5.Cara Kembali

0 1 1
                                    

"Ooohhh... Jadi begitu cara untuk kembali ke raga lo" Ucap Bima setelah mendengar penjelasan Yuda.

Kini Bima, Kakek Bowo alias Yuda dan Aksa tengah duduk di taman hutan buatan di tepi kota. Dengan 3 mangkuk bubur ayam dan teh hangat sebagai menu sarapan yang mereka beli dari pedagang kaki lima. Tempatnya lumayan sepi karena ini hari biasa mungkin jika weekend taman ini akan sangat ramai pengunjung.

Terlihat hanya ada beberapa penjual kaki lima di tepi taman hutan, juga beberapa pengunjung lain yang tengah duduk berpiknik beralaskan tikar dan beberapa orang yang tengah joging, ada juga orang yang mengayuh sepeda berlalu lalang melintas.
Hanya suara deru kendaraan diri sebrang yang terdengar dan kicauan burung - burung di atas pohon ikut menyuarakan diri untuk mendominasi suara taman hutan buatan yang cukup rindang dan teduh itu. Pepohonan sesekali bergoyang tatkala angin datang menguncang dan membuat helaian daun jatuh berguguran.

Bima, Yuda dan Aksa saling menatap bergantian mereka bertiga seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi namun mereka dipaksa untuk percaya oleh keadaan karena apa yang Yuda alami memang nyata.
Aksa bahkan awalnya sama sekali tidak percaya namun setelah Yuda membeber semua aib - aibnya akhirnya ia benar - benar percaya.

"Sekarang udah berlalu 1 hari setelah gue masuk ke tubuh Kakek lo, jadi masih tersisa 29 hari lagi" Ucapnya diakhiri helaan nafas cukup panjang.

"Kalo gue rasa.., petunjuk di mimpi lo itu bener deh. Lo kena kutukan karena keangkuhan lo dan cara untuk kembali ke tubuh lo adalah... memenuhi 3 syarat itu! " Kata Aksa lalu mangut - mangut.

"Gue setuju sama ucapan lo! " Ucap Bima sambil memakan bubur.

"Jadi maksud lo gue Antagonisnya disini? "

"Menurut lo? "

Seketika Yuda diam dan memikirkan kata Antagonis yang ia ucapkan sendiri. Mungkin memang benar apa yang di ucapkan Aksa kalau ia terkena kutukan. Ia mengingat -ingat sedikit banyak kekejamannya dulu, bagaimana mudahnya ia menghukum karyawan serta pembantunya.
Bagaimana mudahnya ia menjatuhkan dan mempermalukan teman kampusnya yang membuatnya kesal dan terlintas di kepalanya semua kekejaman yang ia lakukan dulu.

Terbersit sedikit rasa sesal di dadanya namun ia terlalu gengsi untuk mengakuinya. Yuda tidak merasa ia jahat ia hanya melakukan apa yang menurutnya harus dilakukan dan mungkin tanpa ia sadari semua yang ia lakukan hanya menyakiti dan merugikan orang lain.

Hanya satu pisau saja sebenarnya, satu pisau tajam menembus hatinya sampai pisau itu berkarat saat ini namun masih belum ada seorang pun yang bisa mencabutnya. Mungkin rasa perih itu yang membuatnya sekejam dulu, rasa perih itu yang membuatnya gelap hati dan pikiran.
Andai saja tidak ada pisau itu dan tidak ada rasa sakit itu mungkin Yuda tidak akan pernah menjadi seseorang yang kejam seperti sebelumnya. Dan mungkin tidak akan ada rasa trauma yang membuatnya terpaksa menjadi seorang Antagonis.

"Satu bulan itu waktu yang sebentar bro, dan untuk 2 syarat awal mungkin lo bisa Yud, tapi... Untuk syarat ketiga? Gue antara yakin gak yakin sih" Ucap Aksa terlihat berpikir keras.

"Ya mungkin 1 bulan itu waktu yang sebentar tapi menurut gue itu cukup lama. Gue pengen cepet balik ke tubuh gue, gue gak perduli bagaimana caranya" Yuda semakin kesal mengingat 3 syarat yang harus ia lakukan.

"Ya kan lo tau sendiri gimana caranya Yud, ya... Lo harus menebus semua kesalahan lo, berubah jadi lebih baik, dan mendapatkan ketulusan dari seorang wanita dalam wujud lo saat ini. Kan emang itu caranya ya lo sabar aja! "Bima masih saja asik dengan bubur ayamnya sedangkan Yuda tengah pusing dan tertekan.

" Aaaakkkhhh... Kenapa gue harus kayak gini sih? "

"Yang sabar bro! Masih ada kita kok"ucap Bima menenangkan.

"Iya lo tenang aja, kita pasti bakal bantu lo apapun yang terjadi! " Ucap Aksa yakin.

***

"Nyonya tolong anda makan sarapan anda terlebih dahulu demi kesehatan anda"

"Saya tidak ingin makan, kamu makan sendiri saja Zal! "

"Tolong nyonya makan sedikit saja, ini perintah tuan besar" Pinta Rizal Bodyguard kepercayaan Wisnu.

Renata hanya menggeleng pelan ia menatap wajah pucat putranya dan menggenggam tangannya. Hatinya seakan teriris melihat putranya terbaring lemah di ruang rumah sakit. Air matanya sesekali masih saja menerobos jatuh tanpa seizinnya.

"Tolong nyonya, ini demi kesehatan nyonya. Saya bisa dipecat kalau tuan besar tau nyonya tidak mau makan" Bujuk Rizal yang mulai khawatir karena semenjak Yuda koma renata sama sekali tidak mau makan sedikitpun.

"Bagaimana saya bisa makan Zal? Saat anak saya sedang koma seperti ini, jangankan makan melihat makanan saja saya tidak selera" Ucap renata dengan suara parau.

Lagi - lagi air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

Sebenarnya Rizal merasa kasihan melihat nyonya nya tengah bersedih namun ia tidak bisa berbuat apa - apa ia juga bingung bagaimana cara menghibur agar tidak sedih lagi meski itu hanya dengan kata, sayang sekali ia tidak pandai merangkai kata hanya sekedar untuk menenangkan Bosnya itu.

"Yuda sayang cepat bangun ya nak... Mama kangen hiks... Maafin mama sebulan ini gak ada waktu buat kamu, maafin mama karena gak pernah ada buat kamu nak... Cepat sadar nak mama kangen sama kamu hiks... Hiks..."

Lagi - lagi Renata menitihkan air matanya. Ia menyesal karena selalu sibuk dengan pekerjaan hingga tidak memiliki sedikit waktu untuk putranya bahkan hanya sekedar menanyakan kabar saja seperti sangat jarang.

Jika saja waktu dapat diputar ingin Renata di rumah saja memberikan sedikit perhatiannya kepada putra tersayangnya.
Ingin ia menunggu putranya pulang dari kampus lalu menyambutnya dan menyiapkan makanan untuknya saat lapar.
Semua itu sudah terlambat untuk saat ini. Kini Renata hanya bisa menyesal dan mengutuki dirinya yang tidak becus menjadi seorang ibu yang baik.

Semua ingatan dan kenangan saat masa kecil Yuda dan Dini berputar kembali di dalam kepalanya seolah menayangkan kisah indah seperti di film layar kaca.
Kisah yang menceritakan indahnya kehangatan keluarga, kisah yang menceritakan kasih sayang dan cinta masa kanak - kanak yang menyenangkan.
Hanya mengenal tawa tanpa tau arti tangis yang sebenarnya.

Jika saja masa lalu dapat dirubah sedemikian rupa, mungkin Yuda tidak akan seperti sekarang.
Jika saja waktu bisa diputar mungkin semua yang terjadi dimasa lalu dapat dirubah sesuai keinginan, dan mungkin semua penderitaan yang Yuda rasakan tidak akan pernah ada.

Renata menyesali semua yang terjadi di masa lalu namun ia tidak bisa menyalahkan siapapun ia juga tidak bisa menyalahkan takdir.
Semua yang lalu kini telah berlalu, namun menyisakan bekas yang cukup jelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Laki - Laki👦 jadi Aki - Aki👴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang