat kainnya pada pagar pembatas balkonnya, Preticia turun menggunakan kain tersebut ke bawah. Meskipun ini baru pertama kalinya ia melakukan hal senekat ini, Preticia bisa selamat sampai kakinya menginjak tanah yang membuatnya terus mengucapkan syukur di dalam hati.

Ia pun berjalan mengendap-ngendap dan pergi ke taman bunga miliknya. Sungguh Preticia merasa amat sangat beruntung karena di sekitar taman tidak ada pengawal yang sedang berjaga.

Dengan hanya bermodalkan tekad, Preticia memanjat pohon yang dekat dengan tembok pagar yang menjulang tinggi. Karena itu satu-satunya jalan baginya untuk bisa melewati dinding yang besar ini.

Dengan usaha yang keras, pada akhirnya Preticia pun berhasil memanjatnya dan kemudian mendarat di tanah yang dipenuhi dengan rumput yang lebat.

Pendaratan yang tidak terlalu mulus membuat Preticia jatuh di tempat yang tidak tepat. Rasa sakit langsung menghantam tubuhnya ketika ia nekat untuk melompat dari tembok yang setinggi sekitar dua meter itu.

"Duhh ... sakit banget lagi." Rintih Preticia.

"Gak-gak lagi deh kayak gini," lanjutnya.

Preticia bangkit berdiri sambil memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Dengan perlahan Preticia pun melangkah menjauhi kediamannya. Tanpa memikirkan resiko yang akan menimpanya di masa yang akan datang, Ia pergi dengan niat untuk tak kembali lagi.

Di pagi harinya, kediaman Sonnata dihebohkan dengan Putri Preticia yang tidak berada di kamarnya. Para prajurit serta pelayan beramai-ramai mencari keberadaan Putri Preticia yang menghilang dari kamarnya. Kabar itu pun sampai ke telinga Putra Mahkota Eldrick yang sedang ingin sarapan bersama keluarga Duke Maivolery.

"APA? KABUR?" teriak Putra Mahkota dengan marah.

"I-iya yang mulia. Putri Preticia kabur dari kamarnya. Kamarnya kosong dan hanya beberapa kain yang diikat di balkon kamarnya. Semua perhiasan Putri Preticia tidak ada, namun pakaiannya masih lengkap yang mulia," jelas seorang prajurit yang melaporkan kejadian yang terjadi.

Tentu mereka semua terkejut dengan pernyataan dari sang prajurit yang mengatakan bahwa Putri Preticia telah kabur dari kediamannya. Keluarga Preticia seperti tak percaya dengan kebenaran berita tersebut. Mereka merasa yakin bahwa Preticia masih berada di kediaman ini dan sekarang ia tengah bersembunyi.

Namun ketika mereka mengingat bahwa yang melakukan hal itu adalah Preticia, mereka menjadi yakin dengan informasi yang disampaikan oleh sang pengawal karena Preticia mampu untuk berbuat hal nekat seperti itu.

Kemarahan Eldrick tak tertahankan lagi. Ia bangkit berdiri dan dengan tergesa menuju kamar Preticia. Ia ingin menganggap bahwa berita itu bohong dan membuktikannya sendiri.

Namun ternyata berharap pada keyakinan yang tak pasti justru malah membuatnya semakin gila.

Eldrick merasa gila karena apa yang dikatakan prajuritnya barusan adalah benar, bahwa Preticia kabur dari kamarnya.

"CEPAT CARI PUTRI PRETICIA DAN BAWA DIA HIDUP-HIDUP ATAU NYAWA KALIAN SEMUA YANG AKAN JADI TARUHANNYA!" mendengar teriakan amarah Putra Mahkota Eldrick membuat semua yang berada di ruangan itu dilanda ketakutan.

Kemarahan sangat tercetak jelas di wajah tampannya. Tatapannya dingin dan semakin menajam. Dahinya mengkerut dan alisnya menukik, wajahnya yang putih berubah menjadi kemerahan akibat kemarahan yang begitu membuncah hatinya. Eldrick ingin melampiaskan kemarahannya dan ia bersumpah akan membuat Preticia menderita karena telah berani kabur darinya.

Kejadian memalukan seperti ini tidak pernah terjadi dalam sejarah Kerajaan Vantopia di mana sang mempelai wanita yang akan menikah justru malah kabur seminggu sebelum pernikahannya. Akan menjadi aib bagi sejarah Kerajaan Vantopia jika hal ini sampai tersebar ke seluruh dunia.

Para istri Eldrick pun datang mendekatinya. Mereka ingin menenangkan kemarahan suaminya. Namun cacianlah yang mereta dapatkan, sepertinya waktunya sangat tidak tepat untuk menenangkan hati Eldrick.

Karena yang Eldrick mau hanyalah Preticia berada di sini, dihadapannya, dan menatap dirinya. Ditatap dengan penuh kebencian lebih baik bagi Eldrick daripada ia harus kehilangan tatapan itu untuk selama-lamanya.

Sampai kapan pun, bahkan dalam kematiannya sekalipun, ia hanya ingin Preticia. Dan ia bersumpah setelah ini Eldrick tidak akan pernah melepaskannya dengan mudah. Harga yang harus dibayar Preticia sangat mahal karena telah berusaha kabur darinya.

Kau memang minta dihukum ya, gadis liar?

🥀🥀🥀

BAB Selanjutnya : Sang Kutukan

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang