"Oikawa-sama.. Saya mau pamit pergi malam ini.." Tobio yang berdiri di samping ibunya membungkuk sopan.
Nyonya Mei Oikawa menautkan jari diatas meja seraya tersenyum anggun. Tobio yang sudah ia anggap sebagai anak angkat akan pergi. "Gemasnya melihat remaja akan pergi berkencan, jadi teringat masa muda.."
Tuan Oikawa terkekeh lalu mengusap punggung tangan istrinya. "Pulangnya jangan malam-malam ya Tobio, suruh temanmu mengantar sampai depan rumah."
"Ha'i Oikawa-sama.." Dengan sweater biru gelap, celana jeans, dan tas selempang hitam Tobio bersiap berangkat untuk kencan pertamanya.
Tooru yang juga ada disana hanya diam. Ia tidak merespon ataupun menatap kearah Tobio. Sampai terdengar pintu utama tertutup, tanda si raven sudah keluar rumah, Oikawa Tooru bangkit berdiri menuju kamarnya. Saat turun ia sudah mengenakan jaket kulit berwarna hitam seperti siap pergi. "Mau kemana Tooru?" Mei bertanya.
"Kerumah Iwa." Jawabnya tak berbasa-basi lagi, segera ia mengendarai motor dengan harga selangit, dan tancap gas menyusul perginya Tobio.
Seperti dugaan, kencan anak satu SMA paling-paling nonton bioskop dan ngemall. Oikawa ikut memesan tiket dan masuk ke gedung teater yang sama dengan Tobio dan Kunimi.
Sepanjang nonton ia merasa kesal melihat tangan Kunimi yang berusaha merangkul pundak Tobio. Berhubung Oikawa duduk dibelakang Kunimi persis ia menendang kursi lelaki itu.
"Hh sialan.." Kunimi menggeram. Usaha merangkulnya jadi batal.
"Ada apa Akira?"
Pemuda itu tersenyum dan menggeleng. "Tidakpapa.."
Setelah nonton, mereka berdua makan dulu baru berjalan menuju parkiran untuk pulang. Dengan masker dan dua tangan yang masuk ke kantung celana, Tooru diam-diam mengikuti mereka berdua dari belakang.
"Setelah lulus SMA nanti, kita tinggal bersama bagaimana?"
Tobio menoleh dengan dua alis terangkat. "Kenapa?"
"Ya tidakpapa.. Kan sudah besar, tinggal berdua hal yang wajar." Si belah tengah mengusak rambut Tobio sambil tersenyum. Tobio hanya mengerjapkan mata. Kunimi pun menyerahkan helm Tobio kemudian naik lebih dulu untuk menyalakan mesin. "Ayo na—Tobio?"
Tobio tiba-tiba menghilang.
"Oikawa-san???" Si blueberry kebingungan saat mulutnya tadi dibekap dan ia langsung digeret berlari pergi. Kini yang lebih dewasa menggandeng tangannya sedikit menyeret. Kenapa Oikawa bisa disini.
"Naik."
Tobio pun naik.
"Terserah kau mau pegangan atau tidak. Kalau jatuh bukan urusanku." Belum juga tuntas Tobio mendengar kalimat Oikawa, pemuda itu lebih dulu ngegas membuat tubuhnya tersentak kebelakang. Oikawa ngerem mendadak membuat Tobio ganti tersentak kedepan.
Pemuda itu menarik tangan Tobio agar nemeluknya. "Dasar idiot, pegangan saja lama." Gumamnya sebelum lanjut mengemudikan motor.
"Oikawa-san ada apa? Kenapa tiba-tiba menjemput?" Tobio mendekatkan wajahnya kesamping kepala yang lebih tua. Tak mendapat jawaban, Tobio perlahan mundur dan duduk seperti semula.
Tiba di rumah, laki-laki coklat itu mencengkram pergelangan tangan Tobio dan membawanya masuk ke kamar. "Oikawa-san??"
Tanpa penjelasan atau salam pembuka Tooru mendorong Tobio sampai jatuh keatas ranjangnya, mengurung yang lebih muda diantara dua tangannya.
"Tinggal bersama setelah lulus? Kau kira kau sudah sedewasa itu untuk tinggal bersama orang asing? Pacaran ternyata membuatmu makin tolol." Ia mendecih dan iritasi tanpa Tobio pahami alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Book Series (Kageyama Bottom)
Short Storykumpulan mini book (1-3 part per series) pair: Kageyama bottom x everyone top disclaimer: this book will contain mature thing, fluff, angst, incest, agegaps, nsfw, bxb, mpreg, etc pair & tag berbeda setiap series. 18+, harap bijak memilih bacaan. ...