"Pagi, Ara." sapa Rifki ramah.
"Pagi kembali, Bang Rifki." sapa Ara yang tak kalah ramah.
Ara seneng pagi-pagi berpapasan di koridor sama abang kelas yang baik nya, MasyaAllah.
"Nah, bagus nya kan kek gini. Pagi-pagi ketemu nya sama yang manis. Yang mengademkan hati dan jiwa."
Rifki yang menyapa Ara, adalah Ketua Osis Ara di sekolah.
Banyak cewek disekolah yang naksir sama Rifki. Termasuk Ara.Sebenarnya, sudah lama ia menyimpan perasaan sama Rifki. Tapi karena Rifki nggak peka sama perasaan nya. Dan nggak pernah nembak Ara. Jadi lah ia hanya memendam perasaaan nya.
Dan swag nya lagi ia malah pacaran sama cowok yang lain. Karena ia punya pacar. Membuat nya menjauh dari Rifki. Bagi Ara menjaga perasaan pacar itu penting, itulah yang membuat Ara menjauh dari Rifki. Ya sekedar menjaga perasaan pacar. Tapi rasa suka nya sama Rifki nggak bisa di bohongi, ia masih menyukai cowok itu.
Mungkin pertama nya ia menyukai Rifki karena rasa kagum. Tapi lama lama rasa itu membesar dengan sendiri nya.
Rifki itu menurut Ara. Cowok paling ramah sedunia. Lebay kan kata-kata nya ? Tapi ya itulah yang Ara rasa setelah kenal Rifki. Udah itu, Rifki juga murah senyum, paling sabar. Ehem, cocok lah jika disandingkan dengan dirinya yang ramah juga.
Bugh.
Ara merasa bahu nya di tabrak seseorang dengan keras. "Dih, ada sasima." celetuk orang yang menabrak bahu Ara. Tanpa merasa bersalah orang itu terus berjalan tanpa meminta maaf kepadanya.
Dari ucapan nya aja Ara langsung tahu itu siapa.
"Sesama sasima jangan berantem dong. Akur kek sesekali." ucap Ara yang masih terdengar di telinga Nanta.
Cowok itu acuh. Dan tetap melanjutkan perjalanan nya.
"Udah bagus gue ketemu Bang Rifki. Buat mood gue jadi bagus. Dateng dia, mood gue langsung jelek."gerutu Ara sambil berkacak pinggang.
"Emang ya, cowok kayak dia itu cuma bisa bikin mood orang jelek aja." Ara masih menggerutui Nanta dan mata nya masih menatap punggung Nanta yang sekarang mulai berbelok ke kanan.
"Padahal koridor lain yang terhubung sama kelas nya itu banyak. Nggak cuma satu. Bisanya dia lewat koridor yang sama dengan gue. Itu pun, dia lewat hanya untuk menabrak bahu gue aja. Rese banget."
"Punya rese berapa tanjakkan sih tu anak?"
"Heran. Punya abang kelas kok gitu amat."
"Amit-amit dah punya pacar kayak dia."
Ara menghela nafas panjang. Mood dia pagi ini nggak boleh rusak.
"Semoga gue di jauhkan dari cowok yang bernama Nanta Ardhan. Ikhlas seikhlas ikhlasnya kalau jauh dari cowok kayak dia. Dan semoga gue di dekatkan sama cowok yang kayak Bang Rifki. Ini juga, gue ikhlas banget nget nget, apalagi sampai berjodoh sama Bang Rifki. Ya ampun bang, gue sampe ngarep gini jodoh sama lu." batin Ara meradang.
Gempi menyenggol lengan Ara. "Masih pagi Ra. Muka lo udah butek aja gue liat."
"Hufftt.. keliatan ya, Gem?" Secepat kilat Ara tersenyum dan memamerkan gigi nya yang rapih "Kayak gini udah kelihatan cantiknya nggak, Gem?"
"Udah kelihatan kok cantiknya." puji Gempi.
"Di mata bang Nanta tapi. Behahaha." lanjutnya.
Ara menggelengkan kepalanya. Bukan ledekan yang membuat Ara menggeleng. Suara tawa Gempi yang keras lah membuat Ara geleng kan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ultimate Happines
Teen FictionPacaran harus minta persetujuan. Sudah minta persetujuan di suruh nolak. Pacaran tanpa persetujuan disuruh putus. Di kisah hidup orang lain, ada abang yang tukang ngatur dan nggak ngebolehin adiknya pacaran. Di kehidupan Ara ada kelima sahabatnya...