"Apa gue bilang sekarang ya kalo emaknya masih hidup?"
"Emangnya lo yakin kalo itu beneran emaknya?"
"Yakin lah!" Flora mengepalkan kedua tangannya penuh tekad. Namun sedetik kemudian, ia tersadar kalo lawan bicaranya barusan ternyata si Sherly.
Flora mencebik kesal melihat kehadiran Sherly, lagi. "Lo ngapain sih muncul lagi?"
"Karena lo lagi ngomong sendirian, jadi gue muncul buat nemenin lo ngomong biar lo gak jomblo ngenes kesepian."
Flora sedikit menahan napas, frustasi.
"Gue gak kesepian," tutur Flora memberikan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.
Namun Sherly justru tertawa remeh sambil membuang muka.
"Gausah bohong. Gue masih inget tiap malem lo nangis di pojokan kamar semenjak insiden kecelakaan waktu itu. Lo yang manggil gue, dan akhirnya gue--"
Cling!
Sherly terdiam waktu menyadari ternyata Flora sudah menghilang dari hadapannya. Netra Sherly bergerak kesana kemari mencari keberadaan Flora dan ternyata gadis itu asyik berlarian di lorong, sengaja meninggalkannya sendirian disini.
Awas aja tuh anak, batin Sherly.
Sementara itu, Flora terlihat berlari secepat kilat hendak menyusul Rafka dan Agnes. Namun di tengah persimpangan lorong, ia terpaksa berhenti setelah melihat kilau cahaya harta karun di tengah-tengah kolam.
Flora menganga takjub ketika mengetahui ada satu bunga teratai yang mekar di kolam tersebut.
Tanpa pikir panjang, gadis itu pun berputar arah menuju kolam, melupakan tujuan utamanya untuk menemui Rafka.
Bagi Flora, bunga teratai lebih penting dari segalanya, karena sangat langka melihat bunganya mekar di musim anomali seperti ini.
"Cantik bangeeettt"
Flora melompat-lompat kegirangan di sisi kolam, dan bahkan ia tak segan mencopot semua sepatunya hingga bertelanjang kaki.
Flora mencelupkan kakinya bergantian masuk ke dalam kolam tersebut. Ia tak peduli dengan apapun, dan tak takut dengan siapapun.
Semua hal yang membuat Flora penasaran, Flora harus menuntaskannya. Apapun yang Flora inginkan, Flora harus mendapatkannya hari itu juga.
Dan Sherly tidak suka dengan sifat Flora yang satu itu
"Itu punya sekolah. Jangan diambil." Sherly tiba-tiba muncul di belakang Flora dan menasehatinya.
Flora tak menghiraukan. Jemarinya bersiap memetik bunga teratai itu.
"Flo!"
Sherly sengaja menghalangi pandangan Flora dengan tubuhnya.
"Apaan lagi sih?!!" bentak Flora kesal. Sangat kesal.
Sherly berkacak pinggang. "Nih bunga udah ada yang punya. Liat tuh."
Tangan Sherly menunjuk pria tua berjenggot yang mengawasi mereka berdua dari balkon atap.
Flora menatapnya sekilas, lalu kembali fokus pada bunga teratai tadi, seolah tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.
"Siapa cepat dia dapat," celetuk Flora.
"Flo! Gue serius!"
"Gue juga serius. Kapan lagi bisa nemuin bunga teratai mekar di musim kayak gini."
Sherly menghela napas kasar. "Justru itu lo harusnya sadar, tiba-tiba ada teratai mekar di tempat kayak gini. Emangnya lo gak ngerasa aneh sama sekali, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Girl
Teen Fiction"Rafkaaa!! Ini bayi siapa digeletakin di teras!?" Rafka terbelalak kaget, kemudian berlari menghampiri ayahnya di teras. "Bayi??" "Katanya bayi ini bayi kamu. Kamu habis ena-ena sama siapa!!" "Lho Rafka gatau apa-apa Yah" ujar Rafka lalu menatap bin...