1

12 6 5
                                    

Gue Abizar Galen Pratama, Ketua geng Malvori yang cukup terkenal di kota Bandung. Namun gue harusGue yang keras kepala mencoba bernegosiasi untuk tetap tinggal di Bandung, namun semuanya gagal nyokap gak izinin gue tinggal sendirian disini.

Akhirnya gue memutuskan untuk ikut ke ibukota, gue tinggalin temen-temen gue disana. Gue lengser jadi ketua geng mereka, gue tau mereka pasti kecewa dengan keputusan gue tapi gue gak bisa berbuat apa-apa.

Mungkin banyak para gadis yang tiba-tiba patah hati saat tau idolanya, most wanted sekolah mereka pergi meninggalkan

°°°°

Pagi ini cuaca sangat cerah sekali, kegiatan rutinitas setiap hari senin pun berjalan dengan lancar tanpa ada kendala siswa yang biasa menjadi buronan guru BK.

Semua siswa-siswi berhamburan masuk kedalam kelasnya masing-masing, namun masih ada saja siswa yang menyeleweng bukannya masuk ke dalam kelas beberapa siswa itu malah berlari kekantin yang tidak jauh dari ruang kelasnya.

Mereka bertiga segera mendudukkan bokongnya dikursi kantin,"By lo mau makan apa?" tanya seorang lelaki berkulit putih dengan potongan rambut seperti aktor tampan Korea Selatan

Gadis yang ditanya itu nampak berpikir sejenak,"Nasi goreng aja, minumnya es teh manis," jawab gadis sangat antusias.

"Jangan es By masih pagi," tolak lelaki yang duduk didepannya.

Gadis itu mencebikan bibirnya dengan sorot mata kecewa, memandang kedua laki-laki didepannya secara bergantian.

"Masih pagi By, tar siang aja gue beliin boba sama ciloknya mang Koko," rayunya.

Mata gadis itu berbinar saat mendengar ucapan temannya itu,"Janji yah Ben, kalo boong gue sumpahin lo jomblo selamanya!" tutur gadis itu membuat lelaki bernama Ben Alkas Fahrendra itu bergidik ngeri.

"Jangan nyumpahin gitu dong, pamali," lirih Ben yang hanya dibalas kekehan kecil oleh gadis berdarah Minang itu siapa lagi jika bukan Byanca Putri Maharani.

Byanca Putri Maharani, gadis yang selalu tampil ceria dengan penampilan khasnya yang selalu mengenakan kaos oversize dan celana pendek diatas lutut yang sayangnya itu malah membuat dirinya tambah terlihat manis dan menggemaskan. Dan gadis itu pun memiliki satu teman selain Ben, yaitu Radhika Valentino.

Radhika Valentino, lelaki yang amat sangat banyak di kagumi para gadis karna wajannya yang manis dan ia juga sangat mahir memainkan gitar dengan alunan suaranya yang lumayan merdu. Namun ada satu hal yang tak banyak orang yang bisa lihat dari sosok Radhika Valentino yaitu senyumnya yang sangat mahal.

"Iya gue janji tar istirahat gue beliin Boba buat lo," kata Ben dengan mengacak rambut Byanca gemas.

"Kebiasaan deh suka banget berantakin rambut gue," umpat Byanca kesal.

"Yaudah gue pesen makan dulu, kalian tunggu disini jangan kemana-mana." ucap Dhika yang segera pergi memesan makanan untuk mereka.

Selama menunggu makanan yang mereka pesan, tak jarang ketiganya melontarkan candaan yang mampu membuat ketiganya tertawa tanpa menghiraukan sekitar.

"Ko bisa yah cewek kayak Byanca deket sama Ben?" tanya seorang gadis yang duduk tidak jauh dari kursi yang tengah diduduki Byanca dan kedua laki-laki yang merupakan sahabat dekatnya.

"Gue juga heran kenapa bisa coba Ben sama Dhika bersahabat sama cewek yang penampilannya aja berantakan gitu. Gak ada yang sisi menariknya," sahut gadis lainnya membuat beberapa dari mereka tertawa sembari memperhatikan penampilan Byanca yang berantakan namun Byanca tidak pernah menggubris perkataan mereka.

***********

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan seorang gadis manis yang hanya menyembulkan kepalanya saja.

"Permisi Pak," ucapnya dengan senyum kecil.

"Iya, ada apa Byanca?" tanya seorang lelaki setengah baya yang tengah duduk bersama seorang lelaki muda dan wanita yang diperkirakan seusia dengam kepala sekolah SMA Garuda Merah Putih itu.

"Mau ngambil tinta spidol Pak," jawab Byanca sedikit risih karna lelaki yang tengah duduk itu terus saja memperhatikannya.

"Ambil saja ada dilemari biasanya," kata Pak Johan.

"Iya Pak,"

Byanca segera masuk kedalam ruangan itu dan mengambil sebotol tinta yang berada diemari pojok ruangan.

"Saya pergi dulu yah Pak, makasih," kata Byanca yang hanya dibalas anggukan oleh Pak Johan.

"Manis," batin lelaki itu saat melihat Byanca berlalu pergi.

~bersambung

Dear ByancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang