#2

6 3 0
                                    

"NAAYYYYY!!" Hanji tiba-tiba muncul di depan pintu kelas saat Nay hendak masuk.

"Aaaakkk, hah dasar ngagetin aja" Nay mengelus dadanya.

"Nay mau peluk lagi gak?"

"Gak makasih"

"Sama-sama sayang"

"Astaga" plok Nay menepuk jidatnya.

"Nay minta nomer HP" Hanji merengek sembari mengikuti Nay yang duduk di bangkunya.

Nay menurut untuk memberikan nomer telponnya daripada Hanji terus mengikutinya.

"Kamu jangan Gonta-ganti nomer hp terus dong Nay, aku pusing tau harus nyari nomer kamu ke siapa. Semua anak di kelas kamu gak punya nomer kamu"

Nay mengangguk.

Felix kemudian masuk ke kelas Nay "Nay ikut aku yuk" Felix tersenyum dan menggandeng tangan Nay dengan lembut.

Tapi Hanji malah mengikuti mereka dari belakang. Sadar diikuti Felix membentak "WOI NGAPAIN SIH LU IKUT-IKUTAN, PERGI SANA!"

Felix membawa Nay ke toko sekolah, disitu ada Yuna. Nay langsung peka dengan apa yang hendak Felix lakukan.

"Sayang kamu mau beli apa?" Felix merangkul pundak Nay.

"Aku mau minuman aja" Nay tersenyum menunjuk minuman yang dia inginkan.

Sejujurnya itu sangat kaku, Nay sangat gugup tidak tau apa yang harus ia lakukan. "Oke aku yang bayar ya"

Yuna terlihat mematung sejenak melihat kami berdua, tapi dia langsung pergi setelahnya.

Aku melirik Felix dan menghentikan akting. Felix hanya mengangkat bahu. Bel masuk berbunyi, Felix mengembalikan ku ke kelas.

* * *

Saat istirahat makan siang juga kita berdua masih berusaha berakting didepan Yuna. Felix sangat ingin melihat kecemburuan Yuna. Tapi Yuna samasekali tak menggubris. Felix memanggilku 'sayang', menyuapiku, bahkan merangkul, tapi hanya anak-anak kelas lain yang melihat dan merasa iri ingin punya pacar juga. Apalagi orang didepan kami yang sudah merasa panas dari tadi.

Hanji terus menatap Felix dengan tajam, kalau-kalau Felix macam-macam dengan Nay dia siap memukulnya kapan saja.

"Nay boleh kucium?"

Sontak Hanji menggebrak meja, dahinya masih mengkerut dari tadi tangannya sudah mengepal. Hanji benar-benar tidak suka, cemburu, dan marah.

Aku melirik Felix, mengangkat alis. Apa-apa kau, begitulah ekspresi wajahku.

"Tapi kalo kamu belum siap aku bakal tunggu" Felix tersenyum lembut dan mengelus kepala Nay.

Santai sekali dia ini. Padahal aku sudah khawatir akan terjadi perkelahian saat melihat ekspresi Hanji yang seperti siap melayangkan tinju.

Tapi entah kenapa dadaku terasa sesak saat melihat Hanji. Aku tidak berani menatapnya. Apa ini rasa kasihan, tidak enak, atau rasa bersalah?

Felix mengelus punggung tanganku, rasanya seperti disalurkan ketenangan dari sana.

* * *

Hari cepat berlalu, seperti biasa aku berjalan pulang sembari mendengarkan musik. Diikuti juga oleh Hanji dibelakang.

"Han, kamu masih aja suka sama aku?"

Hanji langsung mensejajarkan langkahnya. Dia senang Nay mengajaknya bicara duluan "Iyalah, aku tuh setia Nay" Nay menunduk, dadanya kembali sesak.

Rasanya aku benar-benar jahat, hatiku sangat sakit aku ingin menangis. Aku tidak ingin memberikan harapan dan membuatnya berharap.

"Kamu gak perlu ngerasa kasian sama aku Nay, aku bakal nungguin kamu. Aku tau perasaan gak bisa dipaksakan. Tapi aku bersyukur kamu gak pernah benci aku meskipun aku selalu gangguin kamu" Hanji menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sampe kapan lu bakal kaya gini?"

"Jangan tanya kaya gitu Nay. Aku juga gak tau apa yang bakal aku temuin di jalan hidup ini. Aku gak bakal bilang 'akan suka kamu selamanya' itu kebohongan besar. Aku cuma bisa ngomong untuk saat ini aku suka bangat sama kamu, aku harap kamu bakal kasih aku kesempatan kaya kamu kasih kesempatan ke Felix buat bahagiain kamu. Aku gak peduli siapa yang pertama, tapi untuk sekarang aku pengen jadi yang terakhir buat kamu"

Aku terus menunduk untuk menyembunyikan wajahku, aku sangat malu jika tertangkap basah sedang menangis. Ayolah mata berhenti sekarang juga!

Nay menangis bukan karena perasaannya berubah tapi Nay menangis karena tidak ada yang pernah mengatakan hal seperti itu padanya. Nay mudah terharu, hatinya sangat lemah dan mudah menangis dengan hal kecil.

"Nay kamu nangis?!" Hanji menunduk berusaha melihat wajah Nay yang berusaha Nay sembunyikan.

'sial dia tau'

'hahh sial lari aja lah'
Aku langsung lari sekencang-kencangnya, untungnya Hanji tidak mengikuti. Aku sempat melihat ke belakang sebentar, sepertinya dia tidak mengejar karena naik mobil?.

Aneh juga biasanya malah jadi kejar-kejaran. Tapi syukurlah tidak terjadi untuk hari ini.

* * *

Malamnya saat melihat ponsel ada banyak notifikasi chat. Yah siapa lagi kalau bukan Hanji.

[Nomor tidak dikenal]

|Nay

|Say

|Haii

|Haloo

|Udah sampai rumah?

|Rawr

|Hehe

|P

|P

|P

Udah gausah spam|


|Nay besok berangkat ke sekolah bareng ya, aku tunggu. Oke makasih sayang 😘

[Nepok jidat]|

Dahlah anying pasrah aja, mana gue lupa minta nomernya Felix lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pacar Kok (Tapi bohong) | [FF Felix Stray Kids]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang