Mendung Menggantung

480 17 4
                                    


Hari-hari berlalu, matahari timbul dan tenggelam, bergantian dengan bintang-bintang bermunculan. Kuraih asaku sebagai dokter dan istri yang baik untuk suamiku. Kujalani hariku dengan bahagia dan ikhlas.

Aku masih harus pulang pergi ke kampusku dari rumah. Sisa waktu perkuliahanku tinggal satu bulan lagi. Keluar rumah pagi, dan pulang sore atau setelah gelap tiba, itu yang selalu aku lakukan. Beberapa jam memainkan kemudi atas kursi mobil. Hari pertama dan hari kedua aku merasa capek, tapi hari selanjutnya badanku mulai terbiasa, walau tetap saja pegal melanda. Tinggal sebulan lagi, ya sabarlah Mentari, kuatkan fisikmu. Sebentar lagi kamu lulus menjadi sarjana kedokteran.. bisikku memberi semangat kepada diriku sendiri.

Hari ini aku sampai di rumah saat malam sudah tiba. Kulihat abang sudah pulang. Tidak biasanya ia pulang lebih awal dariku. Suamiku sedang duduk sambil menonton TV.

"Hai abang. Tumben kamu udah pulang duluan.." Ku kecup kening suamiku sembari duduk disebelahnya.

"Iya, aku pulang lebih awal," jawabnya datar. Kemudian ia menatapku dan berkata, "Apa kamu ga cape bolak balik tiap hari?" tanyanya kepadaku.

Aku menjawab, "Ga kok bang. Lagian ini kan tinggal sebulan lagi. Setelah itu aku akan libur tiga bulan. Terus persiapan pre-klinik sebulan. Tenang aja bang, aku enjoy banget kok," jawabku kepada abang sembari meraih tangannya.

Entah kenapa abang melepas tanganku. "Sayang, mulai besok kamu lebih baik pulangnya ke rumah mama papa aja. Ga usah kesini. Kasian kamu kan capek. Lagian kamu kan lagi hamil 3 bulan. Aku ga mau kamu kecapean nyetir bolak balik," jelas abang abang kepadaku.

"Bang, aku ga keberatan sama sekali. Gapapa aku tiga jam di jalan, asal bisa selalu ketemu abang.Aku kuat kok. Aku kan istri prajurit.." kataku sambil mengangkat tangan.

"Bukan begitu. Kalo di rumah mama papa ada supir. Lagian aku selalu pulang tengah malam. Aku kasian sama kamu kalo kamu sendirian. Lebih baik kamu seminggu di kosan, lalu akhir pekan tingal di rumah papa mama. Nanti aku akan sering berkunjung ke kosan dan ke rumah mama papa. Aku janji," kata abangsambil menatapku

"Baiklah bang, Kalau itu mau abang. Tapi abang janji ya sering main kunjungi aku.." pintaku ke abang dengan raut muka sedikit sedih.

"Iya sayang. Tenang aja ga usah khawatir," kata abang sambil ngelus perutku.

Entah kenapa kulihat wajah abang senang sekali, kontras dengan diriku yang agak berat dengan keputusan ini. Tapi setelah kupikir-pikir abang benar, ini semua demi kebaikanku.

Keesokan harinya aku menjalani rutinitas yang berbeda lagi. Aku melakukan semua saran abang, dimana senin sampai jumat aku tinggal di kosan yang dekat kampus, dan sabtu minggu aku tinggal di rumah papa mama. Aku menjalani hari layaknya anak gadis yang belum berkeluarga. Kegiatanku hanya kuliah dan kuliah.

Saat ini aku merasa jauh lebih sehat, tidak capek, dan serasa penuh cinta kembali.Tinggal diantara papa mama dan saudara-saudaraku lainnya. Tak lagi merasa kesepian. Minggu pertama abang masihmengunjungiku di rumah papa mama. Namun mulai minggu kedua, ketiga, dan seterusnya, abang mulaisibuk dengan pekerjannya.

Aku suka menghubungi suamiku, kadang ku telp dan ku BBM, tapi telpoku jarang diangkat, dan BBM di balas slow respon olehnya. Abang mulai susah untuk dihubungi. Namun, karena aku pun sibuk dengan tugas mahasiswa tingkat akhir, aku pun tidak terlalu memikirkannya. Aku selalu berpikir positif, mungkin abangsibuk dengan pekerjaannya.

Saat sedang di depan laptop, tiba-tiba ada BBM masuk. Ternyata itu dari abang. Aku senang sekali abang menghubungiku.

"Sayang, besok Sabtu ada junior nikah di TMII, kamu dateng ya" pinta abang.

Badai PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang