Raka sedang menunggu seseorang di sebuah parkiran mall. Ia menunggu dengan cemas. Istrinya tersebut hingga pukul setengah 10 malam begini masih saja di luar. Setelah bertanya pada Mayang, akhirnya ia melajukan mobilnya kemari. Bisa-bisanya gadis itu asyik bermain dengan teman-temannya padahal hatinya sedang bergejolak memberi jarak dan membuat dinding pembatas antara dirinya dengan Jingga.
Siapa bilang, ketika tadi pagi ia menemuinya di ruangan, ia tak merindukannya? Ia sangat rindu, tapi ditahannya rasa ingin memeluknya. Kata siapa ia mengabaikannya? Asal tahu saja, dia sangat ingin menatap matanya lekat-lekat sambil tersenyum dan menggoda seperti biasanya tapi ia takut kembali jatuh dalam kebucinannya.
Gadis itu sakit karna dirinya. Dia mungkin keterlaluan dengan cara mengajarnya, tapi itulah dia. Dia cemburu dengan Sarah, apalagi? Sudah dipastikan itu. Itupun tak sengaja karna pekerjaan mereka yang satu lingkungan. Ia juga sudah berusaha menjaga jarak dengan Sarah. Yang paling parah, gadis itu malah pergi dengan Rendy, mantan sahabat yang menjadi rivalnya ketika sarjana dulu. Dia begitu cemburu dengan Rendy. Bisa-bisanya, dirinya yang membuat gadis itu sakit, malah rivalnya yang memberinya tumpangan. Untuk itulah dia menjauh dan banyak diam akhir-akhir ini. Ia rasa, ia harus menyegarkan hubungan mereka dulu. Ia ingin membiarkan apapun yang gadis itu lakukan.
"Jingga..." Panggilnya, ketika dua gadis keluar dari mall dan mencari-cari sesuatu.
"Suami mu tuh" tunjuk Mayang. Raka berjalan ke arahnya.
"Pulang bareng mas. Mayang, trimakasih ya" Mayang mengangguk.
"Aku duluan ya Ngga... Sudah di tunggu yang lain disana" gadis itu mengangguk. Raka melingkarkan tangannya ke bahu istrinya.
"Mas kenapa jemput aku. Katanya tadi nggak bisa?" Tanyanya setelah mobil keluar dari area parkir
"Ternyata bisa kan" jawabnya sambil tersenyum. Jingga melihat kotak bekal yang tergeletak di atas dashboard.
"Kamu habisin makan siang dari aku mas?" Dia mengangguk sambil tersenyum
"Tentu"
"Bukannya tadi Sonya juga bawain kamu"
"Mas kasih ke pak Cakra"
"Beneran?"
"Suatu hubungan akan kuat kalau dibangun dengan pondasi kepercayaan" Jingga terhenyak. Kata-kata itu seakan menampar dirinya yang mudah cemburu pada Bu Sarah dan fans suaminya
"Kamu sudah makan malam?"
"Sudah mas tadi sama temen-temen"
"Temani mas makan kalau begitu. Akhir-akhir ini mas kehilangan selera makan"
Raka memarkirkan mobilnya di sebuah depot makan. Kali jni entah kenapa, jingga tak protes ataupun ngambek bahkan drama menutupi mukanya dengan binder saat Raka memilih berhenti di tempat yang dekat dengan kampus.
"Kamu nggak makan?"
"Nggak mas, aku liatin kamu aja"
"Oke, bungkus aja ya, sekalian buat Awan" gadis itu mengangguk.
"Jingga..." Suara bariton memanggilnya
"Mas Rendy..?? Ada disini?"
"Ya, kebetulan, lagi cari makan juga. Kamu... Sama Raka lagi?" Pria itu menatap keduanya dengan tatapan aneh. Jingga yang takut sebenarnya menatap suaminya.
"Kenapa kebetulan selalu ada kalian berdua?"
"Ya karna tidak kebetulan" jawab Raka sengit. Kini ia melipat tangannya di depan dada, kaki kanannya ia silangkan silangkan diatas kaki kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Dragoste#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...