bagian 14 ⅛

113 9 0
                                    

Sepasang anak kembar bermain begitu riang gembira di sekitar dinding luar taman kota, mata coklat madu gadis itu berbinar, jemari mungil mereka menggenggam erat ranting kayu dan menggoreskan di tumpukan benda putih mengkilat, sungai membeku si kembar tidak bisa bermain air di sekitar sungai. Wajah mereka tergambar begitu gembira sesekali menatap satu sama lain dan kembali melukis, coretan-coretan itu menghasilkan maha karya si kembar, coretan dimana diri mereka bersama keluarga lengkap, ibu dan ayahnya ada di coretan, tertawa bahagia membayangkan keluarga mereka bisa seperti lukisan yang mereka buat.

Segerombol anak-anak tiba-tiba menghampiri mereka, yang awalnya berada di dalam taman kota. Mereka menatap jijik melihat si kembar tertawa pada benda mati.

"Jelek banget"

Airi dan Satoshi berdiri, mereka terkejut anak-anak yang selalu membully mereka kembali menantangnya, Satoshi melindungi Airi di belakang tubuh kecilnya.

"Hei rakyat miskin! Jangan mengkotori tempat kami yang bersih... kalian kotor" kata ketua kelompok bocah itu.

"Mau kalian apa" ucap Satoshi berdiri di depan berusaha melindungi adik perempuannya.

"Lihat dia sok berani" kata bocah lain

Mereka mendorong Satoshi dan merempuk memukulinya, Airi yang berada di belakang kakak untuk mencari perlindungan malah terkena hajaran, tidak terima adiknya di sakiti Satoshi melempar bola salju ke arah mereka memberi celah untuk kabur bersama adiknya. Ketika mereka menjauh karena Satoshi melempar tepat di wajah mereka, dia menarik tangan adiknya dan lari terbirit-birit.

"Mereka kabur, kejar jangan" kata bocah lain.

"Biarkan, aku punya ide"

.
.
.

"Airi, kakak minta maaf ngga bisa melindungi kamu" sesalnya, dia memeluk adiknya yang menangis.

"Sakit ya, ayo pulang-"

Airi menahan tangan kakaknya, dia menggerakkan kepala tidak mau. Satoshi berjongkok di depan adiknya mengelus surai putih yang sama seperti miliknya.

"Kakak" kata Airi
"Iya?" Ucap Satoshi halus.

"Ai, lapar"

Satoshi menatap sekitar tempat mereka beristirahat, dia menepuk pelan puncak kepala adiknya untuk tunggu disana, sementara Satoshi mencari sesuatu makanan yang masih layak untuk di konsumsi.

5 menit kemudian... Satoshi kembali membawa sesuatu di tangannya, dia mendapatkan kotak makan isi takoyaki yang masih utuh dan terlihat masih bisa di konsumsi. Adiknya terlihat lahap memakannya, jujur Satoshi juga lapar untungnya Airi baik dia mau membagi Takoyaki itu.

"Sudah kenyang?"
"Hmm kenyang kak, makasih kak Toshi" kata Airi memeluk kakak kembarnya.

"Padahal kita beda 2 menit loh, kok Airi ngga manggil nama aja"
"Engga mau, kalau kata Airi. Kakak ya harus kakak" kata Airi.

.
.
.

Di perjalanan menuju pulang kedua mata si kembar tertuju pada sebuah toko yang memiliki pohon natal yang di hias. Mereka menatap toko estalase yang sama waktu itu tapi lebih memilih cukup jauh dari kaca toko, sebuah pohon natal berhasil membuat si kembar cukup menikmati warna-warna nyentrik milik pohon itu.

"Jadi ini anaknya!!" Airi maupun Satoshi menoleh ke sumber suara, dia di kagetkan oleh beberapa ibu-ibu mendatangi mereka.

"Jadi kalian yang memukuli putraku!?" Kata ibu itu dengan nada sakras.

"Engga, mereka yang duluan memukul kakak" kata Airi berani.

"Kamu berani membalas SAYA" nada suaranya meninggi Airi dan Satoshi mengernyit kaget sekaligus takut melihat mereka yang marah.

Look at me (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang