"Tolong!! Siapapun itu tolongin gue," Gistara mendengar suara teriakan dari arah gudang dekat ruangan kerja Iqbal. Posisi Gistara saat ini sedang mengunjungi Iqbal karena ada hal mendesak yang harus dia beritahu pada Iqbal. Niatnya membuka knop pintu tertunda karena ada suara teriakan perempuan dari arah gudang.
Perlahan langkah kakinya menuju gudang. Sesampainya di depan pintu, Gistara segera membuka knop pintu dan melihat seorang wanita cantik yang dia temui ketika di dalam ruangan Iqbal. Dia sekertaris Iqbal.
"Kamu kenapa?"
"G-gue, takut disini. Tadi gue salah masuk ruangan ternyata ini gudang. Hikss, gue mau keluar tolongin gue. Please," Aletta berpura-pura menangis di delan Gistara. Sebenarnya Gistara malas meladeni perempuan di depannya itu. Tetapi, hati Gistara tidak sejahat dan seburuk yang di perkirakan. Jadi dia lebih memilih membantu sekertaris.
Gistara mengulurkan tangannya, "Sini aku bantu. Pelan-pelan," ketika tangan Aletta sudah menerima uluran Gistara. Justru Aletta mengubah posisinya yang tadi duduk dilantai kini sudah berdiri tegak dan memperlihatkan smirk. Bibirnya terangkat menyunggingkan senyuman tidak mengenakan.
"Wah!! Sumpah hati lo baik banget!! Sangking baiknya, gue pengen muntah dihadapan lo! Lo, malam ini tidur digudang! Bye istrinya Iqbal! Gue pastiin lo bakalan tidur sama tikus-tikus menjijikan itu!"
Aletta menjatuhkan tubuh Gistara pada tumpukan kardus-kardus yang ada di gudang. Gistara hanya meringis kesakitan, karena dia sedang mengandung. Gistara justru melihat kearah perutnya hang terasa sedikit nyeri.
"Hikss, kamu bertahan ya nak. Sshhh sakit banget lagi!! Seharusnya aku gak nolongin sekertaris ular itu!! Gistaraa bodoh!!"
Langit dilihat sudah berubah menjadi pekatnya malam. Waktu juga sudah tidak terasa berjalan begitu cepat. Menghabiskan waktu di dalam gudang membuat Gistara pengap. Apalagi udara di dalam gudang sangat lembab.
Cit... Cit....
Suara makhluk kecil berwarna putih mendekati Gistara, "AAAA!! TIKUS!"
"TOLONG!!"
"TOLONG!!"
Suasana diluar gudang sangatlah sepi, tidak banyak karyawan yang berkeliaran. Gistara mulai mengetuk pintu gudang sekeras-kerasnya. Dia menggunakan seluruh energinya untuk memanggil siapa saja yang ada diluar.
"Akhh! S-sakit," Gistara mengerang kesakitan.
Dilain tempat, Iqbal masih berada diruang bekerjanya. Mengurus beberapa proposal pekerjaan dan juga merapihkan beberapa dokumen. Iqbal melihat arah jam tangannya. Dia sedikit khawatir mengapa istrinya sejak siang tidak datang keruang kerjanya.
"Kok dari siang Gistara belum sampai-sampai ya? Tadi ngabarin katanya udah di depan kantor. Tapi kenapa sampai jam tujuh malam belum kelihatan. Kayak nya ada yang ga beres," gumam Iqbal. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik nama istirinya.
"Shit!! Udah sampe berkali-kali gue telpon gak diangkat lagi," Iqbal lari keluar dari ruangannya. Dia melihat beberapa sudut sudah tampak sepi. Hanya saja masih ada beberapa karyawan yang memang sedang lembur.
"T-TOLONG!" teriaknya lagi dari arah gudang.
Iqbal mendengar suara teriakan yang berasal dari gudang. Dia segera lari menuju arah gudang.
"Gis?"
"Mas!! Hikss sakit! Cepat buka pintunya, sakit banget!"
"I-iya sayang tenang, Mas dobrak pintunya."
Gistara yang di dalam hanya bisa menahan rasa sakit yang dia rasakan dari perutnya. Kehamilan diusia seperti ini masih rentan. Gistara takut jika terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waketos Is My Husband [On Going]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA] "K-kak Iqbal ngapain maju-maju? Kak j-jangan," ucapnya terputus akibat dia terus maju kearahnya. Dan dia mendekatkan wajahnya yang hanya berjarak satu centi pada gadis tersebut. Cup Tiba-tiba saja ciuman itu mendarat tepat di k...