Dua

44 5 0
                                    

Aku menoleh dan mendapati bu Viny bersama seseorang yang tidak kukenal. Siapa dia?
Aku mengikuti langkah kaki bu Viny. Guru biologi. Guru biologi ku dari kelas 10 yang sangat mengagumi kemampuanku di mata pelajaran yang diajarnya. Aku pun duduk di hadapannya dan dia duduk bersama 'stranger' itu.

"El, perkenalkan ini adalah Mr. Fauzi." Aku pun menyalami nya. "Baiklah aku punya jam mengajar sekarang. Tidak keberatan kan bila aku tinggal?" Orang yang bernama Fauzi itu mengangguk cepat dan bu Viny segera bergegas keluar ruang guru. Aku berdehem pelan. Berharap agar ia tidak bertele-tele tentang tujuannya datang kesini.

"Oh ya. Ellena. Perkenalkan, kau dapat memanggilku pak Fauzi. Aku lulusan universitas Prancis yang terletak di kota Paris. Sekarang aku memiliki lembaga yang akan memberangkatkan anak-anak seperti mu menggapai cita-cita di Paris." Aku membelalakan mataku. Tertarik dengan semua hal yang ia katakan. Aku mengangguk cepat dan antusias. "Aku mengunjungi beberapa sekolah di Jakarta. Dan tentunya sekolahmu menjadi salah satunya el. Hmm baiklah, aku mendengar bahwa kau menguasai bahasa Prancis dengan baik? Apa itu benar?" Aku mengangguk pelan. "Hmm ya itu benar. Aku sudah menekuni bahasa itu sejak aku kelas 8." Dia terlihat sangat bersemangat. Aku pun juga antusias dengan arah pembicaraan ini.

Maksudku, siapa sih yang tidak tahu Paris? Siapa juga yang tidak ingin bersekolah disana?

"Apakah kau tertarik untukk mengikuti program ku? Jangan khawatir soal biaya, semua biaya sekolah ditanggung oleh Pemerintah Prancis. Kau hanya perlu membayar biaya hidup sendiri disana." Raut wajahku tidak berubah. Biaya memang bukan masalah.

"Oh. Kira-kira berapa biaya hidup disana? Apakah lebih mahal dari di Jakarta?"

"Ku pikir tidak. Bisa sama bahkan bisa lebih murah. Tergantung bagaimana kau menjalani hidup disana, el."

Aku mentautkan kedua alisku, mengernyit dan berpikir keras tentang ini. Tentu aku tak ingin melewatkan kesempatan emas ini, tapi di lain pihak aku tidak mungkin meninggalkan Nycta dan keluarga ku disini kan? Aku bukanlah anak yang sering berpergian sendiri tanpa orang yang aku kenal dekat berada di sampingku.

"Kalau kau berminat kau bisa menghubungiku el. Ini kartu namaku." Dia mengeluarkan sebuah kertas persegi dari kantongnya. "Terimakasih waktu nya. Semoga hari mu menyenangkan." Dia pun bergegas meninggalkan ku yang masih duduk diam di ruang guru yang kini sepi. Sebagian besar guru sedang mengajar dikelas kurasa.

Tanpa pikir panjang aku pun mengambil kartu nama itu dan memasukkannya ke kantong.

Aku harus membicarakan ini bersama kedua orang tuaku. Aku harus berangkat ke Paris, Prancis. Harus.

***

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang