Bab 15

188 18 18
                                    

Taery diam ketika Yoongi menguasainya—menggagahinya di dalam jacuzzy. Bergerak naik turun, membuat air beriak.Berkecipak.

Taery di atas. Yoongi di bawah. Taery mencengkeram bahu Yoongi. Rasanya memang nikmat. Tidak bisa berbohong. Tapi kondisi hati Taery tengah berduka.
Sedih. Bingung. Seperti mati rasa. Taery tak mengerti dengan dirinya sendiri. Ia marah dan kecewa. Bukan dengan Jimin atau Yoongi tapi ia sendiri.

Terlalu larut dalam permainannya. Egois. Tidak peduli dengan perasaan orang lain yang dia sakiti hanya karena dia juga tersakiti.

Ia tahu persis bahwa dua laki-laki yang berada dalam semesta Taery sama-sama menginginkannya. Sayangnya Taery tidak bisa memilih. Menggenggam erat dua-duanya. Dan kali ini dia merasa kedua orang ini akan pergi meninggalkan Taery pada akhirnya.

Lantas kepalanya pening. Memikirkan kemelut hatinya sementara di bawah sana tengah dirangsang dengan semua kenikmatan. Ditabrakkan jadi satu. Membuat Taery semakin dirundung bingung.

Bahkan ketika keduanya sampai di puncak bersama Taery tidak bisa membedakan mana rasa nikmat dan sakit. Keduanya terasa sama saja. Seperti narkoba. Membuatnya rusak tapi bisa menyediakan surga semu yang menyenangkan.

Kepala dan hati Taery masih berfungsi meskipun kadang perang antara keduanya membuat bising. Semua jalan tampak abu-abu. Apapun yang Taery pilih akan menyakitinya.

"Taery?" Yoongi terkejut ketika merasakan tubuh Taery yang masih menggigil. Padahal orgasme sudah berlalu. Meskipun mereka masih menyatu di bawah sana. Kepala perempuan itu masih disembunyikan di bahu Yoongi.
Sayup-sayup dia mendengar isak wanita yang masih dipeluknya. Kaget. Yoongi merasa sedikit tidak nyaman. Apakah yang baru saja mereka lakukan di luar consent Taery?

"Taery? Kau menangis? Kau tidak suka yang barusan?" tanyanya lagi.

Taery tidak menjawab. Perempuan itu malah memeluk Yoongi semakin erat dan menangis lebih keras. Akhirnya Yoongi diam. Membiarkan Taery berpuas diri meluapkan isaknya.

Pria itu hanya bisa membalas pelukan Taery. Sesekali mengusap punggung dan kepalanya. Tidak mengatakan apapun. Hanya mendengarkan isak Taery. Merasakan bagaimana sakit yang Taery rasakan lewat raungannya. Sebenarnya seberapa dalam luka yang disembunyikan oleh wanita ini? Apakah Yoongi ikut andil dalam memberikan luka itu?

Tiba-tiba merasa bersalah. Padahal biasanya dia tidak peduli dengan hal remeh temeh begini. Yang penting dirinya puas. Dominan.

Kedatangan Taery bagaikan titik noda yang susah hilang. Yoongi coba menghapusnya tapi noda itu malah semakin luas. Yang tadinya tidak terlalu tampak, menjadi begitu jelas dan tidak bisa lepas dari mata Yoongi.

Taery berhenti menangis. Sedikit terenggal karena sisa-sisa isaknya. Ia bergerak. Melepaskan tautan di sana. Kembali duduk di pangkuan Yoongi. Menatap laki-laki itu tanpa memperdulikan wajahnya yang kacau setelah menangis.

"Aku menyakitimu?" tanya Yoongi. Untuk pertama kalinya dia menanyakan sesuatu seperti itu. Concern dengan kondisi Taery saat ini.

Alih-alih menjawab, Taery berkata, "Aku mengantuk. Bisa pinjam kamarmu saja?"
Yoongi mengangguk. Bahkan jika Taery memintanya untuk menemani, dia bersedia. Memeluk Taery semalaman, menjadi sandaran ketika dia menangis, atau barang kali Taery mau menceritakan sebagian beban di hatinya, Yoongi bersedia.

***
Sebenarnya, ada hal yang ingin Yoongi bicarakan. Oleh karena itu, Yoongi memintanya datang. Ingin ngobrol serius tentang mereka berdua. Kejelasan hubungan mereka.

Aneh memang. Open relationship sudah menjadi kebiasaan Yoongi dalam menjalin hubungan. Partnernya harus mau menjalani hal yang sama. Mutualisme. Saling menguntungkan tanpa harus pusing dengan kekhawatiran saling menyakiti.

DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang