5-Ternyata dia

12 3 0
                                    

*****

Beberapa hari berlalu masih dengan tantangan yang sama bagi Ayla.

Pagi yang sejuk dengan suasana panas karena Yazdan selalu membuat hidup Ayla terusik. Pagi ini, Ayla berjalan lurus tak memperdulikan apapun. Bahkan sepertinya hari ini ada berita menggelegar di sekolahnya. Tapi, perasaan ingin tahu tak pernah hinggap di hati Ayla.

Sampai di ruang kelas, Ayla langsung mendaratkan badannya pada sebuah bangku. Suasana sekolah sudah ramai, tapi dalam kelasnya masih hening.

"Orang-orang pada kemana?" monolognya.

Beberapa detik berlalu, Ayla dikejutkan oleh sapaan yang membuat hatinya makin risih.

"Assalamu'alaikum ... Ay."

Netra Ayla mendelik sinis, sudah bisa menebak siapa yang pagi ini menyapanya. Ya, siapa lagi kalau bukan Yazdan.

"Wa'alaikumussalaam."

"Kamu udah sarapan belum?" tanya Yazdan semangat.

"Udah."

"Yah ... Padahal, tadinya Aku mau ajak ke kantin. Mau traktir kamu cilok."

Ayla hanya memutar bola matanya kemudian menghadapkan wajahnya ke lain arah.

"Orang-orang kemana?" tanya Ayla singkat.

"Tadi sih, Aku lihat temen-temen kita ada di dekat gerbang."

"Pada ngapain sih?"

"Aku juga gak tahu."

Ayla mendecak sebal.

"Kalau Kamu mau tahu, lihat aja sendiri, Ay."

Saran dari Yazdan masuk akal juga. Ayla langsung beranjak meninggalkan Yazdan sendirian.

"Eh ... Ay, tungguin Aku!"

***

Benar saja kata Yazdan, banyak siswi perempuan yang berkumpul di sini. Entah ada apa, mereka kompak. Bahkan kedua sahabatnya pun ada diantara mereka.

"Ada apa sih ini?" herannya.

Ayla menghampiri kedua sahabatnya, jelas ingin tahu apa yang terjadi.

"Aul, Qila ..."

Yang diteriaki seketika menoleh dan memberikan isyarat kepada Ayla agar dirinya Segera mendekati kedua sahabatnya itu.

"Ada apa sih, ini? Kok pada kumpul disini?"

"Udah syuttt ... Kamu diam aja, bentar lagi dia datang," Semangat Aqila.

"Dia? dia siapa?" Geram Ayla.

"Udah nanti juga tahu, Kita bakal nyambut seseorang." potong Aulia.

"Seseorang siapa sih?"

Ayla mendengus kesal. Pasalnya ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan yang terpenting, apakah ini semua penting untuk diri Ayla?

"Wah ... Itu dia udah datang!" sahut salah satu siswi perempuan.

"Iya bener, Ya Allah aku deg degan!"
jerit yang lain.

"Akhirnya calon suamiku kembali!" Jerit yang lain.

"Aaaaaaa ... Ustadz," heboh Aulia dan Aqila. Mereka berjinjit melihat pemandangan di depan sana, yang samar terlihat karena banyaknya kerumunan para siswa.

Ayla menyumbat telinganya dengan kedua tangan. Orang-orang disini memang sudah tidak waras!

Ayla sangat sebal, ia kemudian berjalan menembus kerumunan beberapa siswa.

"Ada apa sih sebenarnya yang ada di depan sana! Sampai orang-orang disini pagi-pagi udah pada gak waras!"

Gerutu Ayla. Badannya beberapa kali terhimpit, namun beruntung, ia bisa sampai di depan.

"Awas aja, bakal aku marahin dia! karena udah bikin kerusuhan!" pekik Ayla.

Terlihat di halaman sekolah terparkir mobil mewah berwarna hitam. Sepertinya akan turun seseorang.

"Nah, tuh orang biang keladinya!" dengus Ayla dengan kekesalan menyala-nyala.

Dari mobil mewah itu turun seorang pria berpeci hitam, memakai Koko panjang dan memakai sarung. Gayanya khas seperti Santri di pondok pesantren. Ia nampak berwibawa saat keluar dari mobil itu.

Ayla tersulut emosi. Secepat kilat ia berlari ke arah mobil itu sambil mengeluarkan ocehan dan protesan.

Semua siswa terkejut bukan main ketika melihat Ayla dengan lantang menghampiri seseorang yang dianggap istimewa itu. Tak terkecuali dengan Aulia dan Aqila yang ikut melongo melihat tingkah Ayla.

"Tuh bocah mau ngapain, Qil?" Mata Aulia melotot ke arah Aqila.

"Gak tau! Udah cepetan sekarang kita samperin, takutnya dia malah ngelakuin hal yang lebih dari ini."

Mereka langsung berlari kecil hendak menyusul Ayla.

Sampai di tempat tujuan, Ayla langsung mengoceh. Terlihat, Pria itu terdiam. Dia memakai kacamata dan masker sehingga wajahnya tertutupi.

"Hey ... Anda sebenarnya siapa? Apa Anda lihat, Anda sudah membuat kerusuhan disini. Saya heran, kenapa orang-orang disini bisa gila karena Anda?"

Pria itu tak menggubris.

"Hey ... Apa Anda tidak mendengar kata-kata Saya?"

Hatinya sangat geram melihat pria itu hanya mematung dan tak menjawab sepatah katapun.

Pria itu hanya menggeleng kemudian perlahan membuka masker dan kacamata yang menutupi wajahnya.

Mulut Ayla menganga sempurna, tak percaya dengan yang dia lihat di depannya.
Patahan kata sudah kalut. Ayla tak bisa berkata-kata lagi. Ia tergugu sangat terkejut.

"L--l---loh ... K--kok?"

Aulia dan Aqila sampai ditempat Ayla. Kedua sahabatnya itu langsung menarik tangan Ayla kasar. Mau tak mau tubuh Ayla mengikuti arah laju sahabatnya. Namun, mulutnya masih belum tertutup sempurna.

"Maaf ... Ustadz, teman Saya otaknya rada gesrek, hehe...." Ucapan permintaan maaf keluar dari mulut Aulia. Spontan mata Ayla melotot.

"Apa! Otakku gak gesrek!" teriak Ayla.

"Udah ... Udah, ayo cepetan kita balik."

Terdengar riuh dari siswa yang geram melihat tingkah Ayla.

"Kamu kenapa sih, Ay! Kenapa coba, kamu marah-marah ke, dia?"

"Dia tuh yang bikin kerusuhan. Kalian kaya orang gila gara-gara dia, makanya Aku sebal dan marahin dia."

"Ya ampun, Ay..." Aulia menepuk jidat.

"Emangnya siapa sih dia tuh? Penting banget kayaknya, dan..."

"Dia tuh Ustadz Muda yang sering kita omongin," geram Aulia.

"Dia Ustadz Jabbar," lanjut Aqila.

Ayla terdiam dan tak menanggapi kembali.

"Kok, Ustadz Jabbar. Bukannya dia tuh..."

*****

Siapa ya yang Ayla maksud??

Jangan lupa vote, coment, dan subrek ya geys😉✨

My Ustadz  My Enemy [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang