Part 15

164 31 3
                                    

Hi readers. Dont forget to vote and comment ✨

___________

YOONA melompat dari kursinya dan berjalan ke belakang.

Taehyung mengikutinya.

Ketika ia tiba di sana, Yoona sudah bersandar di papan gambarnya, menggenggam ujung-ujungnya dan berayun pelan.

Mendengar langkah kaki Taehyung, Yoona berbalik menghadapnya.

"Jadi secara tidak langsung, pesta itu adalah salahku?" tanyanya, menekankan tangannya di dada.

"Secara tidak langsung."

Yoona mendengus kesal.

"Dengarkan aku, oke?" tuntut Taehyung, merasa kesabarannya mulai menipis. "Tingkat kekesalanku sangat tinggi. Aku merasa sangat marah. Aku merasa ingin mabuk-mabukan sedikit, dan ya, bercinta sebelum malam itu berakhir."

"Tapi setelah semua orang hadir di sana aku mulai memandang berkeliling dan berpikir betapa dangkalnya beberapa orang di antara mereka. Kebanyakan mereka hanyalah para pemula yang sok pahlawan. Lalu aku baru sadar kalau akulah yang paling parah di antara mereka. Keinginanku untuk berpesta sudah hilang sebelum kau datang. Aku ingin sendirian supaya bisa memikirkan prioritasku, tapi seperti yang kaulihat, tidak ada kesempatan untuk itu. Aku memutuskan untuk ikut berpesta, menikmatinya sebisa mungkin."

"Lalu kau muncul, bagai hati nurani yang terus mengusikku. Waktu kau bertanya padaku apa yang kuketahui tentang hubungan, rasanya seperti ditembak tepat pada sasaran. Aku tahu aku tidak tahu banyak. Aku tidak pernah diminta untuk mengetahuinya." Taehyung terdiam sejenak.

"Aku ingin mengubah hal itu." Lanjut Taehyung.

"Kau mau menggunakan Haru untuk mengasah kepandaianmu, menggunakannya sebagai hewan percobaan untuk membentuk dirimu yang baru ini." Yoona bertolak pinggang.
"Memangnya kau anggap aku sebodoh itu untuk terjebak pada bualanmu tentang pengembangan pribadi ini? Kau sangat bangga menjadi Kolonel Taehyung Kim, pahlawan NASA."

"Baik, aku mengakuinya. Ya, aku memang bangga. Aku bekerja keras untuk itu. Aku bangga atas apa yang kulakukan di atas sana."

"Jadi apa yang akan kaukatakan kalau orang mulai bertanya-tanya siapa Haru? Bagaimana kau akan memperkenalkannya?"

Pertanyaan yang sudah berulang kali ditanyakannya pada dirinya sendiri. Sekarang ia menjawab Yoona sejujurnya. "Aku masih belum tahu. Hal itu tergantung Haru."

"Haru tidak akan mendapat kesempatan untuk memilih. Pidatomu sangat mengesankan, Kolonel, tapi kau takkan pernah bisa berubah. Seandainya aku bisa menduga kau akan berpikir menjadikan Haru sebagai bagian dari hidupmu, aku akan berbohong waktu kau bertanya apakah dia anakmu atau bukan."

"Sebenarnya siapa yang egois di sini, Yoona? Kurasa kau takut kalau dia mengenalku, dia akan lebih menyukaiku daripada kau."

"Itu tidak benar! Haru menyayangiku dan tahu betapa aku sangat menyayanginya."

"Kalau begitu bagaimanapun hubungan antara dia dan aku kelak tidak mungkin mempengaruhi hal itu, kan?"

Ia berhasil menjebak Yoona, tapi kemenangan yang diraihnya begitu dangkal, hanya sedikit kepuasan yang diperolehnya. Mungkin karena tubuh rapuh wanita itu kelihatannya bergetar.

Namun bukannya takluk, Yoona malah menegakkan tubuhnya.

"Silakan mengancam dengan semua pengacara yang kaumiliki. Haru adalah anakku, secara hukum maupun moral," ujarnya, menepuk dadanya dengan genggaman tangannya yang kecil. "Aku akan melawanmu sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankannya, Taehyung."

"Tadinya aku harap kau bisa diajak bicara baik-baik. Seharusnya aku sudah bisa menduganya."

"Benar. Seharusnya. Mulai sekarang, anggap aku musuhmu. Apa kau pikir aku akan menurut padamu waktu kau mengancam satu-satunya hal terpenting dalam hidupku?"

Taehyung menyeberangi ruangan dan menyudutkan wanita itu ke ujung meja gambarnya. Ia mencondongkan tubuh ke arah Yoona, dengan kepala nyaris bersentuhan, Taehyung berbisik, "Kurasa itulah pokok masalahnya. Hidupmu tidak seimbang. Seharusnya Haru tidak menjadi satu-satunya hal yang terpenting dalam hidupmu."

"Maksudku bukan satu-satunya. Masih ada ibuku yang perlu dirawat. Pekerjaanku."

"Bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kau tidak layak mendapat perhatian? Bagaimana dengan kesenangan hidup? Dan seks?"

"Itu kan prioritasmu, bukan prioritasku."

"Bukan masalah prioritas. Aku yakin kau tidak mengalaminya akhir-akhir ini."

"Kenapa kau berpikir begitu? Karena aku tidak tergila-gila padamu, menggesekkan tubuhku padamu seperti seekor kucing yang sedang birahi dan menjilati telingamu?"

"Cobalah. Siapa tahu kau suka."

"Kau memuakkan."

"Bukan memuakkan, Yoona, normal. Oh, kau sebenarnya punya perlengkapan yang tepat,"
ujar Taehyung, matanya menelusuri payudara wanita itu. "Dan semuanya bekerja dengan baik. Aku sudah pernah mencobanya, ingat?"

Yoona mencoba mendorongnya dan melewatinya. Taehyung kembali menyudutkannya ke meja. "Kau tidak mau membuka diri dan membiarkan tubuhmu melayang sepenuhnya. Kenapa? Karena seorang pria pernah membuatmu kecewa sampai kau tidak berminat pada pria lainnya?"

"Hentikan."

"Apa yang dilakukannya, Yoona, meninggalkanmu untuk gadis lain, yang tidak sekaku dirimu? Meninggalkanmu di altar? Atau dia tidak bisa menerima kehadiran Haru? Apa yang dilakukannya sehingga membuatmu beku setiap kali seorang pria menyentuhmu?"

Melihat ia berhasil membuat Yoona diam menahan marah, Taehyung melanjutkan serangannya. "Aku yakin dan kurasa setiap pengadilan di Texas akan setuju, bahwa hidup bersama seorang ayah yang menikmati hidup sedikit berlebihan lebih baik untuk Haru daripada hidup bersama seorang bibi yang tidak menikah dan terlalu takut untuk menjalani hidup."

Ia menarik Yoona ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya dengan marah, lalu berjalan keluar. Ketika sampai di mobilnya, Taehyung bersandar di sisi mobilnya dan mengumpat-umpat selama semenit penuh.

Kenapa sih wanita itu selalu membangkitkan sisi terburuknya?

_______

To be continued

Long Time Coming - Taehyung Yoona VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang