Gus Abinaya pov
Aku yang sedang membaca al Qur'an di gazebo terkejut ketika mendengar kabar bahwa nila pingsan di Pondok putri tadi .akupun segera pergi ke ndalem untuk melihat keadaan nya
" Dia nggak papa kan uma?" Tanyaku kepada uma yang duduk di sampingnya
" Cuma kecapeean aja mungkin" jawab uma sambil mengusap tangan nya
" Le..."
" Iya uma?"
" Kemarin istri mu apa nggak tidur di kamarmu?"
" Em.... E-enggh ma "
" Kamu lagi ada masalah?"
" En-enggak kok uma"
" Jangan berbohong sama uma abinaya uma tau semuanya "
" Maaf uma" ujar ku sambil menunduk
" Sini kamu duduk" akupun duduk di samping Uma
" Dengerin uma ya..?" Aku menggangguk sebagai jawaban ku
" Apa yang harus abinaya lakukan agar nila mau menerimaku uma?"
" Uma tau ini semua sangat sulih buat nila karena masa depan dia udah uma renggut untuk menjadi kan dia menantu, mungkin dia berfikir bahwa menikah itu merebut masa depan nya padahal uma hanya inggin dia nanti lah yang menggantikan uma untuk merawat pesantren ini.... , Masalah kakak mu dia udah uma pindah kan ke rumah baru.dan kalian berdua akan tetap tinggal di sini uma habis ini mau pergi dulu ,bawa istrimu ke kamar dan selesai kan masalah kalian baik baik uma mohon....." Kata uma Sambil menepuk pundak ku lalu pergi akupun membopong nya menuju kamar ku yang berada di lantai dua. Dan menaruh nya di kasur aku pun duduk dan melepas hijab yang ia kenakan , perlahan dia pun mulai membuka mata
" Gus...." Ucapnya sambil memeganggi kepalanya
" Kamu baik baik saja?" Dia hanya menggangguk , akupun membantunya bersandar di pinggiran ranjang dan mengambil bubur yang sudah di persiapkan uma tadi
" Kamu makan ya..?" Ujarku sambil menyodorkan sendok berisi bubur
" saya bisa sendiri gus...."
" Kamu masih lemah nila .....biar saya suapi kamu" akupun menyuapinya dia hanyaa diam tanpa mau berbicara
". Makasih gus...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Abinaya
General FictionSeorang ning dan gus yang telibat dalam perjodohan oleh umah mereka # selengkapnya baca sendiri ya guyss