"i-iya, maaf selama ini Calle ganggu kak Zee." Calle tidak bisa lagi berkata-kata.
"iya, aku juga ucapin terimakasih kalau kamu sudah pernah menyukai saya. Semisalnya kita jodoh pasti kita akan di pertemukan."ucap Zee, lalu pergi dari hadapan Calle.
Flasback off.
"K-kak Zee masih i-inget?,"tanya Calle gemetar.
"hm."balas Zee.
Zee sedikit melirik ke arah Calle, terlihat muka Calle panik dan memerah.
Zee menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa hm?,"
Calle langsung menunduk. "Calle malu kak."
Zee menghela napas panjang. "Ngapain malu?, kan gue cuman mastiin kalo lo orang yang udah confes sama gue. Jadi ga perlu malu."
"i-iya kak."
Melihat hujan udah redah Calle bangkit dari tempat duduknya.
"Hujannya udah redah, Calle duluan ya kak,"pamit Calle.
Zee mengerutkan dahinya. "Udah di jemput?,"
"kayaknya Papa ga jemput deh, jadi calle jalan aja--siapa tau nanti di jalan ada angkot."balas Calle.
"gak liat lo ini jam berapa?,"tanya Zee.
Dengan cepat Calle melihat jam yang berada di tangannya. Calle terkejut ternyata sekarang sudah jam 17.45 wib. Calle melamun memikirkan gimana cara pulang. 'pasti Mama marah.' batin Calle.
"Pulang sama gue aja, gue bawa mobil."ajak Zee sambil menarik baju Calle.
"kok yang di tarik bajunya sih--bukan tanganya."Gumam Calle.
"Bukan mahram."balas Zee tetap menarik lengan baju Calle menuju mobilnya.
...
Zee dan Calle menelusuri kota bandung, hanya keheningan menyelimuti mereka berdua.
"Lo udah sholat ashar?,"tanya Zee memecahkan keheningan.
Calle menggeleng pelan. "Belum kak--tadi kenapa kak Zee nggak ngingetin?,"
"sebentar-sebentar, ngingetin?, kamu seorang muslimah kan?,"tanya Zee.
Calle mengangguk cepat."Iya Calle muslimah."
Zee tersenyum tipis. "Calle, Jika lo seorang muslimah--pasti lo tau apa kewajiban lo sebagai seorang muslim. Jika lo enggak sholat--lantas apa yang lo impikan itu hanyalah angan-angan. Tadi lo bilang kalo ga ada yang ngingetin?--lo salah, adzan berkumandang 5 kali sehari, itu tandanya panggilan Allah untuk para hambanya, faham?,"
Calle mengangguk. "Faham kak, makasih udah ngingetin Calle."
Calle benar-benar malu di buatnya sendiri, bisa-bisanya Calle berbicara seperti itu, rasanya Calle ingin menghilang detik ini juga.
"iya, sama-sama."ucap Zee.
Keduanya kembali bergelut dengan pikirannya masing-masing,hingga keheningan kembali menyelimuti keduanya.
...
"Seinaaa, Calle belum pulang?,"tanya Ayunda kepada putrinya.
"Belum ma."jawab Seina sambil memainkan benda pipihnya.
"Cepat kamu kunci pintunya, jangan biarkan anak itu masuk!"perintah Ayunda yang di selimuti amarah.
Seina yang mendengar itu terseyum licik dengan cepat dia berlari ke arah pintu.
Belum sempat Seina menutup pintu, tidak sengaja dia melihat Calle yang keluar dari mobil seorang pria.
"Mama!, Calle pulang sama cowo!"teriak seina memanggil Ayunda.
Ayunda yang melihat itu sangat marah. "anak kurang ajar!"gerdiknya.
"Makasih ya kak, maaf ngerepotin."ucap Calle berterimakasih kepada Zee.
"Ya, gue langsung ya--takut bunda nyariin."balas Zee.
"iya, dadah."ucap Calle sambil melambaikan tangannya.
"kak Zee enak banget yaa, tumbuh di keluarga yang sehat, Ya Allah Calle iri."gumam Calle sambil berjalan menuju pintu rumahnya.
...
"Assalamualaikum"ucap Calle salam.
"Waalaikumusalam."jawab Tama dan Ayunda.
Calle terseyum dan berjalan menghampiri kedua orang tuanya, Calle mengulurkan tanganny untuk bersalaman, tapi Tama dan Ayunda tidak menerima uluran tanganny.
"Dari mana aja kamu?!,"tanya Ayunda dengan intonasi tinggi.
"Dari sekolah ma, maaf Calle pulang terlambat--soalnya tadi hujan."jawab Calle terbata-bata.
Tiba-tiba Ayunda menarik rambut Calle."Alasan aja kamu ya!!, tadi mama liat kamu pulang sama cowo--kamu jalan-jalan dulukan sama cowo itu?!"
"lepasin Ma, s-sakit."ucap Calle memohon agar jambakan itu di lepaskan.
"Jawab!"teriak Ayunda murka.
"engga ma, Calle ga jalan-jalan, itu kakak kelas Calle--dia numpangin Calle karna udah ga ada angkot lagi."jawab Calle sambil terisak.
Ayunda melepaskan jambakan itu. "Jangan jadi murahan Calle!." ketus Ayunda lalu kembali duduk di sebalah suaminya.
"Mana kertas ulangan kamu?,"tanya Tama.
Sambil mengusap air matanya, dengan telaten Calle membuka tas untuk mengambil kertas ulangan itu.
"ini pa,"ucap Calle sambil menyodorkan selembar kertas.
Calle melihat wajah papanya yang memerah, terlihat dari sorot matanya jika tama benar-benar marah.
PLAKK
•
•
•This is my first story, so author mohon dukungannya dengan cara vote dan komen supaya author bisa namatin cerita ini.
Aku juga selalu menunggu kritik dan sarannya supaya kedepannya aku bisa lebih baik lagi. Kalo ada salah kata/kalimat jangan segan-segan untuk mengingatkan oke?!.
Terimakasih untuk yang sudah baca pantengin terus sampe end yaa ♡
See you next part
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fabula Ad Calle
Fiksi Remaja"terlalu lama memendam pikiran,hingga lupa bagaimana caranya untuk bercerita"