Part 6

22 3 9
                                    


Jehyun menatap Hyunrim yang masing menundukkan kepalanya. Jehyun mengeratkan genggamannya pada plastik di tangannya. Sekuat tenaga ia mencoba memadamkan kobaran cemburu dalam dirinya. Rasa kecewa dan takut juga mengiringinya mengingat segala usahanya untuk meminta maaf pada Hyunrim belum membuahkan hasil. Semua itu menggiringnya pada ketakutan akan kehilangan gadis itu.

"Mianhae..." Kata maaf terucap dari mulut Hyunrim setelah beberapa saat terdiam. Jehyun memalingkan pandangannya pada lampu yang menerangi mereka seraya mencoba mengalihkan segala perasaan yang ada. Ia ingin marah tetapi tak mampu. Ia tak ingin menambah masalah.

"Kau pasti sangat marah padaku sekarang. Maaf, aku telat menyadarinya." Jehyun terdiam. Kata-kata Hyunrim perlahan mematikan kobaran rasa yang ada di dalam dirinya.

"Maafkan aku juga. Seharusnya aku tak mengungkit masalah itu lagi," ucap Jehyun seraya kembali menatap Hyunrim yang masih menundukkan kepalannya.

Beberapa saat mereka terperangkap dalam diam. Kesunyian menjadi teman dalam pekatnya malam. Jehyun dan Hyunrim masih terdiam dengan pemikirannya masing-masing. Mereka sangat berhati-hati agar tak ada hati yang terlukai.

Hyunrim menyadari segala reaksi yang ditunjukkan oleh Jehyun hari ini. Semua itu mengantarkannya pada kesimpulan bahwa lelaki itu masih menyimpan perasaan kepadanya. Meski lelaki itu tak secara langsung mengungkapkannya lagi. Waktu telah banyak berlalu tapi tampaknya hal itu tak mengubah perasaan di hati Jehyun.

Sementara itu, Jehyun harus selalu bersabar dengan perasaan yang tersimpan di hatinya. Ia tahu itu menyakitkan. Namun, ia tak bisa menghilangkan perasaannya pada gadis itu begitu saja. Ia dan Hyunrim sempat terpisah tapi hal itu tak membuat rasa cintanya terhadap gadis itu hilang.

"Kau memaafkanku, kan?" tanya Hyunrim seraya meraih tangan Jehyun. Ia memberanikan diri untuk memecah kesunyian di antara mereka. Ia paham dengan sifat lelaki yang ada di hadapannya itu. Jika ia ikut diam saja bisa jadi mereka berdua akan berdiri mematung di depan gerbang rumah sampai pagi.

Jehyun menganggukkan kepalannya pelan. Ingin rasanya ia menyudahi drama hari ini.

"Aku juga memaafkanmu, Jehyun-ah."

Keduanya saling tersenyum satu sama lain. Dengan begitu maka mereka telah mengakhiri pertengkaran mereka.

Jehyun mengangkat plastik di tangannya. "Untukmu."

Hyunrim memalingkan pandangan matanya pada bungkusan plastik yang dibawa oleh Jehyun. Ia mengulas senyum di bibirnya lalu meraih plastik itu.

"Gomawo," ucap Hyunrim dengan senang hati menerima ayam goreng dari Jehyun.

"Sudah selesai, kan?" tanya Jehyun yang kemudian mendapat anggukan kepala dari Hyunrim.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Sampai jumpa," ucap Jehyun lantas membalikkan badan yang kemudian niat kepergiannya dicegah oleh Hyunrim.

"Menginap saja di sini."

"Bagaimana dengan seragam sekolahku?" tanya Jehyun. Sebenarnya ia tak masalah harus bermalam di rumah Hyunrim. Hanya saja besok sekolah dan harus berganti seragam.

"Besok kau bangun pagi lalu pulang untuk berganti seragam."

"Tapi..."

"Tidak ada penolakan. Biarkan aku nanti yang bilang ke ibumu kalau kau menginap di sini." Belum sempat Jehyun mencoba menolak lebih jauh, Hyunrim sudah menariknya masuk ke pekarangan rumah. Alhasil mau tak mau ia harus menuruti permintaan gadis itu.

***

Hyunrim menutup bukunya begitu selesai mengerjakan tugas sekolahnya. Sejenak ia meregangkan kaki dan tangannya yang pegal. Pandangan matanya kemudian jatuh pada Jehyun yang masih sibuk dengan tugasnya. Beberapa saat kemudian Hyunrim memutuskan untuk beranjak dari tempat duduknya dan menuju dapur. Tangannya dengan sigap membuka pintu kulkas lantas mengambil es krim dan buah stroberi dari sana. Dengan langkah ringan ia kembali ke ruang keluarga dengan es krim dan semangkuk stroberi di tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang