41.Penjelasan 3 SKS (2)

2.2K 111 2
                                    

Disinilah keduanya. Di dekat pantai dengan menikmati 2 buah minuman kelapa. Tentu saja membawa istrinya kesini dengan menunggu berdebat sengit yang cukup alot. Bdan tentu saja alasan Raka membawanya kemari agar gadis itu tidak mudah kabur karena tempat yang lumayan jauh.

"Sekarang cepat katakan. Waktumu terpotong perjalanan kesini"

"Baik..." Pria itu memandangi lekat-lekat istrinya yang sedang memandang jauh ke depan hamparan laut.

"Kamu ingat pertemuan pertama kali kita Jingga?"

"Saat di pare, waktu aku baru sampai di tempat kursus mu" ucapnya masih tanpa menoleh. Raka tersenyum miring.

"Kamu salah..."

"Waktu itu acara Dies Natalies kampus kita. Yang mana mengadakan acara sehari kuliah yang dibuka untuk beberapa sekolah menengah tingkat akhir..."

Raka ingat sekali kejadian itu. Acara Dies Natalies setahun sekali yang diadakan tahun itu adalah mengundang beberapa sekolah SMA. Salah satunya adalah tempat Jingga sekolah. Dengan bertajuk " sehari kuliah ". Raka lah yang menjadi salah satu pemandu nya karna dia aktif di BEM saat itu. Dan juga ia yang terpilih menjadi moderator di salah satu acaranya.

"Sekarang waktunya sesi tanya jawab. Adik-adik disini juga bisa mengungkap kan keinginan kenapa memilih kampus ini untuk menimba ilmu kedepannya. Apa yang membuat adik-adik tertarik disini" kata Raka sebagai juru bicara saat itu. Tiba-tiba saja seorang gadis berambut sebahu dengan poni khas nya mengacungkan tangan.

"Iya, silahkan adik yang di tengah"

"Nama saya Jingga Aurora, dari SMA Angkasa Buana Surabaya. Saya sudah punya bayangan kalau kelak disinilah tempat saya menimba ilmu. Selain sarana dan prasarana yang memadai. Saya yakin kalau masa depan saya sangat cemerlang disini, disamping mas moderator yang lagi pegang mic sekarang... Hehehe" suasana yang tadi sangat flat berubah mencair dan penuh gelak tawa saat Jingga berbicara. Pasalnya saat itu teman-teman Raka juga menggodanya.

"Adik yang manis dan imut... Saya tunggu menjadi masa depan kamu yang cemerlang agar bisa duduk di samping saya menjadi moderator pernikahan kita"

Hallah hallah hallah... Perkataan Raka barusan malah membuat suasana semakin riuh tak teredam. Keduanya didapuk untuk foto bersama oleh dosen yang menjadi sumber wicaranya karna acara menjadi tidak monoton dan malah menjadi ajang perjodohan keduanya.

"Foto dulu mas Raka dan mbak jingga, siapa tau kalian berjodoh. Sini sini maju ke depan. Biar malaikat yang mengamini"

bagi Jingga hal itu adalah candaan biasa, setelah itu ia benar-benar melupakan Raka dan kejadian itu. Namun bagi Raka, pria yang sehari-harinya hanya berkutat dengan organisasi, debat kritis, jurnal dan buku entah kenapa hal itu tidak ia jadikan bercandaan. Ia baper? Iya, karna gadis itu masuk dalam kriteria nya selama ini. Dan Raka benar-benar merasa surprise saat tahu jingga adalah adik Awan. Saat tahu di gerbang lembaga kursusnya pertama kali saat itu, hatinya berdegup kencang. Bahkan ia harus menutupi rasa gugupnya dengan bersikap dingin luar biasa kepada gadis itu.

Sepertinya jingga melupakannya...

Jingga mengerjapkan matanya setelah Raka menjelaskan bab awal.

"Kamu ingat aku pernah menanyakan, tidak membuka-buka dompetku? Karna aku ingin kamu tau ada foto kita disana dan agar kamu ingat dengan moment itu"

"Kalau kamu tanya apa aku terpaksa menerima perasaanmu? Tentu tidak, karna aku menyukaimu lebih awal. Aku menunggu momen yang tepat, tapi aku kaget dengan pengakuan spontanitas mu. Sebenarnya aku bingung menjawabnya. Aku menerimamu karna kita punya perasaan yang sama. Namun di tengah perjalanan Awan meragukanku. Dia ingin jika aku serius denganmu, maka aku harus siap lebih matang dan lebih pantas bersanding6 dengan kamu. Terlihat sekali betapa besar ia menyayangimu. Ia tidak ingin kamu berada di tangan yang salah. Aku memakluminya"

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang