Waktu terus berlalu, sekarang aku menginjak kelas 3 SMA. Kak Azmi melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi yang ada di Bandung, yaitu Institut Teknologi Bandung. Jujur setelah mengetahui semua kebenaran dari mama, aku tak pernah sedikitpun mempunyai niat untuk menjauhi ka Azmi. Aneh memang, seharusnya aku membenci dia. Ibunya adalah wanita yang menyebabkan sumber kesedihan dan kesengsaraan mamaku. Tapi aku sedikitpun tak mau menjauhinya. Bahkan aku tetap mempertahankan hubunganku dengan Kak Azmi, meskipun Mama menyuruhku untuk menyelesaikannya.
Aku bingung mengapa seperti ini. Terkadang aku juga mengutuk diriku sendiri. Mengapa aku tidak mau melepaskan Kak Azmi. Padahal aku sudah tahu kebenarannya bahwa dia adalah kakakku sendiri. Entahlah, akupun tidak memahami apa yang dimaksud oleh hatiku sendiri. Mungkin rasa cinta telah mengalahkan semuanya. Menutup semua kebenaran meski aku tahu tak seharusnya aku menjalani hubungan ini, terlebih lagi aku telah mengetahui semua kebenarannya. Tapi ini aneh semenjak mama menceritakan semuanya, Aku tak pernah mempunyai keinginan untuk menjauhi Kak Azmi. Aku benar-benar sangat menyayangi dia. Dan alangkah sangat berdosanya aku bahwa selama ini aku tetap mempertahankan hubunganku dengan Kak Azmi tanpa memberitahu mama. Dan bahkan aku tak pernah berniat untuk menceritakan semua kebenarannya kepada Kak Azmi. Aku terlalu takut kehilangan kak Azmi. Jiwaku sudah sangat terpaut kepadanya.
Meski sekarang kami menuntut ilmu di tempat yang berbeda tapi hubungan aku dengan kak Azmi masih berjalan. Hanya saja setelah semua ini terungkap aku tak pernah membawa Kak Azmi lagi ke rumahku, untung saja kak Azmi tak pernah menanyakan apa alasannya. Aku selalu beralasan ketika Kak Azmi mengajak untuk bertemu dengan Mama, tapi Kak Azmi tak pernah memperpanjang alasanku dan selalu percaya dengan setiap alasan yang aku berikan, padahal dulu ketika sekolah aku sering diantarnya ke rumah, dan Kak Azmi juga sering main di rumah, bahkan seharian. Itu adalah saat dimana Aku masih belum mengetahui kebenaran apa-apa, yaitu saat dimana Mama pun tidak mengetahui bahwa ka Azmi adalah anak dari mantan suaminya, ayahku sendiri.
Sebentar lagi aku juga akan menyelesaikan sekolah menengah atas ku dan juga berniat untuk melanjutkan pendidikan ku ke jenjang yang lebih tinggi. Aku berniat untuk kuliah di tempat yang sama dengan Kak Azmi. Karena memang sebenarnya aku tak pernah bisa jauh dengannya. Setiap waktu, setiap detik dan di setiap harinya aku selalu merindukan dia. Dia adalah satu-satunya sosok yang menggantikan posisi Rangga di hatiku. Di dunia ini hanya 2 orang yang membuat hatiku terpaut, pertama Rangga dan kedua adalah kak Azmi. Tapi entah, mengapa seakan semesta tak menyetujui dengan apa yang membuat hatiku bahagia. Seakan takdir tak pernah setuju dengan setiap orang yang dipilih oleh hatiku.
Rangga yang dulu sangat peduli kepadaku harus pergi begitu saja tanpa sebab, tanpa alasan dan tanpa ucapan selamat tinggal. Meski sekarang aku telah melupakannya tapi entah luka ditinggalkan Rangga masih tetap saja terkadang aku rasakan, lukanya tak pernah sembuh hanya tertutup waktu dan terkadang luka itu menciptakan kembali getaran perih saat di mana pikiranku mengingat kembali ke masa lalu tentang Rangga. Orang yang kedua adalah Kak Azmi, meski raganya masih bisa kupeluk, kasih sayangnya masih bisa kudapatkan tapi mengapa cinta nya harus terlarang. Jujur terkadang semua keadaan ini membuat aku sangat terpuruk, membuat hatiku seakan tak pernah ingin mengenal siapapun lagi untuk berikutnya.
Aku masih belum tahu apa yang seharusnya aku lakukan, bagaimana masa depanku nanti dengan Kak Azmi. Bagaimana jika tiba-tiba Kak Azmi melamarku untuk menikah. Oh Tuhan, Aku harus bagaimana? Di lain sisi aku tak mau melawan kehendak-Mu. Alangkah sangat berdosanya aku jika harus menikah dengan kakakku sendiri. Tapi disisi yang lain dari hatiku benar-benar sangat mencintai Kak Azmi. Aku tak pernah bisa melupakannya sedikitpun. Hatiku benar-benar telah terpaut dengan semua kebaikannya. Dia adalah laki-laki yang paling menyayangiku, Dia adalah orang yang paling depan dalam membelaku. Dia selalu ada ketika aku membutuhkannya.
Hari-hari yang kujalani sangat terasa aneh, kadang ketika jalan dengan Kak Azmi aku merasa berdosa. Di dalam pelukan kak Azmi aku merasakan kehangatan yang sangat nyaman tapi dipelukan itu juga aku merasakan rasa bersalah yang luar biasa. Ini semua sangat membingungkan. Kadang ketika aku didalam pelukan kak Azmi air mataku berlinang karena semua tragedi yang aku alami, kadang Kak Azmi mengusap air mataku dan menanyakan kenapa aku menangis, aku hanya beralasan bahwa aku bahagia bersama Kak Azmi dan senang bisa menjadi pasangannya. Padahal sisi lain dari hatiku menyatakan kebalikannya.
Beberapa bulan telah berlalu, tiba saatnya kini waktu di mana Aku menyelesaikan masa SMA ku, setelah melaksanakan ujian akhir tibalah masa kelulusanku. Sengaja aku tak memberitahu kak Azmi agar dia tidak datang pada acara perpisahan sekolahku, Aku tidak mau mama mengetahuinya bahwa kami berdua masih menjalani hubungan. Maafkan Aku ma, aku tidak menuruti semua yang mama katakan, aku masih menjalin hubungan dengan Kak Azmi padahal mama sudah meminta untuk mengakhiri semuanya. Hanya saja aku lebih memilih apa yang dikatakan oleh hatiku sendiri ketimbang semua yang telah mama katakan. Akhirnya prosesi kelulusanku selesai, aku dan Chika berniat untuk tetap bersama melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang sama. Ya, kami sama-sama akan melanjutkan ke institut teknologi Bandung tempat dimanakah Azmi juga melangsungkan kuliahnya. "Re kita kuliah di tempat yang sama ya, pokoknya kita harus sama-sama terus oke?" Ucap Chika padaku. "Iya dong Chik, nanti kita urus pendaftaran kuliah kita bareng-bareng ya ke sana!" Jawab ku kepada Chika.
Akhirnya setelah masa liburan selesai aku dan Chika mendaftar kuliah di institut teknologi Bandung. Dan alangkah sangat terkejutnya aku, ketika mahasiswa baru dikumpulkan di ruangan pertemuan mahasiswa baru, aku melihat Rangga. Ya! Dia benar-benar Rangga, aku tidak mungkin salah dengan penglihatanku. Aku mengusap-usap mataku sendiri untuk memastikan bahwa penglihatanku tidak salah dan kembali aku fokuskan kepada orang itu, ternyata benar dia adalah Rangga aku sangat mengenalnya. Kenapa dia ada di sini?, apakah dia mendaftar kuliah disini juga?. Sejak kapan dia tinggal di Bandung. Aku bingung dan bertanya-tanya kepada diriku sendiri. Tapi aku tak berani untuk datang menemui Rangga. "Sudahlah aku harus fokus" dalam hatiku berkata. Tapi tetap saja hati kecilku merasakan getaran keberadaan Rangga di tempat itu. Meski aku berusaha untuk fokus kepada salah satu dosen yang berbicara di depan sana tapi aku terus teralihkan dengan keberadaan Rangga. Kepalaku tak henti-hentinya menengok ke arah Rangga.
Kemudian acara itu selesai, aku dan Chika bergegas keluar dari ruangan. Sebenarnya aku ingin memastikan kembali dengan keberadaan Rangga di tempat ini. Setelah itu ketika aku dan Chika berjalan keluar dari kampus tiba-tiba aku berpapasan dengan Rangga, Kami sempat sama-sama bengong dan melihat satu sama lain. Mungkin Rangga juga kaget melihat aku ada disini. Hatiku bergetar berguncang dengan hebatnya, ini benar-benar Rangga orang yang telah meninggalkanku beberapa tahun yang lalu, kemudian aku mengingat semua apa yang telah Rangga lakukan kepadaku hingga akhirnya aku meneteskan air mata. "Rere, Re.. ini kami Rere kan? Re ini aku Rangga" ucap Rangga kepadaku. Tanpa menjawab semua ucapan Rangga aku memalingkan badanku dan berlari menjauhinya, Chika juga berlari mengejarku dan diikuti oleh Rangga yang juga mengejarku.
"Re tunggu, kamu mungkin marah padaku, tapi semua ini tak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku bisa menjelaskannya Re! Tolong jangan pergi dulu, dengarkan dulu semua penjelasanku" ucap Rangga sambil berteriak dan terus mengejarku. Tapi aku tak menghiraukannya, aku terus berlari sekuat tenaga untuk menjauhi Rangga. Aku tak mau melihatnya lagi aku sangat tidak ingin bertemu dengan dia lagi. Semua yang sudah kamu lakukan telah menyakiti batinku selama beberapa tahun ini.Kemudian aku dan Chika langsung naik taksi dan menjauhi tempat itu, di dalam taxi kelihatan Chika sangat terheran-heran dan penuh tanda tanya dengan apa yang terjadi di kampus tadi. Akhirnya dia pun menanyakannya padaku, "Re, bisakah kamu menjelaskan kepadaku sebenarnya apa yang terjadi? Siapa laki-laki itu dan kenapa kamu lari darinya sampai aku juga ikut capek lari-larian sama kamu Re?" Tanya Chika kepadaku. "Namanya adalah Rangga, Dia adalah orang yang sangat aku sayangi dulu ketika aku tinggal di Bogor. Tapi dia telah meninggalkanku tanpa alasan, tanpa memberi kabar dan tanpa ucapan selamat tinggal apapun" jawab ku kepada Chika. "Maafkan aku Re sudah menanyakan hal ini" ucap Chika dengan rasa bersalah. "Tidak apa-apa Chika, lagipula kejadian itu sudah beberapa tahun yang lalu. Aku sudah mencoba untuk melupakan semuanya" ucapku kepada Chika. "Tapi apakah kamu akan berhasil jika orangnya sekarang ada dalam keseharianmu Re" tanya Chika khawatir padaku. "Entahlah Chik, aku juga tidak tahu. Padahal ketika Rangga tak kulihat saja melupakannya masih tetap membuat hatiku sakit, apalagi sekarang aku harus melihatnya setiap hari di kampus yang sama" ucapku kepada Chika. "Tenang Re kamu nggak usah sedih ya, aku pasti akan membantu setiap apapun yang kamu hadapi" ucap Chika kepadaku. "Terima kasih Chika, kamu memang teman yang paling memahami aku" ucapku sambil memeluk Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
TATAP YANG KAU TITIP
Teen FictionIkuti perjalanan hidup Rere yang penuh dengan kisah luar biasa yang akan membuat emosi kamu campur aduk. Mari saling menghargai, follow sebelum baca! ☺️