"Widih si Kang caper lagi mau kemana nih? Tumben pakaian lo bukan pakaian kurang bahan, terus itu muka tumben banget gak dipoles persis make-up tante girang?" Sindir pria itu pada Letta.
Letta mengalihkan pandangan pada pria itu, menurut ingatan yang tersimpan didalam memory Letta, pria ini adalah adik bungsu dari Letta.
Ravangga Arvan Vuitton, atau sapa saja Angga. Angga memiliki paras yang tak main-main, walau umurnya masih kisaran berumur 15 jalan 16 tahun atau kelas 10 SHS.
Angga pria dengan paras tampan namun bermulut pedas, pria itu memiliki mulut yang serupa dengan wanita. Begitu menyakitkan rasanya jika mendapatkan hinaan dari pria tampan itu. Apalagi yang mendapat hinaan itu adalah Kakak dari Angga sendiri.
Letta berusaha tidak perduli, untuk hari pertamanya pada raga Letta ini, ia akan langsung berubah. Menjadi sosok Letta baru, yang tidak akan memperdulikan cibiran orang dan menjalani kehidupan dengan kebebasan yang selalu ia dapatkan.
Namun siapa yang tahu nanti? Bisa saja Letta lelah berdiam diri sembari mendengarkan mereka. Dan memilih melawan mereka bukan? Tidak ada yang tidak mungkin.
Merasa tidak mendapat balasan dari Letta, akhirnya Angga pun ikut diam. Walau kesunyian seperti ini terasa tidak nyaman bagi Angga, namun ia tidak dapat merendahkan Letta lagi, sebab Angga takut jika ia justru akan dikacangi lagi jika ia masih nekat berbicara.
Setelah mereka berdiam diri didalam lift, akhirnya lift itupun terbuka pertanda bahwa mereka telah sampai di lantai dasar mansion keluarga mereka.
Letta berjalan menuju pintu mansion dengan santainya, Letta tidak memperdulikan tatapan aneh yang ditujukan dari para penghuni mansion yang ditujukan pada dirinya.
Dengan berbekal kan G-maps pada handphonenya, ia mengendarai mobil menuju salah satu taman yanh terletak cukup dekat dengan mansion itu.
Setelah berkendara kurang lebih 15 menit dengan kecepatan sedang, akhirnya Letta pun tiba di tempat yang ia tuju.
Sebuah taman bunga yang tidak terlalu luas, namun cukup untuk dijadikan tempat mengistirahatkan pikiran.
Letta duduk di salah satu bangku pada taman itu, namun tidak berselang lama, seorang pria kecil mendatangi dirinya.
"Halo Kak" Sapa pria kecil itu dengan tatapan lugunya.
Pandangan Letta beralih pada pria kecil dengan surai hitam legam itu, iris hijau zamrud itu menatap sang pria kecil dengan senyum tipis pada bibirnya.
"Hai, kamu kenapa nyamperin Kakak?" Tanya Letta pada pria kecil itu.
Pria kecil itu mungkin berusia kisaran lima sampai enam tahunan.
Bukannya menjawab pertanyaan Letta, pria kecil itu justru loncat dan duduk disamping Letta sembari mengayun-ayunkan kaki mungilnya yang belum menapak pada tembok.
"Aku udah biasa disini Kak, tadi pas aku lagi duduk di bawah pohon sebelah sana, aku liat Kakak kayaknya lagi ngelamun, jadi aku samperin deh" Jelas pria kecil itu seraya menunjuk pada pohon yang dimaksudnya.
Letta mengangguk tanda mengerti. Mereka terdiam selama beberapa saat, hingga akhirnya Letta kembali membuka suara.
"Oh iya, kamu sama siapa di sini? Terus nama kamu siapa? Emang kamu gak di cariin sama orang tua kamu?" Tanya Letta secara bertubi-tubi.
Pria kecil itu terkekeh kecil. "Kakak nanyaknya banyak banget, aku ke sini sendirian kak, nama aku Rasean, Kakak bisa panggil aku Sean" Jawab pria itu.
"Ouhh, yaudah salam kenal Sean, nama Kakak Carletta, panggil aja Kak Letta. Tapi kamu belum jawab pertanyaan terakhir Kakak loh, kamu gak dicariin sama orang tua kamu? Katanya sendirian ke sini" Tukas Letta.
Pria kecil itu menggelengkan pelan kepalanya. "Aku gak mungkin dicari Kak sama orang tua aku, soalnya aku emang udah gak punya orang tua. Aku tinggal sama Bibi aku, terus Bibi aku lagi kerja sekarang. Karna bosen di rumah, aku kesini deh" Cengir bocah itu.
Mendengar cengiran sendu itu, Letta sontak saja menatap prihatin pada Sean. Namun sepertinya Sean tak menyukai tatapan prihatin yang ditujukan padanya, sehingga ia menutup mata Letta menggunakan jari mungilnya.
"Kakak jangan liatin Sean gitu, Sean gak suka" Tutur Sean mendengus sebal.
Letta terkekeh kecil, selanjutnya Letta langsung memeluk tubuh mungil itu, tubuh Sean tidak terlalu berisi, namun juga tidk terlalu kurus. Kulit putihnya begitu kontras dengan Letta, jika saja pria kecil ini sudah tidak memiliki satupun keluarga, mungkin Letta sudah membawa pria kecil nan imut itu dan disimpan untuk dirinya sendiri.
"Kamu mau gak jadi Adek nya Kakak? Nanti Kak Letta beliin ice cream dehh" Rayu Letta.
Sean menggelengkan kepalanya. "Kak Eta gak perlu beliin ice cream, Kak Eta cukup temenin Sean main aja, biar Sean gak kesepian lagi. Soalnya disekolah gak ada yang mau temenan sama Sean" Cicit Sean.
Letta mengangguk setuju, namun ia tetap membelikan ice cream untuk Sean, sebab Letta sangat suka ketika melihat ekspresi seorang anak kecil yang makan ice cream dengan belepotan. Menurutnya itu sangat lucu, apalagi jika Sean kecil yang memakannya.
♡♡♡
Alooo all,, maaf yahh baru up, soalnya baru ada ide gitu buat lanjutannya hehe. Janlup komen & vote yahh
759 kata
02 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Not Letta
Ficção GeralGrey gadis jutek namun juga ceria, gadis itu baru berusia 17 tahun, atau tepatnya kelas 12 SHS. Dengan parasnya yang cantik, ia mampu menarik perhatian orang-orang, ditambah dengan kondisi keluarganya yang hampir menyerempet sempurna. Tentu saja s...