39.

1.6K 73 8
                                    

***

Sagara menatap jengah sekelilingnya, ia sedang berada di lapangan basket sekolah yang kini sedang ramai karena murid yang latihan. Sagara menutup mata lelah sambil mengendorkan otot-otot nya. Lalu ia berlari ke tengah-tengah lapangan menghentikan murid yang sedang latihan.

"Lawan gue, " Ujarnya dingin tanpa ekspresi.

"Temen lo mana? " Tanya regan menatap Sagara remeh.

"Bolot! Lo nggak liat gue sendiri hah! " Maki Sagara kesal, ia tak suka melihat wajah regan.

Regan terkekeh remeh. "Jadi lo mau sendiri? Lawak lo jing! "

"Jangan banyak bacot! Kalo takut kalah bilang aja! " Semprot Sagara sambil memainkan bola basket.

"Gue nggak pernah takut sama lo! " Ujar regan penuh penekanan.
"Oke, lo sendiri gue berlima. " Lanjutnya.

Sagara hanya membalas dengan anggukan kecil, ia berlari ke posisi yang seharusnya, menatap lawannya dengan tatapan tajam.

Setelah itu, terjadi pertandingan antara Sagara dan empat tim regan yang sangat hebat bermain basket. Di menit pertama, Sagara lah yang unggul dalam permainan, power laki-laki itu tak perlu diragukan lagi. Tapi di menit berikutnya Sagara sedikit kewalahan karena ia sendiri sedangkan lawannya berlima.

"Bangsat! " Umpat Sagara saat regan dengan mudahnya mengambil alih bola yang ia bawa.

"Makanya jangan gaya gayaan lo jadi orang, liat lawan lo siapa! " Pekik regan sambil berlari dengan bola basket di tangannya.

Sagara berlari cepat menyusul regan yang ingin memasukkan bola basket tersebut pada ring. Di sana regan tertawa remeh melihat ekspresi Sagara yang menahan amarah, ia sempat berhenti untuk menunggu Sagara mendekat. Saat Sagara sudah mendekati nya, barulah ia memasukkan bola tersebut pada ring dengan santai.

Para pendukung regan bersorak kesenangan, sedangkan para mendukung Sagara mendesah pasrah.

Sagara menjatuhkan tubuhnya di tengah-tengah lapangan, dada bidangnya naik turun kelelahan, nafasnya pun terengah-engah. Keringat Sagara bercucuran membasahi seluruh badannya, ia seperti habis mandi.

Melihat itu regan langsung tertawa remeh namun pelan, ia berjalan mendekati Sagara. "Gimana? Lo mau berenti sampe sini atau mau lanjut? Kayaknya lo harus nyerah aja deh, lo nggak akan bisa ngalahin gue gar. " Ujarnya.

"Nggak ada kata nyerah di kamus gue asal lo tau" Balas Sagara menutup mata tak kuat menatap teriknya sinar matahari.

"Ck, ck, ck. Kalo nggak ada kata nyerah di kamus lo itu, Aya nggak akan lepas dari genggaman lo dan deket sama arkana. Lo mutusin tanpa berfikir dua kali sebelum tau kebenarannya, seolah lo pasrah sama keadaan. Lo liat Aya sedeket itu sama arkana tapi lo diem aja. Apa itu bukan nyerah namanya? Nyerah perjuangin cinta lo demi setitik kesalahan yang belum tentu benar. " Ucap regan panjang lebar dan begitu serius membuat Sagara membatin bingung dengan orang ini.

"Maksud lo apa ngomong gitu?! " Geram Sagara bangun dari posisinya lalu menatap regan tak suka.

"Gue nggak bermaksud apa-apa, gue cuma mau ngingetin lo aja, kalo memang lo bener-bener cinta sama Aya lo bakalan perjuangin dia, bukannya malah diem di tempat kayak gini. Gue tau lo cemburu kan sama kedekatan Aya sama arkana sekarang? "

"Bukan urusan lo! "

"Lo pasti cemburu. Gue saranin ke lo buat cari kebenaran yang sebenarnya tentang masalah lo ini," Lanjut regan semakin membuat Sagara bingung.

"Maksud lo apaan sih, ngomong yang jelas! "

"Ribet lo! Kalo lo mau hubungan lo sama Aya kayak dulu lagi lo harus cari kebenaran tentang pengakuan Aya dua hari lalu goblok!! "

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang