Duchy of Caplicano

937 133 5
                                    

Walaupun agak ragu Jennath berjalan mendekati kakak beradik itu dan ikut naik mengambil tempat disebelah Herozein yang kini tengah memeluk dirinya sendiri. "Kar, buruan dayung..." Titahnya, Karina menatapnya tajam. "Kau saja, aku sudah mendayung perahu ini terlalu lama tanganku sakit."

"Ya elah..." Meski mengeluh Herozein tetap bergeser menggantikan posisi Karina dan mengambil alih dayung tersebut. "Awasin tuh anak jangan sampe dia nyebur lagi." Lanjutnya menunjuk Jennath yang hanya duduk diam tanpa melakukan apapun selain menatapnya.

Karina mengangguk kecil. "Baiklah, Kakak cepat dayung perahunya."

Kemudian perahu berisi tiga orang itu mulai bergerak menyeberangi lautan yang kini menjadi lebih tenang.



The Greatest Revision For Unpublished Story © Deurimen
Genre : BL, Bromance, Transmigration, & Historical

"Astaga! Hero, mengapa tubuhmu basah semua, Nak?!"

"Hero gapapa, Bu."

"Ibu sudah mengatakan kepadamu agar tidak berbuat macam-macam kau masih sakit, Hero."

Herozein hanya pasrah begitu pulang langsung di cerca oleh Henia yang kini menangkup kedua pipinya, ibunya ini sepertinya memang sangat protektif terhadap anak-anaknya. Herozein menatap luar rumah dia sengaja masuk lebih dulu membiarkan Karina berdua dengan Jennath sampai perempuan itu sendiri yang mengajak Jennath untuk masuk kedalam rumah, hitung-hitung agar mereka dekat karena saat di perahu tadi mereka berdua hanya terdiam malahan Jennath bergeser duduk kedepan hingga bersebelahan lagi dengannya dan Karina hanya diam dibelakang. Seharusnya sepanjang perjalanan pulang diisi oleh Karina yang bercerita kepada Jennath, pada akhirnya Herozein sendiri lah yang lagi-lagi banyak berbicara agar suasana tidak canggung—padahal dia menantikan adegan langsung dimana Karina dan Jennath saling berkenalan.

["Kau bisa masuk... Aku akan mencarikan pakaian baru untukmu, kebetulan ada beberapa pakaian milik Kakak yang masih tersimpan." Karina tersenyum seraya mempersilahkan Jennath yang basah kuyup untuk masuk kedalam rumahnya, pemuda itu terus-menerus terpaku oleh pesona Karina hingga tak tahu bagaimana caranya mengalihkan pandangan dari sang pemilik netra secerah sinar matahari]

Senyum samar terbit di bibir Herozein jujur saja ia menyukai salah satu adegan ini dan benar-benar tidak sabar untuk melihatnya, apalagi melihat langsung ekspresi wajah Jennath yang akan terus terpaku kepada Karina—pasangan favoritnya memang sangat terbaik, Herozein mengakui itu sebagai penulis cerita mereka.

Plak!

"Aduhh!" Herozein mengadu kesakitan begitu mulutnya terkena pukulan sayang dari Henia yang kini mengernyitkan dahi. "Mengapa kau tersenyum? Apa kau memang sangat senang melihat Ibu khawatir? Kau tersenyum meledek Ibu, hah?" Sontak ia langsung menggeleng-geleng ribut, tentu dia tidak bermaksud untuk meledek Henia.

"Enggak, Bu. Salah paham ini salah paham..." Sangkal Herozein dengan cepat.

"Ibu, Kakak baru saja menyelamatkan seseorang yang hampir saja mati tenggelam maka dari itu tubuhnya basah semua, maafkan Kakak untuk yang kali ini, Bu."

Akhirnya yang ditunggu datang, Herozein segera menoleh dengan wajah agak antusias. Namun seketika ekspresinya kembali datar begitu melihat Karina masuk kedalam rumah sendirian tidak ada Jennath yang mengikutinya, Henia segera mendekati si bungsu dengan penuh tanda tanya.

"Apa maksudmu menyelamatkan seseorang?" Tanyanya dan Karina tersenyum lebar. "Dia menyelamatkan orang yang diluar sana, aku tak tahu namanya siapa namun dia sepertinya seorang bangsawan juga."

The Greatest Revision For Unpublished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang