6. ABJ - Cinta Itu Ketulusan 2

6 1 0
                                    

"Bim, aku rasa sebaiknya kita putus saja."

Kalimat itu terus saja datang dan lagi-lagi berhasil meruntuhkan pertahananku selama beberapa bulan ini.

Bima tidak lagi ada menghubungiku atau mencoba bertemu denganku. Mungkin ia telah menerima dan sadar bahwa memang aku hanya beban saja untuknya selama ini. Dan aku pun telah memutus semua akses komunikasi kami sejak hari itu.

Aku hanya anak yatim piatu yang merupakan pegawai biasa begaji kecil. Kerabatku bukanlah kalangan elite yang memiliki bisnis besar seperti keluarganya.

Aku tidak menyesal melepaskannya. Walau aku harus merasakan kepahitan di setiap harinya akibat dari perbuatanku sendiri.

Hingga detik ini aku masih mencintainya dan tak lupa selalu mendoakan untuk kebahagiaan laki-laki yang selama 3 tahun terakhir tulus memberikan kasih cintanya untukku yang rendah ini.

"Aku merindukanmu Bima."

Tak sadar bibirku berucap, air mataku menetes, dan kakiku kaku saat aku melihat lagi sosok laki-laki yang selalu ada dalam benakku saat ini di depan sana.

Yaa, setelah 5 bulan berpisah kini aku melihat kembali Bima. Bima sedang Meeting dengan kliennya di sebuah rumah makan langgananku untuk makan siang.

Entah mengapa takdir harus mempertemukanku kembali dengannya. Saat ku sadar dari lamunanku, aku berbalik dengan cepat. Melangkahkan kakiku secepat yang ku bisa untuk pergi. Naas.

Aku menabrak salah satu meja di sana dan menjatuhkan satu gelas. Sontak semua pengunjung termasuk Bima tahu keberadaanku.

"Maaf. Saya tidak sengaja. Maaf."

Hanya itu yang bisa ku katakan kepada pemilik minuman yang telah ku jatuhkan gelasnya. Sudut mataku menangkap pergerakan Bima yang hendak menghampiriku.

Aku berjalan lebih cepat, hingga saat ku keluar dari rumah makan. Aku melihat sosok yang telah lama tak ku jumpa. Andy.

Tak berpikir lama lagi, aku langsung menarik tangannya seraya meminta pada teman kuliahku itu untuk membawaku pergi dari sana.

"Andy! Bawa aku pergi. Tolong," ucapku padanya.

Dengan wajah kebingungan Andy menuruti pintaku. "Iya iya, sabar," jawabnya.

Aku sudah berada di dalam mobil Andy. Seakan pergerakanku sangat lambat, Bima berhasil menyusulku. Ia tahu aku masuk mobil yang merupakan temannya juga.

"Anindya, keluar. Aku ingin bicara. Nindya, tolong. Berikan aku kesempatan lagi," ucapnya yang lagi-lagi tulus kepadaku.

"Anindya Namira. Tolong. Aku masih mencintai kamu. Tolong keluarlah," lirihnya di luar jendela.

Sedangkan di dalam mobil suasana sangat hening. Andy yang ku kenal selalu bicara entah saat itu ia diam dan hanya menyaksikan aku dan Bima.

"Dy, kita pergi saja. Bisa?" tanyaku pada Andy.

"Apa tidak sebaiknya kamu coba bicara dulu dengan Bima? Ya, mungkin aku tidak tahu masalah kalian apa tapi menurutku sebaiknya kamu bicara dan jelaskan jika memang perlu," saran Andy.

"Apa kamu mau membantuku?" tanyaku pada Andy.

"Sure. Kenapa tidak? Bicaralah dengannya Nin. Anindya dan Bima yang ku kenal adalah pasangan harmonis berkepala dingin saat menyelesaikan masalah kalian. Right?" timpal Andy.

Aku hanya bisa mengangguk dan perlahan membuka pintu mobil. Mengumpulkan keberanian dan kekuatan untuk bersandiwara tak lagi cinta dengan Bima.

"Anindya..." panggilnya lembut.

Aku Bertemu JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang