"Tetap berusaha menjadi yang terbaik, walaupun usahaku tak pernah di hargai"
Calle Syaquel Aditama.
•
•
•...
"ini pa,"ucap Calle sambil menyodorkan selembar kertas.
Calle melihat wajah papanya yang memerah, terlihat dari sorot matanya jika Tama benar-benar marah.
PLAKK
Tama menampar pipi Calle hingga tertoleh ke kiri. "Brani-braninya kamu pulang dengan nilai seperti ini!, malu-maluin keluarga Aditama saja kamu!"
"M-maaf pa, tapi Calle udah berusaha sebisa mungkin, m-maaf pa jangan hukum Calle..."
"Lihat Kak Arro sama kak Seina itu, nilai dia selalu sempurna selalu membuat papa sama mama bangga, tidak seperti kamu hanya bisa bikin malu dan ngerepotin orang tua saja, kapan kamu mau bikin orang tua bangga HAH?!!, asal kamu tau nilai 98 kamu ini tidak ada artinya di keluarga ini!."marah Tama sambil merobek kertas ulangan itu di depan muka Calle.
Tangis Calle semakin pecah, dia lelah, dia ingin sekali usahanya di hargai oleh orang tuanya.
"Dikit-dikit nangiss!, cengeng banget sih jadi anak."cibir Seina.
"Mangkanya ga usah mikirin cowo teruss, masih kecil udah ngurusin cinta-cintaan, mau jadi apa kamu?!"sembur Ayunda marah-marah.
Calle hanya bisa menangis,dia tidak mau menjawab lagi, percuma baginya untuk menjelaskan jika tidak ada yang mau mendengarkan penjelasannya.
"M-maaf pa, M-maaf..."hanya kata maaf yang bisa Calle ucapkan.
Tama yang kesal mendengar kata maaf langsung menyeret Calle kebelakang menuju kamar mandi.
BRAKK
Tama mendorong Calle dengan kasar, sampai siku Calle terbentur sending kamar mandi dan mengeluarkan darah.
"Malam ini kamu tidur di kamar mandi!, ini hukuman buat kamu yang udah brani pulang sama cowo dan udah dapet nilai di bawah 100."ucap Tama lalu menutup pintu kamar mandi dengan kasar.
...
Papa adalah orang yang tidak pernah melukai hati putrinya, dia adalah pahlawan bagi putrinya, papa juga orang yang selalu mengerti perasaan putri kecilnya, tapi...itu bukan papa Calle.
Calle selalu mendapatkan perilaku yang tidak seharusanya seorang papa lakuin kepada putrinya. Calle selalu mendapat cacian, hinaan, bahkan pukulan.
Orang tua mana yang tega memukuli anaknya hanya karna nilai?, orang tua mana yang tega mencaci, menghina, menampar hanya karna masalah sepele?, jawabannya adalah orang tua Calle.
Calle selalu diperilakukan tidak adil, Calle tidak tau apa penyebab orang tuanya seperti membencinya.
"Papa sama Mama kapan bangga sama Calle?, Calle sayang sama Papa sama Mama..."gumam Calle sambil berderai-derai air mata.
Calle duduk di bawah sower membiarkan air meguyur dirinya, seperti biasa Calle kembali melukai dirinya sendiri menggunakan Cutter kesayangannya, yang selalu dia bawa kemana-mana.
Darah itu mengalir bersamaan dengan air sower yang membasahi tubuhnya. Perlahan-lahan mata Calle tertutup--Calle kehilangan kesadaran.
...
"Calle!"panggil seseorang.
Calle yang merasa namanya di panggil langsung mencari sumber suara itu.
"i-iya?"jawabnya sambil melihat ke kanan ke kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fabula Ad Calle
Teen Fiction"terlalu lama memendam pikiran,hingga lupa bagaimana caranya untuk bercerita"