Copyright2015© Anita_ Pardais****
Baru saja kakiku menginjak stan dan belum juga habis cengiranku saat melihat Noel, tiba-tiba saja mbak Muji yang adalah supervisor di area mans memanggilku.
Langsung saja aku melambai pada Noel dan menghampiri mbak Muji yang berdiri di dekat kasir.
"Ya, mbak," ujarku begitu tiba di hadapan mbak muji.
"Kau dipanggil kepersonalia."
"Sekarang?!" kataku menggoda supervisor yang terbilang galak ini. Tapi walau galak mbak Muji enak diajak bergurau membuat aku senang menggodanya.
"Nggak, tahun depan!" sahut mbak muji dengan ketus tapi aku malah terkikik melihatnya.
"Woles mbak biar jodohnya lari mendekat," kataku sambil ngacir meninggalkan mbak Muji yang langsung mengeluarkan jurus omelannya. Wkwkwk ngomel aja lah mbak, toh aku udah kabur juga.
Mbak Muji ini memang masih betah sendiri walaupun usianya sudah kepala tiga padahal dia wanita yang cantik dan menarik. Tapi yah yang namanya jodoh siapa yang tahu, itu adalah rahasia Illahi.
Sesampainya di personalia aku langsung di suruh masuk keruangan Bu Rahmi. Bu Rahmi ini adalah manager personalia, orang nya ramah tapi tegas dan disiplin dalam menerapkan peraturan.
Begitu di dalam, aku langsung melihat Dinda yang duduk di seberang bu Rahmi. Dari gestur tubuhnya aku tahu kalau dia duduk dengan gelisah. Wajar saja sih, karena ini adalah persidangan untuk kasus kami di mana dia duluan yang mencari gara-garanya.
Setelah tersenyum pada bu Rahmi yang dibalas beliau dengan balik tersenyum ramah,aku segera duduk di hadapan beliau, persisnya di sebelah Dinda.
"Oliv tau kenapa kamu saya panggil ke mari?"
Aku menatap Bu Rahmi sesaat sebelum mengangguk pelan menjawab pertanyaannya.
"Oke. Supaya lebih jelas bagaimana masalahnya, saya minta kalian menceritakan kejadian sebenarnya. Dinda, bagaimana?"
Aku duduk tenang mendengarkan Dinda mencerikan bagaimana perkelahian kami semalam. Kadang-kadang aku menyela dengan ceritaku. Agar tak jadi salah paham lagi dan permasalahannya menjadi jelas, aku pun terpaksa menceritakan tentang acara kumpul-kumpul teman-teman Rasykal yang ada aku dan juga Dewinta di situ, yang sempat dituduhkan Dinda adalah pesta maksiat padahal itu cuma acara ngumpul -ngumpul biasa saja.
Dan tanpa kesepakatan sebelumnya aku dan Dinda sama-sama kompak tidak membawa-bawa nama Wisnu dalam masalah ini walaupun akar sebenarnya dari munculnya masalah ini adalah Wisnu.
Sepertinya Dinda sepakat denganku kalau cukup kami berdua saja yang tahu itu, tak perlu sampai orang lain tahu juga.
Dan setelah Bu Rahmi mengerti tentang kejadiannya, yang aku pikir Bu Rahmi juga pasti sudah melihat rekaman cctv, Bu Rahmi lalu memutuskan kalau Dinda yang bersalah karena dia duluan yang memulai gara-gara.
Walaupun kejadiannya tak tergolong berat karena kami cepat dilerai, yeah jika tak cepat dilerai kan sudah pernah kukatakan kalau Dinda akan berakhir dengan mengenaskan di lantai. Namun walau bukan kesalahan berat pun Dinda tetap mendapatkan teguran agar dia tidak mengulangi hal yang sama dan perbuatan kami ini tidak dicontoh oleh karyawan yang lain.
Dinda mendapatkan sp 1, sedangkan aku hanya mendapat teguran lisan saja.
Yah... Seluruh kehidupan ini memang diawali dengan sebab dan diakhiri dengan akibatnya. Aku cuma berharap setelah peristiwa ini Dinda jadi merubah sikapnya menjadi lebih baik, tidak berbicara menyindirku lagi dan tidak menghinaku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fine,I Love U (Complete)
Любовные романыOlivia merasa dirinya jauh dari sempurna. Kulitnya gelap dan wajahnya tak menarik. Walaupun ada yang mengatakan kulitnya eksotis dan wajahnya manis seperti artis India Pooja Sharma, tapi dia tak percaya. Lalu bagaimana jika Rasykal yang nyaris semp...