Chapt 15 - Hadiah

41 35 4
                                    

Alena berdiri sambil memperhatikan seseorang yang berada di sebelah kanannya, Dilon sedang menyantap sarapan paginya. Sedari tadi Alena menunggu Dilon selesai makan tapi tidak selesai-selesai. Sementara itu, Dilon malah sengaja melambatkan kegiatan makannya itu supaya adiknya dapat kesal.

Dilon kembali menyendok nasi goreng yang berada di hadapannya. Apabila dijumlahkan seluruhnya, Dilon telah memakan tiga piring sampai adiknya sendiri merasa lelah kerena terus menerus menatap Dilon mengunyah makanan.

Rasanya ingin marah-marah pada Dilon. Tapi kalau ia marah yang ada kegiatan jalan-jalan menggunakan motor bersama abangnya akan menjadi sia-sia. Kali ini Alena tahan amarahnya dan mencoba untuk sabar meskipun jengkel dengan kelakuan Dilon.

Satu hal yang menjadi kelebihan Dilon. Selalu makan dengan porsi yang banyak namun berat badannya tidak pernah bertambah.

"Belum makan berapa lama?" tanya Alena terheran-heran.

Dilon yang sudah selesai makan mengambil selembar tisu, lalu diusapkan ke bibirnya. "Lima tahun."

Alena melongok. "Buset, lama pisan."

"Oh jelas." Dilon tersenyum lebar.

"Nasi gorengnya enak pisan soalnya, Na. Buatan mamah, Nya?" Dilon bertanya kepada Carlina.

"Bukan atuh, tapi buatan bibi," jawab Carlina.

Dilon tersedak makanan. Seseorang yang duduk di sebelahnya dengan cekatan memberikan Dilon segelas air putih. "Aku kira teh buatan mamah." Dilon malu sendiri.

"Bukan atuh," ujar Carlina.

Saat dirasa tenggorokannya sudah membaik Dilon berkata kepada ibunya. "Kapan-kapan buatin aku nasi goreng ya, Mah?" Dilon menatap Carlina. "Udah lama Dilon gak cobain masakan mamah."

"Pengen ya mamah masakin?"

Dilon cepat menjawab, "Mau banget atuh, Mah. Kangen dimasakin sama mamah cantik."

Carlina tersanjung dengan pujian Dilon. "Oke sayang. Besok mamah masakin makanan kesukaan kamu."

"SERIUS??" tanya Dilon.

Carlina tersenyum. "Serius dong."

Semenjak Carlina menjadi pebisnis meskipun kecil-kecilan beliau jadi jarang mengurus rumah, membuat sarapan untuk keluarga sendiri pun tak sempat. Namun Sigit tidak mempermasalahkan hal itu selagi bisa melayaninya dan juga anak-anaknya. Asisten rumah tangga lah yang menggantikan posisi Carlina mengurus rumah.

"Kamu jadi jalan-jalan habis ini sama Alena?" tanya Sigit sembari menuang segelas air putih dari teko beling ke gelasnya.

"Jadi dong, Yah." Alena yang menjawab pertanyaan dari ayahnya, bukan Dilon. Dilon yang mendengar perkataan Alena membuat mulutnya sedikit terbuka.

"Kamu mau pakai motor atau mobil jalan-jalannya, Alena?"

"Motor aja."

Sigit menolehkan kepalanya ke arah Dilon. "Bukannya ban motor kamu itu bocor?"

"Oh iya aku baru ingat," balas Dilon kemudian memijat kepalanya, "bisa-bisanya aku lupa kalau ban nya bocor."

Alena melipat kedua tangannya di dada sambil melirik ketus ke arah Dilon. "Kalau bocor, ya ditambel atuh ban motornya ke bengkel."

"Gak bisa atuh, Alena. Letak bengkelnya tuh jauh banget," tutur Dilon. "Kalau jalan-jalannya pake mobil aja gimana?"

Alena menggeleng cepat. "Gak mau," ujarnya dengan keras kepala," Alena tetep mau naik motor!"

Yuk! Balikan MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang