Naka - 11

501 57 9
                                    

Radella cemas, sejak semalam Naka demam dan suhu tubuh anaknya tak kunjung turun, stuck di 39°derajat. Peluh di kening Naka terus keluar, tapi anak itu merintih kedinginan.

"Naka, ayo kerumah sakit. Mommy khawatir sayang." Wanita cantik itu sama sekali belum memejamkan mata dari semalam. Memilih menemani Naka yang tidur dengan gelisah. Meracau tak jelas tentang keresahan yang sejak kemarin ia utarakan.

"Naka, buka dulu matanya. Sayang?" Radella sedikit mengguncang lengan Kanaka yang berbalut selimut tebal.

"Apa mommy?" sahut Kanaka lirih.

"Kuat bangun? Ayo kerumah sakit, Naka butuh dirawat." Gelengan pelan dari Kanaka membuat Radella menghela napas.

"Naka, nurut ya?"

"Naka oke mommy, Naka oke."

Radella memeluk tubuh itu, mengusap lengan Kanaka dengan sayang. "Naka sedang tidak oke. Mommy sedih Naka sakit," Radella berbisik dengan parau.

"Mommy jangan nangis,"

Radella membiarkan tangan Naka yang terasa panas mengusap pipinya yang sudah basah. "Mommy berhenti nangis kalo Naka mau kerumah sakit, mau?"

"Oke," jawab anak itu lemah. Dirinya sudah berjanji tidak akan merepotkan orang lain, terutama kedua orang tuanya.

🏀

Kali ini, Naka tak menangis sama sekali, tak merintih, tak berontak, hanya meringis sebentar saat punggung tangannya harus tertancap jarum infus. Naka sudah tertidur berkat obat yang baru saja suster injeksikan lewat selang infusnya.

Radella tak beranjak sama sekali dari samping Kanaka, menggengam satu tangan Naka yang tak di infus, mengelusnya pelan dengan sesekali mengecupnya.

Radella tak suka Naka yang menjadi pendiam, anaknya yang periang seolah hilang. Biasanya, meskipun anak itu sedang sakit, masih ada saja tingkahnya. Namun, sekarang tidak, dan Radella tidak suka.

"Radella, kau tidurlah, biar Naka aku yang jaga." Davin mengelus bahu lesu sang istri dengan lembut, mengecup pucuk kepalanya sayang.

Radella bergeming, tak mendengarkan ucapan suaminya. Davin menatap iba kepada istri dan anaknya. Ia merasa sangat bersalah, dan tak bisa diitampik masalah keluarga yang berlarut-larut selalu membuat Kanaka insecure.

"Radella?"

"Aku tidak apa-apa Davin, kau istirahatlah jika lelah," jawab Radella masih dengan netra yang lekat menatap wajah pucat Kanaka.

"Kau yang butuh istirahat sayang, kau belum tidur sama sekali sejak kemarin. Naka aman denganku, aku tak akan meninggalkannya." Davin masih berusaha membujuk sang istri, jika Radella masih keukeh bukan tak mungkin wanita itu ikut sakit juga.

"Aku tidak apa-apa, sudah ku bilang kan?" Kini nadanya sudah meninggi, menandakan jika emosi Radella kembali naik. Davin yang tak mau memperkeruh suasana memilih mengalah, lelaki itu berjalan kearah sofa, mengambil blanket lalu berjalan kembali ke Radella, menyampirkan selimut itu kepundak sang istri.

"Aku hanya tidak mau kau ikut sakit," ucap Davin dan diakhiri dengan kecupan sayang dipipi istrinya.

🏀

"Mau ya, makan?"

Naka menoleh perlahan, mengangguk tanpa berucap kepada Radella. "Kuat duduk gak, sayang?"

Tanpa menjawab lagi, anak itu berusaha untuk bangun. Radella dengan sigap membantunya, meninggikan sandaran kepala supaya Naka bisa bersandar. "Makasih, mommy," ujar Kanaka lemah.

"Buka mulutnya." Satu suap bubur sudah masuk ke mulut Naka. Anak itu tidak protes, menerima saja apa yang mommynya kasih.

"Tumben mau?" Naka hanya tersenyum tipis.

NakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang