40. Permintaan

186 14 0
                                    

Happy Reading 💚

Rania melihat sekitarnya, dan mengecek kembali HP nya. Benar ini kantor yang dimaksud Alan.

Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan menanyakan ruangan Alan. Tanpa menunggu lagi Rania mengetok pintu itu dan benar itu adalah ruangan Alan.

Laki-laki itu tersenyum namun Rania dengan cepat menundukkan pandangannya, ia tidak suka senyuman hangat itu. Semoga Allah masih menjaga hatinya untuk Angga.

"Kenapa gak ngabarin udah dikantor? Bukannya selesai dhuhur ya?" tanya Alan seakan-akan tidak ada permasalahan masa lalu di antara mereka.

"Kebetulan kuliahnya di undur." jawab Rania biasa.

Alan mengangguk tersenyum. "Yaudah silahkan duduk."

"Kita bisa ngobrolnya di luar aja? Biar gak timbul fitnah."

"Tenang aja pintunya aku buka dulu, dan cctv juga ada, juga ada sekretaris aku duduk disana." tunjuk Alan pada meja ujung di ruangannya.

Rania yang menyadari itu tersenyum mengangguk.

"Langsung saja, ceritakan ada apa? Saya gak bisa lama-lama."

Alan menyadari perubahan nada bicara itu, iapun mengangguk tersenyum.

Flashback on

"Mas, aku mau tanya sesuatu boleh?" tanya Bila saat Alan selesai makan-makanan buatan Rania saat itu.

Alan mengangguk dan tersenyum. "Ada apa?"

"Mas masih cinta sama mantan mas?"

Pertanyaan itu membuat Alan terdiam seketika, apa maksud bila adalah Rania? Karena cuman itu mantan Alan, ia mengalihkan pandangannya dari Bila. Kemudian menggeleng dan memaksakan senyum.

"Mas bohong!"

Alan mendekati istrinya dan mengelus kepala Bila. "Kenapa sih nanya dia? Diakan masa lalu mas. Sekarang ada kamu masa depan mas."

"Mas cinta Bila?"

Pertanyaan itu lagi-lagi membuat Alan terdiam. Ia mengangguk dan tersenyum. "Pasti dong sayang, mas cinta kamu." ucap Alan, walaupun tak tau dia sebenarnya dengan perasannya. Karena yang dia tau saat ini berbohong demi kebaikan mungkin tak apa.

"Kalau begitu mas mau kan menuhin permintaan bila?"

Alan mengangguk lagi. "Kamu mau apa sayang?"

"Bila mau mas kembali bersama dengan mantan mas lagi."

Ucapan itu membuat Alan melepaskan genggamannya. "Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba bahas ini. Sayang, sekarang fokus penyembuhan dulu, jangan pikir aneh-aneh ya." pintanya lembut.

Tanpa sadar Bila meneteskan air mata. "Usia Bila gak akan lama lagi mas, mas udah cukup bahagiakan aku. Mas bisa bahagia dengan dia, karena aku tau mas masih cinta sama dia kan?"

Alan menggeleng lagi. "Kamu ngomong apa sih? Dia udah gak ada di kehidupan mas lagi. Dan ingat kamu harus sembuh, mas gak mau dengar istri mas nyerah gitu aja."

"Rania teman aku, diakan mantan mas?"

Pertanyaan itu membungkam mulut Alan, sejak kapan Bila tau tentang ini? Dan tau darimana?. Alan seakan tak mampu untuk menjelaskan lagi.

Ia takut berkata apa mulutnya kelu, hatinya bingung, lagi-lagi ia mencoba menenangkan dirinya dengan menarik nafas dalam.

"Kamu tau dari mana? Nama Rania itu banyak sayang, bukan berarti Rania teman kamu."

"Maaf mas aku lancang, aku pernah buka laptop kamu dan di album ada khusus buat seseorang, dan itu Rania. Ada foto Rania dan kamu di sana. Dan aku juga tambah yakin saat melihat foto kecil di dalam dompet kamu ada mas dan Rania dengan seragam SMP."

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang