HAAIII SEMUA!!!
gimana kabarnya? semoga semua sehat-sehat aja ya. jaga kesehatan yang paling utama pokoknya. jaga hati juga boleeeh, hehe
karena minggu kemarin aku nggak update lantaran UAS, kali ini aku update karena alhamdulillah UAS aku dah selesai.
maaf juga aku updatenya dipenghujung minggu kyk gini
HAPPY WEEKEND BUAT SEMUA
AND HAPPY READING^^
------------------------------------------------------
Tiba-tiba tirai yang menutupi bangsal Laut terbuka. Laut yang sedang menceritakan segala permasalahan yang ada di hidupnya jadi terhenti karena perbuatan orang tersebut. Tentu saja Laut terkejut ditambah dengan orang itu yang memeluknya erat.
Mengetahui kalau orang yang sedang memeluknya ini adalah adiknya sendiri, mau tidak mau membuat Laut yang sebelumnya sudah cukup emosional, sekarang jadi makin emosional. Ia memukul punggung adiknya itu dengan brutal. Seakan hal itu tidak cukup, ia memaki dan menghujat adiknya ini sembari menangis.
Tia yang tadi juga sempat terkejut karena kedatangan orang tersebut secara tiba-tiba akhirnya segera menyingkir saat Biru memberinya kode kalau itu adalah adik Laut. Tidak lupa Tia menutup tirainya kembali agar tidak ada orang yang kepo.
"Lo kemana aja sih brengsek! Kenapa bisa-bisanya lo tinggalin gue di rumah itu sendirian! Lo tau kan kalo gue cuman punya lo sekarang!!!" Laut menangis sejadi-jadinya, ia berusaha menahan diri untuk tidak berteriak karena ia masih sadar bahwa ini adalah Rumah Sakit, ia juga tidak ingin orang lain terganggu olehnya.
Tidak peduli dengan perkataan kasar kakaknya, El malah makin mengeratkan pelukannya. Laut benar, mereka hanya punya satu sama lain sekarang. Kenapa dengan teganya ia meninggalkan kakaknya sendirian di rumah itu. El kecewa pada dirinya sendiri. Bahkan mungkin melebihi rasa kecewanya kepada kedua orang tuanya.
"Gue bener-bener minta maaf kak. Gue emang bodoh, dungu, bego, apapun sebutan yang jelek emang pantes gue dapetin. Maaf kak gue baru bisa dateng disaat lo udah nggak baik-baik aja kayak gini."
Sebenarnya Laut ada banyak makian dan hujatan yang ingin ia keluarkan, tapi semua itu tertahan karena rasa rindu dan khawatirnya jauh lebih besar. Laut membalas pelukan El sama eratnya. Mereka berdua sama-sama menangis di pundak satu sama lain.
***
Infus yang diberikan untuk Laut sudah habis, El segera keluar untuk memberi tahu perawat. Tidak lama kemudian perawat datang dan mencabut jarum infus dari tangan Laut. Sebenarnya dokter menyarankan Laut untuk rawat inap selama dua atau tiga hari, tapi Laut menolak dengan mengatakan istirahat di rumah saja. Dibujuk oleh tiga orang pun tidak mempan, akhirnya dokter mengizinkan asal makan dan minum obat dengan teratur serta istirahat yang cukup.
Sekarang Laut sedang ada di ruang tunggu apotek ditemani Tia dan El, sedangkan Biru sedang mengambil obat yang diresepkan dokter untuk Laut.
"La, gue tau mungkin ini terdengar ikut campur, tapi lo nggak mau hubungi nyokap atau bokap lo? Gue rasa... mereka berhak tau keadaan lo sekarang."
Belum sempat Laut menjawab, Biru yang tadi sedang mengambil obat untuk Laut tiba-tiba kembali dan menyela. "Gue setuju sama Tia. Malah gue nyaranin lo buat tinggal sama Mama lo untuk sementara sampe lo bener-bener sembuh."
"Gue bisa rawat diri gue sendiri." jawab Laut dengan ketus.
"Sampe lo pingsan dan masuk rumah sakit lagi?"
