Krrriiiinnnggggg!!! Tepat pukul 12 bel pulang sekolah berbunyi aku bergegas membereskan semua peralatan sekolah ke dalam tas dan siap-siap untuk pulang. Sembari merapikan semua peralatan sekolah ku, sedari tadi aku sambil menengok keluar jendela memperhatikan Rangga temanku yang sepertinya sudah berdiri di depan kelasku sejak tadi. Seperti biasa dia selalu menungguku di depan kelas untuk pulang bersama. Kami memang teman akrab tepatnya sejak kelas 7 lalu.
Oh iya perkenalkan Nama saya Rere, lengkapnya Rere H. Putri, entah apa alasannya orang tuaku memberiku nama yang mempunyai inisial H di tengah, tapi aku tidak pernah memikirkan lebih dalam tentang hal itu dan aku tidak pernah pula menanyakannya, yang pasti orang-orang sering menyapa aku Rere dan aku suka itu. Yang sedari tadi berdiri di luar kelasku namanya adalah Rangga, Nama lengkapnya Rangga Radiansyah. Kami berteman dekat, setiap hari kami pulang sekolah berbarengan, baik menggunakan ojek maupun berjalan kaki. kami tidak sekampung tapi jalan pulang kami searah. Kami tinggal di sebuah kota di provinsi Jawa barat, orang-orang menyebut kota kami adalah kota hujan, ya tepatnya adalah kota Bogor.
Sebenarnya aku bukan kelahiran asli di sini tapi entah bagaimana ceritanya aku bisa tinggal di kota hujan ini, aku tidak pernah menanyakan asal-usul tempat tinggalku kepada Mama, yang aku ketahui aku sudah tinggal di kota hujan ini sejak aku kecil, yang pasti aku suka tinggal di sini.
Jika aku pulang lebih dulu maka aku akan menunggu Rangga di depan kelasnya, sedangkan jika Rangga pulang lebih awal maka dia yang menunggu aku di depan kelasku. Dan hari ini sepertinya Rangga pulang duluan hingga sejak dari tadi dia berdiri di depan kelasku untuk menunggu kelasku selesai. Kami berdua duduk di kelas 9 pada sebuah sekolah SMP Negeri di kota Bogor, tapi kami berbeda kelas aku berada di kelas 9 A sedangkan Rangga berada di kelas 9 C.
Setelah pak guru keluar dari kelas aku langsung bergegas lari untuk menghampiri Rangga.
"Hei Ga, udah nunggu dari tadi? maaf ya lama" sahutku pada Rangga.
"Enggak kok Re baru aja aku datang ke sini setelah itu kelas kamu langsung keluar" jawabnya padaku. Dia memang tidak pernah mau melihat aku merasa bersalah padahal aku tahu dia nunggu lumayan lama di depan kelasku.
"Ya udah ayo kita pulang udah siang!" ajakku kepada Rangga sambil lari duluan.
"Eh tunggu dong kok kamu ninggalin sih? Padahal aku udah nunggu kamu lama loh" teriak Rangga padaku.
"Dih tadi kamu bilang nggak lama cuma nunggu sebentar, sekarang kok malah bilang lama. Gimana sih kamu?" jawabku kepada Rangga.
"Hehe enggak kok aku cuman bohong" Rangga menjawab sambil ketawa kecil padaku.
"Heh Re! kita mau main ke mana dulu nih?" Tanya Rangga kepadaku.Memang setiap kami pulang sekolah kami tidak langsung pulang ke rumah kadang kami mampir di tukang bakso, kadang kami main ke sungai ataupun mendatangani tempat favorit kami di perkebunan teh yang berada di kota kami, terkadang kami juga pulang sore sampai aku dimarahi oleh Mama, Rangga pun sama kadang ayah Rangga sampai membawa motor untuk mencari kami, sedangkan aku, paling Mama menelpon ayah Rangga untuk menanyakan aku, maklum aku hidup di keluarga tanpa ayah jadi kalau ada apa-apa mama yang paling ekstra dalam menjaga aku.
Aku juga tidak tahu di mana sekarang ayahku, Mama tidak pernah cerita tentang semua itu, yang pasti, sekali lagi aku tidak pernah menanyakan hal-hal yang menurut aku tidak penting, yang penting sekarang bagiku, aku tinggal dan menjalani hidup dengan orang-orang yang menurut aku seru dan luar biasa.
Aku ingat pertama kali aku bertemu dengan Rangga, ketika itu kurang lebih 3 tahun yang lalu ketika kami pertama masuk SMP, mamaku yang mengenalkan aku pada Rangga, karena mama memang kenal dengan ayah Rangga di tempat kerjanya. Sehingga sejak saat itu aku akrab dan kenal baik dengan Rangga sampai saat ini kami berdua sudah duduk di kelas 9 pertemanan kami masih berjalan. Bahkan kami selalu kompak dan saling membantu dalam segala hal.
Bagiku satu orang teman seperti Rangga sudah cukup, dia selalu ada dan selalu membelaku dalam keadaan apapun. Rangga tak pernah ingin melihat aku bersedih ataupun terluka, pernah suatu ketika di perjalanan aku ada yang memalak dan meminta uang sampai-sampai aku didorong ke air comberan yang ada di trotoar sontak saja seluruh bajuku kotor dan ketika itu Rangga melihatnya, dia benar-benar marah dan menghajar habis-habisan anak nakal itu, sejak saat itu aku mulai sadar kalau Rangga sangat peduli padaku.
Pulang sekolah ini kami bermaksud untuk main ke kebun teh tempat biasa kita bermain. Setiap pulang sekolah kami sering datang ke sana, dari setiap tempat yang selalu kami kunjungi setiap pulang sekolah, kebun teh itulah tempat yang paling sering kami datangi, baik sekedar hanya untuk duduk, ngobrol, bercanda ataupun menikmati pemandangan disana.
"Ga seperti biasa hari ini kita main ke kebun teh ya!" Ajakku kepada Rangga, Rangga mengangguk bahwa ia setuju atas permintaanku.
"Tapi sebelum itu kita salat zuhur dulu ya di masjid pinggir jalan sambil kita beli siomay untuk makan siang" ucapku lagi kepada Rangga.
"Siap tuan putri" jawab Rangga sambil mengejekku karena menurutnya aku terlalu banyak permintaan layaknya tuan putri yang ada di istana, tapi luar biasanya Rangga selalu menyetujui setiap apa yang aku minta, itu sebabnya aku sangat suka berteman dengan Rangga.Setelah selesai melaksanakan salat zuhur dan makan satu porsi siomay kami langsung bergegas pergi ke kebun teh tempat favorit kami berdua. Sesampainya di sana kami langsung menuju kursi kayu tua yang kerap kali kami jadikan tempat duduk ketika kami main di sana, tempat duduk itu berada di bawah pohon manggis, menurutku itu tempat paling sempurna untuk melepaskan penat dan lelah setelah sekolah, kerapkali aku dan Rangga duduk bareng, ketawa, bercanda, menikmati pemandangan dan kadang kita mengerjakan tugas bersama di sana.
Sambil sedari tadi aku melihat pemandangan, tiba-tiba dalam benakku muncul pertanyaan
"Ga kadang aku bertanya pada diriku sendiri, bagaimana kalau aku tidak mempunyai teman seperti kamu apakah ada orang lain yang akan membela aku, membantu aku ketika aku dalam kesulitan?" Tanyaku sekenanya sambil bengong dengan tatapan kosong ke arah alam bebas.
Rangga menyahut "loh Re kok kamu ngomongnya gitu sih, bisa-bisanya ya di otak kamu muncul pertanyaan seperti itu, gak usah ngomong macam-macam deh sekarang kan aku ada di sini, aku teman kamu dan aku ada, jadi kamu nggak usah ngeluarin pertanyaan yang aneh-aneh ya Re!" jawab Rangga padaku."Tapi Ga, kamu nggak akan pergi kan dari aku, kamu nggak akan ninggalin aku kan dan kamu pasti selalu ada bareng sama aku kan Ga" tanyaku lagi padanya.
"Loh! iyalah Re, emang aku mau pergi ke mana, aku pastikan aku selalu ada buat kamu, aku tidak akan pergi kemana-mana, aku akan selalu ada disampingmu Re" jawab Rangga padaku.
"Aku takut Ga, selama ini enggak ada orang yang sepeduli kamu ke aku. Selain Ibuku, aku tak pernah mempunyai seorang laki-laki yang melindungi aku dalam hidupku, kamu tahu kan? aku tidak tahu ayahku ada di mana" jawabku kepadanya.
"Iya aku ngerti Re, aku janji sama kamu aku akan selalu ada buat kamu dan aku tidak akan pernah meninggalkan kamu" jawab Rangga padaku lagi.
"Janji ya Ga" aku memastikan pada Rangga.
Rangga menjawab "Iya Re aku janji" sambil mengacungkan kelingkingnya padaku, lalu aku membalas dengan kelingkingku sebagai bentuk perjanjian kita.Setelah itu Rangga mengambil gantungan kunci besi yang ada di tasnya lalu dengan gantungan itu Rangga mengukir inisial nama kami "R&R" pada pohon manggis di dekat kami, lalu Rangga membuat lingkaran pada ke dua huruf R itu.
Kemudian Rangga berkata padaku "lihat Re apa yang aku buat!? R&R artinya Rangga dan Rere dan lingkaran ini membuktikan bahwa kita akan selalu bersama dan pohon manggis ini yang akan menjadi saksinya".Aku tersenyum pada Rangga sebagai bentuk kepuasan dan kenyamanan aku terhadap dia, aku memang masih kelas 9 SMP tapi aku bisa merasakan, dengan Rangga aku merasa ada yang melindungi, meski aku tak mempunyai seorang ayah dan belum pernah merasakan bagaimana dilindungi oleh seorang laki-laki kecuali Rangga.
Sejak saat itu aku selalu memegang dan mengingat janji Rangga padaku yang membuat aku lebih semangat walaupun dalam kehidupanku tak mempunyai sosok laki-laki bernama ayah tapi kehadiran Rangga sudah cukup menggantikannya.
"Re udah mulai sore pulang yuk!" ajak Rangga padaku.
"Oh iya Ga, yuk kita pulang sebelum orang tua kita mencari kita!" jawab ku sambil menyetujui ajakannya. Dan akhirnya kami pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TATAP YANG KAU TITIP
Teen FictionIkuti perjalanan hidup Rere yang penuh dengan kisah luar biasa yang akan membuat emosi kamu campur aduk. Mari saling menghargai, follow sebelum baca! ☺️