Semester baru sudah dimulai.
Semakin lama waktu berjalan, semakin samar kenanganku tentang dia. Aku tak tahu bagaimana untuk orang lain, tapi sulit bagiku untuk bernostalgia tentang hal yang menyakitkan.
Dari salah satu buku yang kutemukan di rak buku tanteku, tertulis bahwa ingatan yang jarang dipanggil kembali lama-kelamaan akan menjadi semakin lemah dan bisa saja terhapuskan hingga tak bersisa.
Bukankah itu mengerikan?
Bagaimana sesuatu yang pernah terjadi, bagaimana suatu rasa yang pernah hadir, bisa saja menghilang seolah tak pernah ada sejak awal jika tiada yang berani mengingatnya.
Namun mengenang kembali semuanya dengan rutin seperti jadwal lari pagiku sekali seminggu pun aku enggan.
Perih bukan main.
Tapi aku tak ingin menghilangkan jejak kisahku dan Taehyung, begitu pula dengan kehidupan yang pernah kujalani di Korea.
Belakangan ini, aku hanya menjalani hidup layaknya mahasiswa biasa di Indonesia. Setidaknya sampai seseorang yang tak kukenali menghentikanku keluar dari kelas.
"Jung Hyeri, itu namamu kan?" tanya gadis berrambut ikal di hadapanku.
Wajahnya tidak familiar, tapi aku menyadari dia salah satu mahasiswa yang mengambil kelas ini.
Kuanggukkan kepalaku, "ya, kenapa?" aku balas bertanya dengan aksen bahasa Indonesia yang canggung.
"Mantan pacar Kim Taehyung bukan sih?" tanya dia sekali lagi.
Aku batuk sedikit. Beberapa orang di kampus ini memang terkadang kupergoki sedang berbisik-bisik sembari menatap ke arahku. Beberapa kali aku sempat menangkap kata nama grup BTS dari bibir mereka.
Meski begitu, tak ada yang berani menanyakannya tepat di depan mukaku. Bahkan beberapa temanku sendiri di sini. Mungkin juga karena mereka tidak tertarik dengan industri musik Korea.
"Eh.."
Jujur saja, aku tak tahu harus berkata apa.
Gadis itu terkekeh, lalu menyentuh pundakku halus. "Tidak usah salting begitu," ujarnya.
Salting?
Oh. Aku baru ingat. Kependekan dari salah tingkah.
Sungguh, ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang masih sulit aku artikan. Tapi tidak apa, aku belajar sedikit demi sedikit.
Dan satu lagi.
Salah satu kebiasaan orang Indonesia yang masih terasa aneh bagiku adalah menyentuh lawan bicara yang baru ditemui. Kurasa itu karena mereka terlalu ramah.
"Bukan begitu, aku hanya tidak tahu harus berkata apa." Aku menggumam, berusaha menjawab lebih agar tidak terkesan dingin. "Hanya saja semuanya sudah menjadi masa lalu."
Ia menggangguk, "Aku paham maksudmu.. dan kurasa itu bukan kenangan yang indah, benar?"
Aku mengernyit. Apa-apaan? Dia seakan membaca pikiranku.
"Aku mengetahui sedikit tentangmu, kebetulan sekali adikku adalah fans BTS dan dia memberitahu segalanya tentang percintaan Taehyung," lanjutnya, lalu kembali tertawa.
"Ah, hahaha, begitu."
Seolah baru mengingat sesuatu yang penting, ia menaikkan kedua alisnya. "Oh ya, untuk tugas kelompok tadi kau sudah punya partner atau belum?"
Aku menggeleng, "belum punya, aku tak ada kenalan di kelas ini."
"Wajar saja, masih awal semester. Tapi sekarang kau punya satu," ia tersenyum, menampilkan giginya yang dipasangi behel bening.
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day. | KTH
FanfictionThe sun went away, But the rain never says goodbye. The rain will remain the same, And wait until the sun comes back. [Baca That Day. terlebih dahulu] - 그 날 pt. 2 - frvrxxodairable, 2022.