Awal

510 65 16
                                    

Jaeyoon selalu berpikir bahwa semua Slytherin itu sama. Sama seperti yang dilihat nya, angkuh dan sombong. Mereka hanya sekumpulan bugger manja menurut Jaeyoon.

"Berhentilah menatap tajam ke meja Slytherin, Jae!" Tegur Jongseong saat melihat temannya menatap benci ke meja para ular.

Jaeyoon berdecih dan menatap sahabatnya, "kau menggangguku, Park."

Jongseong meletakan alat makannya dan menatap Jaeyoon dengan alis yang terangkat sebelah, "mengganggu? Mengganggu apa yang kau maksud Mr. Shim? Aku hanya menegurmu supaya berhenti menatap para Slytherin seperti itu. Kau tak lihat Profesor Min menatap mu tajam karna melihat mu yang terus menatap Slytherin nya." Cibir Jongseong.

Jaeyoon menoleh ke meja para staf dan dapat dia lihat Profesor ramuannya menatap tajam dirinya. Ia meringis dan memilih fokus ke makanan yang ada di depannya.

"Aku sangat membenci mereka kau tahu." Gerutu Jaeyoon.

"Bukan cuma kau saja, banyak yang membenci mereka. Apalagi kita para Gryffindor. Bukan rahasia lagi jika Gryffindor dan Slytherin saling membenci. Tapi... Yang aku herankan, ada apa dengan tatapan mu itu? Sangat aneh melihat mu menatap para ular seperti itu. Biasanya kau juga acuh saat melihat mereka." Jongseong menatap heran temannya.

"Salah satu dari mereka merebut orang yang kusuka." Balas Jaeyoon kesal.

"Siapa?"

"Park Sunghoon. Dia merebut Sunoo dariku." geram Jaeyoon.

Jongseong terkekeh mendengar nya, "Si Park itu tidak merebut Kim Sunoo darimu, bodoh. Kau nya saja yang tidak bergerak cepat. Lagipula mereka berdua telah terikat kontrak pernikahan sejak kecil."

Jaeyoon tertohok mendengar perkataan Jongseong. Dengan kesal dia bangun dari tempat duduk nya dan melangkah keluar dari Great Hall.


.

.

Jaeyoon berjalan mengitari pinggiran Black Lake. Langkah kakinya berhenti saat telinganya menangkap suara rintihan.

Kepalanya bergerak, mencari asal suara tadi.

Tubuh Jaeyoon membeku melihat seseorang yang tengah terbaring di pinggir danau dengan keadaan penuh luka. Bukan keadaan orang itu yang membuat Jaeyoon membeku, tapi jubah hijau yang terpasang apik di tubuh pemuda itu.

Bagaimana bisa seorang Slytherin bisa terluka separah ini?

Kira-kira seperti itulah isi pikiran Jaeyoon sekarang.

Jaeyoon dengan cepat berjalan dan mengangkat tubuh orang itu. Tidak peduli jika orang yang di temukan nya adalah seorang dari Rumah yang dia benci, karna sifat kepahlawanan nya sekarang sedang aktif.

Jaeyoon bersyukur meskipun pemuda Slytherin yang di gendongannya ini jangkung tapi berat badannya sangat ringan.

Sekali lagi Jaeyoon bersyukur karna tidak adanya siswa yang berkeliaran dan melihat nya menggendong seorang Slytherin.


.

.

"Bagaimana bisa dia mendapatkan luka sebanyak ini?" Tanya Madam Wilson pada Jaeyoon. Dia sangat terkejut tadi saat melihat Shim Jaeyoon yang merupakan salah satu siswa yang paling sering keluar masuk Hospital Wing tengah menggendong seseorang dari rumah Slytherin yang ia yakini berada di tahun ke 6 nya dalam keadaan parah.

"Separah itukah lukanya?" Tanya Jaeyoon.

Madam Wilson mengangguk, raut wajahnya terlihat khawatir melihat kondisi pasiennya saat ini, "dilihat dari lukanya sepertinya anak ini korban perundungan. Tulang kaki sebelah kanannya bahkan hampir hancur. Tubuhnya penuh luka. Ada juga bekas luka di beberapa bagian tubuhnya yang terlihat mengerikan, dia juga terkena kutukan Tormento beberapa kali. Dear Merlin, anak ini sangat kuat bisa bertahan."

sᴏᴜʟᴍᴀᴛᴇ | ʏᴜɴᴋɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang