64. Suram

89 5 0
                                    

"Dunia akan selalu berputar mengikuti takdir yang telah digariskan menimbulkan  rasa sakit, bahagia, lelah, rapuh disetiap  jalan yang harus ditempuh oleh setiap insan."

-Agaraya-

Sesampainya di kelas Raya menghampiri Rain.

Gadis itu menelungkup kedua tangannya sebagai permintaan maaf. Rasa bersalah menyelimuti perasaan melihat sahabatnya sudah tak sama lagi seperti dulu.

Niat baiknya untuk mau terbuka dengan Rain seketika hancur, dia terlambat untuk mengutarakan segalanya. Hari-hari indahnya terlalu berlalu digantikan suramnya kehidupan.

Dia merasa takut apa yang disaksikan di mimpi akan segera menjadi kenyataan yang memilukan. Penyesalan selalu datang dibelakang, kini dirinya sudah tak tahu lagi harus bagaimana.

"Maaf Ren, itu gak seperti apa yang elo liat. Tolong jangan percaya hasutan, Bintang," tuturnya penuh penyesalan.

Rain masih menatap ke depan, tak sekalipun menghiraukan ucapan Raya.

'Percuma elo ngasih penjelasan semua telah usai, Ray. Gue udah terlalu lelah buat percaya tentang kebohongan elo' batinnya menggerutu.

Rain sudah tak bisa lagi berkompromi atas kedekatan Raya dengan Aga. Hatinya seakan tertusuk belati yang meruntuhkan dunianya.

Mungkin, ini sudah menjadi takdir yang harus diterima. Mengapa harus ada rasa yang menghancurkan segala hal?

Suram menjadi suasana yang harus diterima oleh Raya dan Rain. Mau tak mau mereka terpaksa menjauh, sebab rasa kepercayaan sudah tak ada lagi.

Seandainya waktu bisa diputar kembali mereka mungkin bisa memperbaiki segalanya, tak akan memilih ego masing-masing dan menjadikannya rusak.

"Ren, kasih gue kesempatan. Jan--"

Disisi lain Aga merasa bersalah karena kehadirannya ternyata dimanfaatkan oleh Bintang untuk merusak persahabatan gadis itu. Entah mengapa niat baiknya tak sejalan oleh apa yang diinginkan. Ada saja orang yang tidak suka melihat kebersamaan dengan Raya.

Tiap kali dia ingin membantu, justru perlahan tapi pasti berbalik menjadi rasa sakit. Keadaan seolah selalu memihak yang lain.

Lagi-lagi Aga tidak berada di keadaan yang tepat untuk menjaga Raya. Berkali-kali dipisahkan oleh kesalahpahaman, masalah mereka tetap berjuang untuk bersama. Karena, laki-laki itu Raya sangat membutuhkan dirinya.

Bel berbunyi menandakan waktu pembelajaran SMA Demantara telah dimulai. Raya menghela napas beratnya, perkataannya terpotong karena bunyi bel.

Sampai saat ini, gadis itu merasa ini seakan mimpi buruk. Dirinya tak menyangka laki-laki yang pernah berdamai dengannya berubah menjadi seseorang yang egois demi mendapatkan apa yang diinginkan.

Dari sebuah penolakan darinya saat laki-laki menembaknya sebagai sahabat menyebabkan kehancuran tanpa disadari menjadikan badai di hidup Raya.

Rasa cinta berlebihan menjadi hal buruk, dari keegoisan berubah obsesi yang merubah kehidupannya.

Bintang kembali menyeret dirinya ke dalam kabut sampai menyiksa batin dan fikiran. Rantai yang perlahan lepas kini mengikat kembali kepada takdir yang memilukan.

'Ren, kenapa sih semua harus berubah? Padahal baru sesaat gue bisa menerima kehadiran Aga, elo justru malah menjauh?' batin Raya bertanya-tanya.

Penjelasan dari guru biologi sama sekali tak tersimpan di otaknya. Hanya masuk ke telinga kanan keluar telinga kiri. Gadis itu benar-benar tak bisa fokus dengan pelajaran sama sekali.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang