YOONA BEGITU GUGUP hingga ia nyaris membuat titik di atas huruf u pada nama Haru menggumpal. Tapi ia menangkap tetesan krim kue itu tepat pada waktunya dan akhirnya memberi titik pada huruf u itu dengan sempurna. Ia ingin makan malam ini betul-betul sempurna.
“Kita bisa merayakannya di rumahku,” usul Taehyung beberapa hari sebelumnya.
“Tidak, aku ingin dia ada di rumah malam ulang tahunnya.” Lalu, menyadari rumah Taehyung lebih terasa sebagai rumah bagi Haru daripada rumahnya sendiri, Yoona menambahkan, “Aku ingin merayakan ulang tahunnya dengan makan malam di sini.”
“Baiklah.” Taehyung mengiyakan sambil tersenyum. Belakangan ini pria itu bersikap santun. “Ada yang bisa kubantu?”
“Tidak, terima kasih,” ujar Yoona, sama santunnya. “Pestanya tidak besar-besaran kok. Hanya kita bertiga. Tapi aku ingin memasakkan makanan-makanan kesukaannya dan menjadikannya acara yang sangat istimewa. Sudah lama Haru menantikannya.”
Lalu Haru berlari menuruni tangga, membawa sekotak barang di bahunya. Kamarnya di rumah Yoona makin lama makin kosong sementara kamarnya di rumah Taehyung terus dipenuhi. Yoona berusaha untuk tidak membiarkan perpindahan barang itu membuatnya panik dan terus mengingatkan dirinya sendiri bahwa remaja senang dikelilingi barang-barangnya sendiri. Hal itu membuat mereka merasa mandiri.
“Siap, Dad?”
“Kalau kau sudah siap.”
“Kami akan main golf mini malam ini,” kata Haru pada Yoona.
“Selamat bersenang-senang.”
“Mau ikut?” ajak Taehyung.
“Ya, Mom, ikut, ya? Tapi kuperingatkan, Dad, Mom suka merajuk kalau kalah.”
“Aku tidak seperti itu!” Yoona memukul Haru main-main. “Terima kasih atas tawarannya, tapi aku tidak bisa. Ada yang harus kukerjakan malam.
“Oke. Bye. Sampai jumpa besok. Aku yang menyetir, ya Dad?”
“Boleh,” jawab Taehyung, melemparkan kunci mobilnya.
“Dia berhati-hati dengan mobil itu?” tanya Yoona, menatap cemas mobil Porsche milik Taehyung.
“Sangat. Dia sudah sering latihan menyetir. Dia pasti lulus tes menyetirnya dengan nilai tinggi.”
“Tinggal lima hari lagi. Aku tidak yakin aku sudah siap untuk melepaskannya di jalan.”
“Dia pengemudi yang bertanggung jawab, Yoona.”
“Aku tahu. Pengemudi lainnya yang suka ugal-ugalan itulah yang kukhawatirkan.”
Itu lima hari yang lalu. Hari ini adalah hari H.
Ia membuat kue ulang tahunnya pagi-pagi sekali supaya bisa menemani Haru untuk menjalani tes menyetirnya sepulang sekolah.
Haru sudah menanti-nanti hari ini sejak ia menginjak remaja. Yoona merasa khawatir memikirkan anaknya menyetir mobil sendiri tapi tidak sabar untuk berbagi jalan menuju ke kedewasaan itu dengannya.
Dua minggu terakhir merupakan saat yang paling sulit dalam hidupnya, sama seperti tujuh belas tahun lalu ketika ia cemas selama beberapa minggu, yaitu saat ia merasa takut Yuri akan menggugurkan anak Taehyung meskipun dilarang ayahnya.
Sejak Haru pergi, rumah tua ini terasa sunyi di siang hari dan menyeramkan di malam hari. Ia selalu terbangun setiap kali ranting-ranting berderak.
Ia sangat merindukan Haru. Ketidakhadirannya terasa lama dan menyakitkan seperti sakit gigi. Yang membuatnya semakin buruk adalah ketidaktahuan kapan semua ini akan berakhir.
Sejauh ini Haru belum mengatakan akan pulang. Ketakutan akan kenyataan Haru takkan pulang membuatnya tidak tenang.
Tapi Yoona sudah mengambil keputusan di malam Haru mengetahui Taehyung adalah ayahnya. Haru akan membencinya seumur hidup jika ia menjauhkannya dari Taehyung lebih lama lagi. Ia nyaris gila setelah menatap kepergian anak itu bersama Taehyung, meninggalkannya seorang diri. Tapi jauh di lubuk hatinya ia tahu ia sudah melakukan hal yang benar.
Mereka sepakat Taehyung yang mengantar Haru ke sekolah tiap pagi, yang letaknya sangat jauh dari Johnson Space Center. Pria itu tidak pernah mengeluh. Siangnya Yoona yang menjemput Haru dari sekolah. Mereka menghabiskan waktu sekitar satu jam bersama sebelum Taehyung menjemput Haru sepulang kerja.
Yoona mencurahkan waktu itu untuk Haru dan tidak membiarkan apa pun mengganggunya di jam itu, baik kunjungannya ke panti wreda untuk menengok ibunya ataupun pekerjaannya. Kehilangan kesempatan membuat sampul buku telepon itu merupakan kemunduran baik secara finansial maupun profesional. Kekecewaannya berlipat ganda karena rencananya untuk memberikan hadiah kejutan di hari ulang tahun Haru gagal.
Tapi beberapa hari setelah biro iklan itu menolak Yoona atas pekerjaan itu, Mr. Howard menghubunginya untuk proyek lain. Yoona merasa tersanjung dan bahagia. Pekerjaannya menunjukkan tingkat kemajuan yang sangat baik dan kliennya sudah mulai membicarakan pekerjaan-pekerjaan untuknya di masa yang akan datang.
Ia merasa geli sendiri memikirkan hadiah kejutan untuk Haru, yang berkat pekerjaan yang diperolehnya ternyata kesampaian juga. Anak itu akan melonjak kegirangan. Senang rasanya mampu melakukan sesuatu yang istimewa baginya.
Bersaing dengan Taehyung tidaklah mudah.
Pria itu sudah mengajak Haru terbang bersamanya beberapa kali, dan Haru sangat menyukainya. Haru bahkan sudah pernah pergi bersamanya ke Annapolis, tempat Taehyung membawakan pidato pelepasan bagi para kadet yang diwisuda.
Wajar saja jika mata Haru selalu berbinar-binar dan semangatnya meluap-luap atas segala hal indah yang telah dilakukan Taehyung baginya. Yoona merasa turut senang Haru tapi tidak bisa menahan kecemburuannya. Malam ini dialah yang akan membuat mata Haru berbinar-binar.
Menjelang tengah hari ia sudah membersihkan rumah, menghias ruang makan, dan menyiapkan makanan sehingga tinggal dimasukkan ke dalam oven. Ia mandi dan berdandan, memberi selamat pada dirinya sendiri atas pekerjaannya yang tepat sesuai jadwal, dan baru saja hendak menuruni tangga ketika telepon berdering.
“Hai, Mom.”
“Hai, aku baru saja mau berangkat. Kau tunggu di pintu depan ruang olahraga, ya?”
“Untung saja. Dad sudah ada di sini. Dad yang akan mengantarku. Kami akan datang segera setelah aku selesai.”
Kekecewaan Yoona begitu telak, ia tak sanggup berkata-kata.
“Mom? Mom masih di sana?”
“Te-tentu. Aku hanya—”
“Sedang sibuk. Aku tahu. Dad bilang Mom bakal sangat sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk nanti malam. Kalau Dad mengantarku mengambil SIM, tentunya akan sangat membantu, kan?”
“Ya,” jawab Yoona muram.
“Makan malamnya tidak usah yang macam-macam. Ini kan cuma ulang tahunku.”
“Aku akan menyiapkan makan malam yang macam-macam kalau aku mau, terima kasih banyak.” Yoona tidak mengatakan betapa ia sangat kecewa. Itu hanya akan merusak hari Haru. “Hati-hati, Haru. Selamat ujian. Lakukan dengan baik, ya. Dan aku akan menyambutmu di sini dengan sekaleng soda.”
“Oke, bye.”
Yoona menutup teleponnya, merasa tekanan menyelubunginya seperti selimut yang menyesakkan. Ia hanya menyerah pada tekanan itu sesaat, lalu dengan tegas menyingkirkannya jauh-jauh.
Hari ini adalah ulang tahun Haru yang keenam belas. Baik Haru maupun Taehyung tidak mungkin tahu betapa ia sangat ingin mengantarkan Haru menjalani tes menyetirnya. Mereka tidak sengaja mengucilkannya. Inisiatif Taehyung untuk mengantar Haru didasari niat baik, bukan niat jahat.
Ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukannya sebelum mereka datang. Kekecewaan ini takkan menahannya memberikan ulang tahun terindah bagi Haru, hari yang takkan pernah dilupakannya.
*****
Don't forget to vote and comment ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Time Coming - Taehyung Yoona Version
Roman d'amourTaehyung-Yoona Version Original Story by Sandra Brown credits by readnovelsblog.wordpress.com Don't forget to vote✨