Happy Reading 💚
Cengkaram kuat menarik tangan Rania dan memaksa masuk kedalam mobil. Ini bukanlah Angga yang dia kenal, pasti kesalahan ini benar-benar membuat Angga marah.
Ia tak pernah melihat Angga semarah ini sebelumnya. Jujur dia sangat takut dengan sikap dingin yang diberikan Angga.
"Kak, Rania—"
"DIAM" senggak Angga membuat Rania seketika bungkam.
"Puas kamu kan? Ini yang ingin kamu dengar dari mulut Debo bukan?"
Rania menggeleng cepat. "Enggak! Rania gak tau kalau Debo bermaksud seperti itu.
Angga tertawa hambar, "Harusnya dari awal aku gak berharap lebih tentang kamu, kalau kenyataannya kamu akan seperti ini."
"Kak Angga dengerin dulu penjelasan Rania. Memang Rania yang ngotot untuk datang ketempat itu, tapi Rania benar-benar gak tau maksud dan tujuan Debo mau melamar Rania. Kalau Rania tau Rania gak mungkin mau datang ketempat itu." jelas Rania.
Angga tertawa lagi. "Sudahlah, saya tidak suka drama perempuan terlalu sulit membedakan kebenaran dan kebohongan."
"Kakak harus percaya sama Rania." kekeh Rania.
Angga menoleh ke arah Rania dengan wajah dingin. "Gimana caranya menciptakan kepercayaan itu Rania? Ajarin saya caranya. Karena saya juga tidak bisa menciptakan rasa percaya di diri kamu bahwa pernikahan ini harus diketahui Debo sebelum terlambat, dan benar kan kamu tidak percaya sama saya dan lihat apa yang terjadi sekarang. Oleh karena itu saya mau bertanya, bagaimana cara menciptakan kepercayaan itu? Agar saya bisa belajar dari anda. " ucap Angga penuh penekanan.
Rania tak dapat lagi membendung air matanya, kenapa begitu sakit sekali rasanya mendengar perkataan Angga barusan.
"Kak, Rania salah, Rania minta maaf." ucapnya benar-benar merasa bersalah.
Angga tak memperdulikan ucapan Rania, ia masih melajukan mobilnya dengan kencang. Sedangkan Rania benar-benar takut dengan perubahan sikap Angga yang sangat dingin.
Begitupun sampai dirumah, Rania menunggu Angga di kamar namun tak kunjung datang. Perasaan cemas langsung menghampirinya.
Ia merasa tubuhnya semakin panas, dia juga belum minum obat. Akhirnya dia kembali ke kamar dan menunggu di sana saja.
Dia menatap bintang malam di langit, entah apa hatinya benar-benar sedih karena di cuekin Angga. Apa benar dia takut kehilangan Angga.
Tak lama fokusnya teralihkan pada rumah kecil yang dikhususkan untuk pekerja. Apa kak Angga ada disana itulah pikirnya.
Tanpa pikir panjang ia langsung menuju ketempat itu, dan benar Angga sedang makan di sana dengan pak satpam.
Rania tak mau mengganggu, mungkin ia akan memberikan waktu untuk Angga menenangkan diri.
***
Dengan badan yang lemas Rania terbangun dari tidur saat mendengar adzan subuh. Ia melirik ke ranjang Angga, tapi tidak ada orang. Apa Angga sudah ke masjid pikirnya.
Selesai sholat, Rania benar-benar lemas. Tapi dia harus membuat sarapan buat Angga meskipun hanya nasi goreng dan telur dadar.
Dengan kepala yang berat akhirnya sarapan selesai di buatnya. Tapi ia melihat Angga pergi begitu saja.
"Kak,"
Namun panggilan itu di abaikan Angga begitu saja dan pergi naik motor kesayangannya.
Rania menghembuskan nafasnya berat. Sepertinya ia tidak akan ke kampus hari ini, kondisinya tidak mendukung sekali. Ia akan beristirahat supaya lekas sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]
Teen FictionKetika dua insan di pertemukan dalam ikatan cinta yang suci, namun tak di landaskan rasa cinta dan karena keadaan yang memaksa, apa yang akan terjadi? Ketika saling mempertahankan harga diri, hingga tak ada satupun mengalah untuk mengakui kata hati...