Beruntung sekali Biru karena Laut masih lemas jadi ia malas untuk melanjutkan perdebatan dengan Biru. Ia hanya memberikan tatapan kesal pada Biru. Biru sih tidak peduli, ia malah melengos sembari duduk di samping El dan memberikan obat yang tadi sudah diambilnya.
El mengambil obat tersebut dan tiba-tiba menggenggam tangan kakaknya. El daritadi memikirkan perkataan Tia dan Biru. Walaupun El awalnya sempat kesal, tapi perkataan mereka ada benarnya. Bukan berarti El tidak bisa merawat Laut, tapi tangan Ibu selalu berhasil menjadi obat untuk anaknya bukan?
"Gue rasa Bang Biru sama Kak Tia bener deh kak." Laut yang mendengar hal itu langsung melepaskan genggaman adiknya.
"Apaan sih El! Kalopun lo nggak bisa rawat gue, gue udah bilang tadi. Gue bisa rawat diri gue sendiri. Gue bisa sampe kayak gini cuman karena lo yang nggak ada kabar. Jadi nggak usah nambah masalah dengan kasih tau mereka soal keadaan gue."
Laut yang tidak ingin dibantah langsung berdiri dan berjalan keluar Rumah Sakit. Laut bukannya sombong, tapi rasa sakit itu masih ada. Jadi daripada Laut yang sudah sakit fisik seperti ini nambah sakit dibagian hati, akan lebih baik jika ia menjaga dirinya sendiri dengan bersikap seperti itu.
Tiba-tiba Biru menyusulnya dan merangkul pundak Laut. Laut yang masih kesal memberikan tatapan juteknya kepada Biru. Biru sih nggak jiper sama tatapan kayak gitu, karena ketimbang seram atau menakutkan Laut lebih terlihat lucu dan menggemaskan.
"Lo mau pulang naik apa? Kunci mobil ada di gue, nggak usah ngadi-ngadi."
"Gue bisa naik ojek online."
"Lo punya utang budi ke gue. Jadi sebagai gantinya lo harus mau gue anterin balik ke rumah."
"Nyebelin!"
"Emang! Baru tau?"
"Udah-udah! Lo juga Ru, si Laut masih lemes gitu masih aja lo ajakin ribut. Nanti kalo Laut udah nggak lemes lagi gue buatin forum buat kalian ribut, puas?!." Tia tiba-tiba menyela di tengah-tengah perdebatan Laut dan Biru. Laut yang kesal dengan Biru segera menyingkirkan tangan Biru dari pundaknya dan berganti gandengan dengan Tia.
***
Biru dan Tia mengantar dua bersaudara itu sampai rumah mereka. Tia mengantar Laut sampai kamarnya, sedangkan El dan Biru sedang menyiapkan makanan di dapur untuk mereka berempat.
Tadi El sempat memaksa untuk mengajak Tia dan Biru makan dulu sebelum pulang sebagai balasan terima kasih karena sudah menolong dan menjaga kakaknya. Awalnya Tia menolak, tapi Biru dengan senang hati menerima tawaran El tersebut jadi mau tidak mau Tia juga menerima tawaran El.
Alasannya? Laut yang memaksa, ia tidak mau Biru enak-enakan makan di rumahnya sedangkan Tia yang sudah menemukannya pingsan di toilet fakultas tapi malah langsung pulang. Jadilah akhirnya Biru dan Tia akan makan bersama di rumah dua bersaudara itu.
"La, kayaknya gue nginep aja deh di rumah lo. Nggak apa-apa kan?" kata Tia
"Ya nggak apa-apa, tapi kan gue lagi sakit nanti malah ngerepotin lo."
"Justru karena lo masih sakit mangkannya gue mau nginep. Gue mau bantuin adek lo buat ngerawat lo. Tangan cowok tuh kadang nggak luwes kalo ngerawat orang sakit."
Laut terkekeh, "Bener juga sih. Tapi gue nggak mau ngerepotin lo Ti."
"Ngerepotin apa siiih, ini tuh win-win solution buat kita. Soalnya ada yang mau gue ceritain ke lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU (Langit & Laut)
Fiksi PenggemarBiru Langit Bisa main banyak alat musik, anak futsal, dan anak klub musik. Sifatnya ramah, supel, sopan, asik. Tentu, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dibalik semua sifat baiknya itu, ada dua hal yang sangat menjengkelkan dari diri Bir...