Dengan penuh rasa kecewa aku bergegas pulang diiringi dengan gelap malam yang semakin pekat, Aku berjalan pulang sendiri dengan mataku yang masih berlinang air mata. Sebenarnya aku bisa saja langsung menuju ke rumah Rangga untuk memastikan apa alasan mengapa sampai hati Ia tak datang dan membiarkanku menunggunya hingga malam tiba, tapi aku memilih bahwa aku harus langsung pulang ke rumah dan membiarkan aku terlelap dengan perasaan yang kacau balau.
Sesampainya di rumah aku langsung menuju ke kamarku, ibuku bertanya "Re sudah dari mana, kenapa sudah gelap seperti ini kamu baru pulang?", "Maaf ma aku telat pulang" jawabku sekenanya, pikiran dan jiwaku benar-benar tidak fokus bahkan aku tidak menghiraukan Mama yang menawarkan makan padaku, aku langsung ke kamar dan menutup pintu berharap dengan tertidur sedikit bisa membuat keadaanku lebih baik.
Tapi tiba-tiba mama mengetuk pintu kamarku, "Re ada apa sayang, sepertinya kamu tidak baik-baik saja, Kenapa? Tolong bukakan pintunya" pinta mama padaku, "tidak apa-apa ma, aku hanya lelah, butuh istirahat" jawabku kepada Mama, "ya sudah kalau seperti itu, kamu istirahat kan dirimu saja" ucap Mama sambil meninggalkan pintu kamarku.
Keesokan harinya aku berniat untuk memastikan, menanyakan alasan kenapa Rangga dengan teganya membuat aku menunggu di kebun teh bukit itu, terlebih sedari kemarin nomor ponsel Rangga tak kunjung aktif, aku sulit menghubungi dia. Aku ingin menanyakan alasan dia tidak datang sekaligus ingin memastikan sebenarnya apa yang terjadi dengan Rangga, tidak biasanya dia seperti ini. Aku berniat mendatangi rumah Rangga. Sebangunnya aku dari tidur aku langsung sarapan, karena mama sudah menyiapkannya untukku setelah itu aku mandi dan bersiap-siap untuk mendatangi rumah Rangga. Kulihat Mama sudah bersiap-siap dan bergegas berangkat, sepertinya mama berusaha mencari pekerjaan baru lagi.
"Re jaga rumah ya mama mau berangkat dulu mudah-mudahan hari ini nasib mama bisa lebih baik, semoga saja ada pekerjaan yang bisa Mama dapatkan di hari ini" ucap Mama padaku sebelum dia berangkat. "Baik ma, tapi aku izin pergi ke keluar ya ma?" tanyaku pada Mama untuk meminta izin. "Baik tapi jangan pulang lama-lama ya Re, jangan lupa pintu rumah dikunci hati-hati di jalan" jawab Mama padaku, "baik ma, Mama juga hati-hati di jalan ya aku doakan semoga Mama mendapatkan pekerjaan baru" ucapku pada mama. "Amin, mama berangkat dulu ya Re Assalamualaikum" Mama pun berangkat sambil mengucapkan salam. Setelah itu akupun bergegas untuk berangkat ke rumah Rangga, tak lupa aku mengunci pintu seperti apa yang dipesankan Mama.
Sesampainya di rumah Rangga aku pun mengetuk-ngetuk gerbang rumah Rangga tapi tak kunjung ada yang menjawab, "Assalamualaikum, permisi! Rangga!" Sapaku sambil mengetuk gerbang besi rumah Rangga, biasanya Mama Rangga langsung menyahut jika ada orang yang mengetuk gerbang depan rumahnya, atau setidaknya jika ada di rumah Rangga lah yang langsung keluar, tapi sedari tadi aku mengetuk-ngetuk gerbang besi ini tak ada satu orang pun yang keluar. Ini aneh, kemana Rangga dan keluarganya? Kenapa rumahnya nampak begitu sepi. Aku bertanya-tanya, aku heran sekaligus khawatir. Aku takut Rangga dan keluarganya sudah tidak ada disini, tapi aku tetap berharap semoga hal itu tidak pernah terjadi.
Kemudian aku berinisiatif untuk bertanya kepada tetangga Rangga yang berada di samping rumah Rangga. Kemudian aku pun berjalan dan kembali mengetuk gerbang besi rumah tetangga Rangga. "Assalamualaikum, permisi Bu" Aku menyapa kepada seorang ibu yang sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Akhirnya ibu itu pun datang menghampiriku, "Iya dek ada apa ya? Mau bertemu dengan siapa?" Tanya ibu itu kepadaku. "Maaf bu saya mau bertanya, Ibu tahu enggak ke mana Pak Radi pemilik rumah yang berada di sebelah rumah Ibu" tanyaku pada ibu itu. "Oh Pak Radi, ayahnya Rangga kan?" Si Ibu itu meyakinkan aku, "Iya Bu Betul Pak Radi ayahnya Rangga" aku menjawabnya. "Pak Radi dan keluarganya sudah pindah dek Baru aja kemarin, dan sekarang rumah itu sudah kosong. Ibu dengar rumah itu sudah dijual, dan katanya minggu depan pemilik barunya akan mengisi rumah itu" ibu itu menjelaskan kepada ku. "Apa Bu yang benar, ibu tidak salah kan? Mereka pindah ke mana Bu" ucapku dengan nada yang yang meninggi, "Iya dek benar, untuk pindah ke mana Ibu kurang tahu dek, hanya saja setahu Ibu alasan mereka pindah karena Pak Radi telah diberhentikan dari tempat kerjanya" sekali lagi ucapan ibu itu telah menampar jiwaku, sontak Aku kaget sekaligus sedih, tiba-tiba dadaku terasa penuh dan sesak, mataku tak terasa berkaca-kaca, hari itu benar-benar terasa kacau, sedih dan kecewa. Aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan.
Rangga, kenapa harus seperti ini caramu meninggalkan aku, kenapa Rangga, kenapa? Selama perjalanan pulang aku menangis, pikiranku tidak karuan, jiwaku benar-benar terasa sangat kacau. Di dalam pikiranku terus saja bergumam, Rangga kamu telah memberikan banyak warna dan kenangan selama ini, tapi kenapa harus seperti ini cara kamu meninggalkan aku Rangga. Mana janji kamu Rangga mana?. Kau berjanji tidak akan meninggalkan aku, kamu berjanji akan selalu ada untuk aku. Tapi kenapa? Kamu membuat aku menunggu begitu lama, hingga yang datang bukan kau tapi senja, ternyata senja itu benar-benar telah menggantikanmu Rangga. Aku tak lagi bisa melihatmu, aku tak lagi bisa bersamamu. Mulai hari ini kota Bogor bukan lagi tempat yang ingin kau tinggali, kamu telah pergi jauh Rangga, kenapa kamu tidak mengatakan sebelumnya jika kamu akan pindah?, kenapa Rangga kenapa? Benakku terus aja bertanya-tanya, Aku tak habis pikir dengan apa yang telah Rangga lakukan kepadaku. Padahal aku sangat mempercayai janjinya untuk tetap menemaniku. Tapi hari ini semuanya benar-benar hancur, rasanya ingin sekali aku pun pergi dari kota ini.Sesampainya di rumah aku terus saja menangis, sepulang dari rumah Rangga tadi, aku tidak keluar dari kamar, aku terus memikirkan Rangga dan apa yang telah dia lakukan kepadaku. Tiba-tiba Ibu mengetuk pintu kamarku, tok.. tok.. tok..."Re, sayang kamu ada di dalam kan? Buka pintunya sayang mama mempunyai kabar gembira untuk kamu, hari ini Mama mendapatkan pekerjaan, Alhamdulillah mama dipercaya untuk menunggu butik, sepertinya kerjanya tidak begitu lelah. Dari pekerjaan ini kita bisa punya penghasilan baru untuk keperluan sehari-hari. Kamu senang kan?. Buka pintunya Re biarkan Mama masuk" ucap Mama di balik pintu kamarku. Lalu aku membuka pintu kamar dan membiarkan Mama masuk.
"Loh Re ada apa? Kenapa kamu menangis, kenapa Re jelaskan pada mama?" Tanya Mama kepadaku, ia melihat mataku memerah akibat sedari tadi menangis. "Ma, Rere tarik ucapan Rere dulu. Rere setuju dengan permintaan Mamah untuk pindah ke Bandung, Rere tidak mau tinggal lagi di kota ini ma. Rere mau pindah ke Bandung, kita ke nenek dan Rere mau melanjutkan sekolah di sana" pintaku pada Mama sambil menangis. "Tapi kenapa Re, apa alasannya? Tempo hari mama meminta itu kepadamu kamu bersikeras menolaknya dan tidak mau pindah dari kota ini, dan sekarang setelah Mama mendapatkan pekerjaan baru kamu bersikeras meminta untuk pindah ke Bandung. Kenapa Re, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Mama padaku sambil terheran-heran. "Ma, Aku kecewa pada Rangga, dia telah pergi dari kota ini, dia pindah ke Aceh dan tidak pernah memberi tahu aku sebelumnya. Aku benci sama Rangga ma, benci! Aku tidak ingin tinggal lagi di kota ini hatiku terlalu sakit, aku benar-benar tidak ingin mengenal Rangga lagi dalam hidupku ma." Jelasku kepada Mama.
"Rangga dan keluarganya memang pindah kemarin, ayah Rangga memberitahu itu pada mama. Mama kira kamu sudah mengetahuinya karena setahu Mama kamu benar-benar dekat dengan Rangga." Ucap Mama padaku. Ternyata mama sudah mengetahui hal ini tapi dia tidak memberitahuku karena mengira aku sudah diberitahu oleh Rangga, Aku tidak tahu apa alasan Rangga tidak memberitahukan hal ini padaku. Intinya sekarang Aku sangat benci pada Rangga."Ma tolong kita jadi pindah ke Bandung ya, hatiku akan terus sakit jika tetap tinggal di kota ini, Aku ingin meninggalkan segala hal yang berkaitan dengan Rangga yang telah meninggalkanku" pintaku pada mama. Dengan kebaikan Mama padaku Mama pun menyetujuinya, "Ya sudah jika memang itu keinginan kamu, besok Mama temui Bu Marni pemilik butik untuk mengatakan bahwa Mama tidak jadi bekerja pada ada Beliau". "Kemungkinan lusa kita bisa berangkat ke Bandung, kamu boleh berkemas barang-barang dari sekarang." Ucap Mama padaku. Aku pun memeluk mama dan berkata "Terima kasih ma, Mama memang paling mengerti aku. Mama selalu menyetujui permintaan aku. Padahal selama ini Mama sudah lelah mencari pekerjaan baru". "Tak apa sayang, Mama sayang pada Rere." Ucap Mamah sambil memelukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TATAP YANG KAU TITIP
Fiksi RemajaIkuti perjalanan hidup Rere yang penuh dengan kisah luar biasa yang akan membuat emosi kamu campur aduk. Mari saling menghargai, follow sebelum baca! ☺️