07: Yang ku maksud adalah, kamu

63 16 4
                                    

Untuk chapter kali ini akan sedikit banyak ya. Mohon maaf jika sudah lama tidak update. Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan satu bintang di cerita ini ya kak(^^).

✿✿✿

Mungkinkah kenangan itu akan bisa di rasakan kembali untuk saat ini? Akankah rasanya bisa sama jika itu memang bisa saja terjadi?

Ia menatap foto kolase yang di edit sendiri pada saat waktu ia mengira bahwa ini akan menjadi foto kenangan terbaik di hidupnya. Foto kenangan yang bisa ia ceritakan pada anak-anaknya kelak bahwa gambar yang di edit menjadi kolase itu terdapat sosok perempuan dari sang anak tersebut. Perempuan yang cantik, anggun, lemah lembut, serta yang mampu merebut hatinya dalam hanya sebuah kekaguman akan sikapnya saja. Namun asa yang ia pikir akan terwujud pada waktunya nanti semua sudahlah pupus. Bahkan saat ini ia haruslah berusaha sekuat-kuatnya untuk melupakan kenangan itu, juga dengan perempuan yang ada dalam foto tersebut.

Kini yang Yoongi rasakan benar-benar pahit. Ia tidak tahu mengapa rasa sakit serta kenangan itu bisa kembali dan berputar dalam otaknya, yang membuat dirinya seolah tertahan dalam hal melupakan. Jika memang ini butuh proses, mengapa selama ini? Bagi Yoongi meski baru saja ditinggal menikah oleh pujaannya belum genap satu Minggu itu, rasanya sungguh lama. Waktu yang ia rasakan pun begitu lambat.

Ia berharap ini semua akan berakhir lebih cepat agar siksaan yang terasa dalam hatinya bisa pulih kembali.

"Ya ampun, sudah malam ku kira kau tidur, rupanya sedang memandangi foto istri dari adikmu sendiri."

Sontak merasa terkejut kecil usai mendengar suara itu yang ternyata berasal dari Seokjin. Entah dari kapan dan dari mana, tiba-tiba lelaki itu sudah berada di samping Yoongi sekarang. Atau memang mungkin Yoongi nya saja yang tidak menyadari jika Seokjin sudah di situ sejak tadi.

"Hyung..?"

Seokjin menaikan kedua alisnya sebelah seolah merespon.

"Kenapa kau disini?"

"Kenapa aku disini? Yya, ini kamar ku!"

"Ini kamarku, hyung!"

"Kamarku, Yoongi!"

"Aisss, kamarku!"

"Ck. Kamarku!"

"Kam--" Seketika Yoongi terdiam sejenak. Lalu berpikir, untuk apa sejak tadi mereka bertengkar sedangkan saja memang ini adalah kamar mereka berdua. Mereka tidur di kamar ini berdua dan berbagi kasur juga.

"Ini kamar kita, hyung.." Lanjutnya kini dan memasang wajah yang datar, merasa dirinya ditipu oleh Seokjin karena pertengkaran kecil ini.

Seokjin hanya tertawa keras dengan suaranya yang begitu khas jika di dengar.

"Justru aku yang seharusnya bertanya. Mengapa kau tidak tidur dan malah memandangi foto Hani? Jika Jungkook mengetahui ini bagaimana? Kau ingin benteng diantara kalian akan kembali tercipta, seperti saat kalian kali pertamanya mengetahui satu sama lain jika telah mencintai Hani secara bersamaan, huh?"

Tentunya gelengan pun sudah menjadi jawaban atas rentetan pertanyaan dari Seokjin tadi, tapi tidak dengan sepatah katapun ia menjawabnya.

"Jika begitu mengap--"

"Kau pasti tahu sendiri alasannya, hyung." Potong Yoongi secara tidak sopan.

Lelaki yang memiliki marga Kim itu hanya menghembuskan napasnya, lalu sepersekian detik kemudian ia merangkul pundak Yoongi.

"Melupakan adalah salah satu jalan yang hanya bisa kau lalui. Maka dengan adanya begitu, janganlah kau memandangi fotonya terus-terusan. Yang ada jalan yang kau lalui akan terhambat hanya dengan permasalahan kecil seperti ini."

SeesawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang