05. Selalu salah

39 34 4
                                    

"Hanya satu org yg bisa memahami mu, yaitu diri mu sendiri"

Calle syaquel Aditama.



...

Melihat bundanya yang keluar dari kamar, Zee merasa sangat beruntung mempunyai bunda seperti Raini. Inilah salah satu alasan Zee tidak mau berpacaran, selain dosa, Zee juga tidak mau menyakiti hati perempuan, karena bundanya juga perempuan.

°°°
"Assalamualaikum" Calle baru saja pulang sekolah.

"Waalaikumusalam."jawab Ayunda dan Seina berbarengan.

"Dari mana aja kamu Calle?,jam segini baru pulang, pasti kamu main dulu kan?!"cibir Ayunda panjang lebar.

"Enggak ma, Calle kira tadi papa atau pak Udin mau jemput--jadi Calle tungguin, eh gataunya ga dateng-dateng."balas Calle dengan memasang wajah lelahnya.

"Kamu tau kan kalo papa itu sibuk kerja?,"tanya Ayunda dengan intonasi suara yang meninggi.

"Iya tau--tapi kan ada pak Udin,"

"Heh, asal kamu tau yaa--mama suruh pak Udin kerja di sini untuk antar jemput kakak kamu, kak Seina. Kamu harus mandiri dong jangan nyusahin orang tua terus, udah gede juga"jelas Ayunda, mampu membuat hati Calle seperti tersayat.

"Maaf ma, udah bikin Mama marah."ucap Calle sambil menunduk dan mengusap air matanya yang ingin keluar."Maaf juga kalo Calle udah ngerepotin Mama sama papa,"lanjut Calle.

"Baru sadar lo?."komentar Seina.

Tanpa membalas perkataan Seina, dengan cepat Calle pergi meninggalkan Mama dan Seina, berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Anak jaman sekarang ga ada sopan-sopannya, orang tuanya belum selesai ngomong main pergi-pergi aja, anak gatau diri!." Marah Ayunda kepada Calle.

Calle sengaja menulikan pendengarannya, dan menganggap perkataan Mamanya hanya seperti angin lalu, agar tidak terlalu menyakiti hatinya, walaupun makian itu tetap terdengar dan membuat batinnya tersakiti.

...

Baru saja Calle selesai mandi, dan merebahkan tubuhnya di kasur.

Hari ini Calle sangat lelah, pulang sekolah jalan kaki padahal jarak antara sekolah dan rumahnya sangat jauh, sesampainya di rumah bukannya mendapatkan perhatian tetapi malah mendapatkan cacian dari Mamanya.

Tok

Tok

Tok

Calle mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Cepat-cepat Calle membukakan pintunya, ternyata itu Mamanya.

"Lama banget sih kamu buka pintunya,"cibir Ayunda. Dan tidak mendapatkan balasan dari Calle.

"Kalo orang tua ngomong itu di jawab, bukannya di diemin,"desak Ayunda marah.

"Iya ma,"jawab Calle singkat.

"Kamu itu anak gadis pulang sekolah langsung rebahan. Sana cuci piring dulu, habis itu nyapu, punya anak gadis malesan banget,"perintah Ayunda.

"Tapi ma, Calle capek habis pulang sekolah, tadi aja Calle pulang jalan kaki--karna gak dapat taksi,"jawab Calle. "Lagian ada kak Seina kan?, kenapa harus Calle yang cuci piring sama nyapu?, tadi pagi aja  Calle yang beres-beres semuanya."akhirnya Calle memberanikan diri untuk menjawab.

"Salah siapa pulang jalan kaki?, kamu kan bisa naik ojek. Emang salah ya kalo Mama nyuruh kamu?, kalo Mama nyuruh kakak kamu--kasian dia, nanti kalo kakak kamu kecapean trus sakit gimana?ga kasian kamu,"

"Tapi ma...Calle juga cape."balas Calle dengan mata yang berkaca-kaca.

"Alasan. Sekarang kamu udah berani ngejawab yaa kalo Mama omongin, mau jadi anak durhaka kamu?!,"bentak Ayunda menggebu-gebu, lalu pergi dari kamar Calle dan menutup pintu dengan keras.

Air mata Calle lolos jatuh,hatinya seperti teriris, sudah sekian kalinya Calle di caci maki dan selalu di banding-bandingin.

Calle berjalan menuju meja belajarnya, dia mengambil sebuah benda tajam cutter. Calle membawa cutter itu kedalam kamar mandi tanpa berfikir panjang Calle langsung menggoreskan cutter itu di tangannya, sampai tangan itu mengeluarkan darah segar.

Di tangan Calle sudah banyak luka yang mengering, bukan hanya sekali Calle melukai dirinya sendiri, tetapi sudah berulangkali, bahkan sudah menjadi candu baginya.

Rasa sakit yang ada pada tangannya, tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

Terkadang yang membuat mental Calle down adalah cacian dari orang-orang terdekat.

"Its okay, aku bisa sembuh sendiri kok,"ucap Calle kepada diri sendiri. Sudah bosan Calle mengatakan hal itu kepada dirinya, tapi tidak ada satupun yang bisa memahami--kecuali dirinya sendiri.

Dengan cepat Calle menutupi luka yang di buatnya, dengan baju panjang. Dan langsung menghapus jejak air mata yang tertinggal, lalu dia berjalan keluar kamar seolah-olah tidak ada masalah yang terjadi, Calle kembali tersenyum ceria untuk menutupi segala kesedihannya.

Dia berjalan ke arah dapur untuk melakukan pekerjaan rumah, sebelum Mamanya marah lagi.

...

Sekarang jam menunjukkan pukul 20.30, Calle baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah yang di suruh Mamanya tadi.

Calle masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan tubuhnya.

Banyak sekali cerita pada hari ini yang tidak bisa di sampaikan, Calle kira hari ini bakal menjadi hari yang sangat baik, biasanya anak-anak lain jika pulang sekolah pasti langsung bercerita kepada Mamanya tentang kisah di sekolah, tapi Calle tidak seberuntung mereka, malah sebaliknya. Bahkan ketika Calle baru saja pulang sekolah bukannya di suru makan atau beristirahat tapi malah mendapatkan cacian.

Calle bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju meja rias, dia melihat dirinya di cermin dan tersenyum manis, banyak sekali luka yang dia sembunyikan di balik senyumannya yang indah itu.

"Tiada yang memahami mu. Tidurlah semua akan baik-baik saja."ucap Calle, sambil mengusap pantulan dirinya yang berada di dalam kaca.

Setelah mengatakan hal itu Calle berniat untuk tidur. Seperti biasa,  Calle meminum obat tidur agar pikirannya tenang, sudah 1 tahun dia mengonsumsi obat itu.

"Aku hanya ingin ketenangan, tapi aku lupa jika ini dunia, orang yang sudah meninggal saja di doain agar tenang, apalagi manusia biasa seperti aku."gumam Calle sambil memejamkan matanya dan akhirnya terlelap tidur.

Hari ini semuanya
berjalan tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Fabula Ad CalleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang